Senin, 01 Februari 2016

Pengulangan Kisah Monumental "Adam, Malaikat dan Iblis" & Perumpamaan "Pohon yang Baik" dan "Pohon yang Buruk"


Bismillaahirrahmaanirrahiim


KITAB SUCI AL-QURAN

Kitab Suci Al-Quran adalah kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak menyadarinya

“Setiap saat hatiku merindukan untuk mencium Kitab  Engkau dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan Kabahku”

 (Al-Masih-al-Mau’ud a.s.)


 Pengulangan Kisah Monumental “Adam, Malaikat, dan Iblis” & Perumpamaan “Pohon yang Baik” dan “Pohon yang Buruk


Bab 24


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya  telah dijelaskan mengenai berbagai bentuk azab Ilahi  dan  berkecamuknya berbagai bentuk  bencana dan  huru-hara  yang terjadi di Akhir Zaman ini merupakan bukti benarnya firman Allah Swt. berikut ini:
قُلۡ ہُوَ  الۡقَادِرُ عَلٰۤی  اَنۡ یَّبۡعَثَ عَلَیۡکُمۡ عَذَابًا مِّنۡ فَوۡقِکُمۡ اَوۡ مِنۡ تَحۡتِ اَرۡجُلِکُمۡ اَوۡ یَلۡبِسَکُمۡ شِیَعًا وَّ یُذِیۡقَ بَعۡضَکُمۡ بَاۡسَ بَعۡضٍ ؕ اُنۡظُرۡ کَیۡفَ نُصَرِّفُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَفۡقَہُوۡنَ﴿﴾  وَ کَذَّبَ بِہٖ قَوۡمُکَ وَ ہُوَ الۡحَقُّ ؕ قُلۡ لَّسۡتُ عَلَیۡکُمۡ  بِوَکِیۡلٍ ﴿ؕ﴾  لِکُلِّ نَبَاٍ  مُّسۡتَقَرٌّ ۫ وَّ سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Katakanlah: “Dia-lah Yang berkuasa mengirimkan azab kepada kamu dari atas kamu atau dari bawah kaki kamu atau mencampur-baurkan kamu menjadi golongan-golongan yang saling berselisih dan membuat sebagian kamu merasakan keganasan sebagian yang lain.” Lihatlah bagaimana Kami membentangkan Tanda-tanda supaya mereka mengerti.    Dan  kaum engkau telah mendustakannya,  padahal itu adalah kebenaran. Katakanlah:  Aku sekali-kali bukan  penanggungjawab atas kamu.”    Bagi tiap kabar gaib ada masa yang tertentu  dan kamu segera akan mengetahui. (Al-An’ām [6]:66-68).
 Makna    “azab dari atas” maknanya: kelaparan, gempa bumi, air bah, taufan, penindasan terhadap golongan yang lemah oleh yang kuat, penderitaan mental, dan sebagainya; dan makna  “siksaan dari bawah” berarti: penyakit-penyakit, wabah, pemberontakan orang-orang bawahan, dan sebagainya.
 Kemudian ada hukuman berupa kekacauan, perpecahan-perpecahan dan perselisihan yang kadang-kadang berakhir dalam perang saudara. Hal demikian ini diisyaratkan dalam kata-kata  اَوۡ یَلۡبِسَکُمۡ شِیَعًا وَّ یُذِیۡقَ بَعۡضَکُمۡ بَاۡسَ بَعۡضٍ --  “membuat sebagian kamu merasakan keganasan sebagian yang lain.”
  Di sini kata ganti “nya”  dalam ayat وَ کَذَّبَ بِہٖ قَوۡمُکَ وَ ہُوَ الۡحَقُّ  -- “Dan  kaum engkau telah mendustakannya, padahal itu adalah kebenaran” menunjuk kepada (1) perkara yang sedang dibahas;   (2) Al-Quran; (3) azab Ilahi. Jika kita ambil arti yang terakhir (azab  Ilahi), maka kata-kata وَ ہُوَ الۡحَقُّ -- “padahal itu adalah kebenaran” akan berarti bahwa azab Ilahi  yang dijanjikan pasti akan tiba, sebab Allah Swt. tidak pernah menimpakan azab kepada manusia sebelum terlebih dulu diutus rasul Allah sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan  kepada mereka (QS.6:132; QS.11:118; QS.17:16-18;  QS.20:134-136; QS.26:209-210; QS.28:60)
 Ayat  لِکُلِّ نَبَاٍ  مُّسۡتَقَرٌّ ۫ وَّ سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ  -- “Bagi tiap kabar gaib ada masa yang tertentu dan kamu segera akan mengetahui” itu berarti bahwa  Allah Swt.  sesuai dengan hikmah-Nya yang tidak dapat salah itu, telah menentukan satu saat penggenapan setiap kabar gaib. Maka azab yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang menolak kebenaran akan datang juga pada saatnya yang tepat.

Sebelum Mengutus Rasul-Nya Allah Swt. Tidak pernah Mengazab Manusia

      Merupakan  Sunnatullah   bahwa Allah Swt.  tidak pernah menurunkan azab ketika manusia mensyukuri nikmat-nikmat Allah Swt. dengan cara bersyukur yang hakiki  -- terutama  mensyukuri nikmat ruhani berupa kenabian    (QS.4:148; QS.14:8; QS.4:70-71) --   tetapi jika mengingkarinya   maka berbagai macam azab Ilahi akan mengepung manusia, sebagaimana  firman-Nya  sebelum  ini:
قُلۡ ہُوَ  الۡقَادِرُ عَلٰۤی  اَنۡ یَّبۡعَثَ عَلَیۡکُمۡ عَذَابًا مِّنۡ فَوۡقِکُمۡ اَوۡ مِنۡ تَحۡتِ اَرۡجُلِکُمۡ اَوۡ یَلۡبِسَکُمۡ شِیَعًا وَّ یُذِیۡقَ بَعۡضَکُمۡ بَاۡسَ بَعۡضٍ ؕ اُنۡظُرۡ کَیۡفَ نُصَرِّفُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَفۡقَہُوۡنَ﴿﴾  وَ کَذَّبَ بِہٖ قَوۡمُکَ وَ ہُوَ الۡحَقُّ ؕ قُلۡ لَّسۡتُ عَلَیۡکُمۡ  بِوَکِیۡلٍ ﴿ؕ﴾  لِکُلِّ نَبَاٍ  مُّسۡتَقَرٌّ ۫ وَّ سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Katakanlah: “Dia-lah Yang berkuasa mengirimkan azab kepada kamu dari atas kamu atau dari bawah kaki kamu atau mencampur-baurkan kamu menjadi golongan-golongan yang saling berselisih dan membuat sebagian kamu merasakan keganasan sebagian yang lain.” Lihatlah bagaimana Kami membentangkan Tanda-tanda supaya mereka mengerti. وَ کَذَّبَ بِہٖ قَوۡمُکَ وَ ہُوَ الۡحَقُّ  --Dan  kaum engkau telah mendustakannya,  padahal itu adalah kebenaran. Katakanlah:  Aku sekali-kali bukan  penanggungjawab atas kamu.”  لِکُلِّ نَبَاٍ  مُّسۡتَقَرٌّ ۫ وَّ سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ  --   Bagi tiap kabar gaib ada masa yang tertentu  dan kamu segera akan mengetahui. (Al-An’ām [6]:66-68).
  Di sini kata ganti “nya”  dalam ayat وَ کَذَّبَ بِہٖ قَوۡمُکَ وَ ہُوَ الۡحَقُّ  -- “Dan  kaum engkau telah mendustakannya, padahal itu adalah kebenaran” menunjuk kepada (1) perkara yang sedang dibahas;   (2) Al-Quran; (3) azab Ilahi. Jika kita ambil arti yang terakhir (azab  Ilahi), maka kata-kata وَ ہُوَ الۡحَقُّ -- “padahal itu adalah kebenaran” akan berarti bahwa azab Ilahi  yang dijanjikan pasti akan tiba, sebab Allah Swt. tidak pernah menimpakan azab kepada manusia sebelum terlebih dulu diutus rasul Allah sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan  kepada mereka  (QS.6:132; QS.11:118; QS.17:16-18;  QS.26:209-210; QS.28:60), sebab jika tidak demikian  maka manusia punya  alasan untuk menyalahkan  atau melakukan protes  kepada Allah Swt., firman-Nya:
وَ قَالُوۡا لَوۡ لَا یَاۡتِیۡنَا بِاٰیَۃٍ مِّنۡ رَّبِّہٖ ؕ اَوَ لَمۡ  تَاۡتِہِمۡ بَیِّنَۃُ  مَا فِی الصُّحُفِالۡاُوۡلٰی ﴿﴾  وَ لَوۡ اَنَّـاۤ  اَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِعَذَابٍ مِّنۡ قَبۡلِہٖ لَقَالُوۡا رَبَّنَا لَوۡ لَاۤ  اَرۡسَلۡتَ  اِلَیۡنَا رَسُوۡلًا فَنَتَّبِعَ اٰیٰتِکَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ  نَّذِلَّ  وَ  نَخۡزٰی  ﴿﴾ قُلۡ کُلٌّ مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوۡا ۚ فَسَتَعۡلَمُوۡنَ مَنۡ  اَصۡحٰبُ الصِّرَاطِ السَّوِیِّ  وَ مَنِ  اہۡتَدٰی ﴿﴾٪
Dan mereka berkata: "Mengapakah ia (Rasul) tidak mendatang­kan kepada kami suatu Tanda dari  Rabb-nya (Tuhan-nya)?" Bukankah telah datang kepada mereka bukti yang jelas apa yang ada dalam lembaran-lembaran terdahulu? وَ لَوۡ اَنَّـاۤ  اَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِعَذَابٍ مِّنۡ قَبۡلِہٖ لَقَالُوۡا رَبَّنَا لَوۡ لَاۤ  اَرۡسَلۡتَ  اِلَیۡنَا رَسُوۡلًا فَنَتَّبِعَ اٰیٰتِکَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ  نَّذِلَّ  وَ  نَخۡزٰی    -- Dan seandainya Kami membinasakan mereka dengan azab sebelum ini  niscaya mereka akan berkata: "Ya Rabb (Tuhan) kami, me­ngapakah   Engkau tidak mengirimkan kepada kami seorang rasul supaya kami mengikuti Ayat-ayat Engkau sebelum kami direndahkan dan dihinakan?"  قُلۡ کُلٌّ مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوۡا ۚ فَسَتَعۡلَمُوۡنَ مَنۡ  اَصۡحٰبُ الصِّرَاطِ السَّوِیِّ  وَ مَنِ  اہۡتَدٰی --  Katakanlah: "Setiap orang sedang menunggu maka kamu pun  tunggulah, lalu segera kamu akan mengetahui siapakah yang ada pada jalan yang lurus dan siapa yang mengikuti petunjuk dan siapa yang tidak   (Thā Hā [20]:134-136).

Pengulangan Pengutusan “Adam” Sebagai “Khalifah Allah” di Muka Bumi

 Ayat  لِکُلِّ نَبَاٍ  مُّسۡتَقَرٌّ ۫ وَّ سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ  -- “Bagi tiap kabar gaib ada masa yang tertentu dan kamu segera akan mengetahui(Al-An’ām [6]:68) dalam ayat sebelumnya berarti bahwa  Allah Swt.  sesuai dengan hikmah-Nya yang tidak dapat salah itu, telah menentukan satu saat penggenapan setiap kabar gaib. Maka azab yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang menolak kebenaran akan datang juga pada saatnya yang tepat,   sebagai  akibat mendustakan dan menentang Rasul Allah yang  kedatangannya dijanjikan di kalangan Bani Adam (QS.7:35-37) yang kepadanya Allah Swt. membukakan rahasia-rahasia gaib-Nya, firman-Nya:
عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا ﴿ۙ﴾  اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ  بَیۡنِ یَدَیۡہِ  وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾ لِّیَعۡلَمَ  اَنۡ  قَدۡ  اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ  شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿٪﴾
Dia-lah Yang mengetahui yang gaib, maka Dia tidak menzahirkan  rahasia gaib-Nya kepada siapa pun,     kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai, maka sesungguhnya barisan pengawal berjalan di hadapannya dan di belakangnya,  supaya Dia mengetahui bahwa  sungguh  mereka telah menyampaikan Amanat-amanat Rabb (Tuhan) mereka, dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka dan Dia membuat perhitungan mengenai segala sesuatu. (QS.72:27-29).
     Pada hakikatnya pengutusan Rasul Allah yang dijanjikan (QS.7:35-37)  merupakan pengulangan kisah monumental “Adam, Malaikat, dan Iblis” (QS.2”31-36) yakni dibangkitkannya Adam  sebagai  “Khalifah Allah” (wakil Allah) di muka bumi, yang kepadanya Allah Swt. mengajarkan  rahasia baru dari Al-Asma-ul-Husna Allah Swt., yang para malaikat pun tidak mengetahuinya, firman-Nya:
وَ  اِذۡ قَالَ رَبُّکَ لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اِنِّیۡ جَاعِلٌ فِی الۡاَرۡضِ خَلِیۡفَۃً ؕ قَالُوۡۤا اَتَجۡعَلُ فِیۡہَا مَنۡ یُّفۡسِدُ فِیۡہَا وَ یَسۡفِکُ الدِّمَآءَ ۚ وَ نَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ ؕ قَالَ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾  وَ عَلَّمَ اٰدَمَ الۡاَسۡمَآءَ کُلَّہَا ثُمَّ عَرَضَہُمۡ عَلَی الۡمَلٰٓئِکَۃِ ۙ فَقَالَ اَنۡۢبِـُٔوۡنِیۡ بِاَسۡمَآءِ ہٰۤؤُلَآءِ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡا سُبۡحٰنَکَ لَا عِلۡمَ لَنَاۤ اِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَلِیۡمُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ قَالَ یٰۤاٰدَمُ اَنۡۢبِئۡہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۚ فَلَمَّاۤ اَنۡۢبَاَہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۙ قَالَ اَلَمۡ اَقُلۡ لَّکُمۡ اِنِّیۡۤ  اَعۡلَمُ غَیۡبَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۙ وَ اَعۡلَمُ مَا تُبۡدُوۡنَ وَ مَا کُنۡتُمۡ تَکۡتُمُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Rabb (Tuhan) engkau berfirman kepada para  malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang  khalifah di bumi”, قَالُوۡۤا اَتَجۡعَلُ فِیۡہَا مَنۡ یُّفۡسِدُ فِیۡہَا وَ یَسۡفِکُ الدِّمَآءَ ۚ وَ نَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ  -- mereka berkata: “Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya yakni di bumi orang yang akan membuat kerusakan  di dalamnya dan akan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa  bertasbih dengan pujian Engkau  dan kami senantiasa mensucikan  Engkau?”  قَالَ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ --   Dia berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”  وَ عَلَّمَ اٰدَمَ الۡاَسۡمَآءَ کُلَّہَا     -- Dan  Dia mengajarkan kepada Adam  nama-nama itu semuanya ثُمَّ عَرَضَہُمۡ عَلَی الۡمَلٰٓئِکَۃِ ۙ فَقَالَ اَنۡۢبِـُٔوۡنِیۡ بِاَسۡمَآءِ ہٰۤؤُلَآءِ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ --   kemudian Dia mengemukakan mereka itu kepada para malaikat lalu Dia berfirman: “Beritahukanlah kepada-Ku nama-nama mereka ini jika kamu memang   benar.”  قَالُوۡا سُبۡحٰنَکَ لَا عِلۡمَ لَنَاۤ اِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَا   -- Mereka berkata: “Mahasuci Engkau, kami tidak  memiliki  pengetahuan kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَلِیۡمُ الۡحَکِیۡمُ  --  sesungguhnya Engkau benar-benar Ma-ha Mengetahui, Mahabijaksana.”  قَالَ یٰۤاٰدَمُ اَنۡۢبِئۡہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۚ فَلَمَّاۤ اَنۡۢبَاَہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ   -- Dia berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah  kepada mereka nama-nama mereka itu”, maka tatkala diberitahukannya kepada mereka nama-nama mereka itu, قَالَ اَلَمۡ اَقُلۡ لَّکُمۡ اِنِّیۡۤ  اَعۡلَمُ غَیۡبَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ -- Dia berfirman: “Bukankah telah Aku katakan kepada kamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui  rahasia seluruh langit dan bumi وَ اَعۡلَمُ مَا تُبۡدُوۡنَ وَ مَا کُنۡتُمۡ تَکۡتُمُوۡنَ  --  dan mengetahui apa pun yang kamu nyatakan dan apa pun yang    kamu sembunyikan?” (Al-Baqarah [2]:31-34).
       Jadi makna ayat   وَ عَلَّمَ اٰدَمَ الۡاَسۡمَآءَ کُلَّہَا     -- “Dan  Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama itu semuanya”   mengisyaratkan kepada   pembukaan rahasia-rahasia gaib-Nya yang baru  kepada rasul Allah sebagaimana dikemukakan  dalam QS.72:27-29 yakni:  عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا ﴿ۙ﴾  اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ -- “Dia-lah Yang mengetahui yang gaib, maka Dia tidak menzahirkan  rahasia gaib-Nya kepada siapa pun,  kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai.”  
               
Perumpaaan “Pohon yang Baik” dan “Pohon yang Buruk

    Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai  dua  pengaruh     Al-Quran  yang berbeda  terhadap manusia:
وَ نُنَزِّلُ مِنَ الۡقُرۡاٰنِ مَا ہُوَ شِفَآءٌ وَّ رَحۡمَۃٌ  لِّلۡمُؤۡمِنِیۡنَ ۙ وَ لَا یَزِیۡدُ الظّٰلِمِیۡنَ   اِلَّا  خَسَارًا﴿﴾  وَ  اِذَاۤ   اَنۡعَمۡنَا عَلَی  الۡاِنۡسَانِ اَعۡرَضَ وَ نَاٰ بِجَانِبِہٖ ۚ وَ اِذَا مَسَّہُ  الشَّرُّ کَانَ یَــُٔوۡسًا﴿﴾  قُلۡ کُلٌّ یَّعۡمَلُ عَلٰی شَاکِلَتِہٖ ؕ فَرَبُّکُمۡ اَعۡلَمُ  بِمَنۡ  ہُوَ  اَہۡدٰی  سَبِیۡلًا ﴿٪﴾
Dan  Kami  menurunkan dari Al-Quran suatu  penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, tetapi tidak menambah kepada orang-orang yang zalim melainkan kerugian.  Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia ia berpaling dan menjauhkan dirinya, tetapi apabila keburukan menimpanya  ia berputus asa.   قُلۡ کُلٌّ یَّعۡمَلُ عَلٰی شَاکِلَتِہٖ ؕ  --  Katakanlah: “Setiap orang beramal menurut caranya sendiri  فَرَبُّکُمۡ اَعۡلَمُ  بِمَنۡ  ہُوَ  اَہۡدٰی  سَبِیۡلًا --  maka Rabb (Tuhan) kamu lebih mengetahui siapa yang lebih terpimpin pada jalan-Nya dan siapa yang tersesat”  (Bani Israil [17]:83-85).
      Kata-kata ‘alā  syākilati-hi dalam ayat قُلۡ کُلٌّ یَّعۡمَلُ عَلٰی شَاکِلَتِہٖ ؕ  --  Katakanlah: “Setiap orang beramal menurut caranya sendiri,”  berarti: sesuai dengan niat, cara berpikir, tujuan-tujuan, dan maksud-maksud sendiri, karena itu  siapa pun tidak bisa menghakimi  masalah-masalah yang gaib  -- dalam hal ini adalah  soal keimanan  -- sebab  hal tersebut   sepenuhnya merupakan wewenang Allah Swt. untuk melakukan penilaiannya.
      Walau pun benar  bahwa masalah  keimanan merupakan hal yang gaib, namun demikian  baik-buruknya pemahaman atau keimanan  atau ajaran seseorang atau sekelompok orang dalam  masalah keagamaan akan nampak jelas dari baik-buruk  perbuatan (aksi-aksi) yang dilakukannya, sebagaimana perumpamaan “pohon yang baik” dan “pohon yang buruk” berikut imi:
اَلَمۡ تَرَ کَیۡفَ ضَرَبَ اللّٰہُ مَثَلًا کَلِمَۃً طَیِّبَۃً  کَشَجَرَۃٍ  طَیِّبَۃٍ اَصۡلُہَا ثَابِتٌ وَّ فَرۡعُہَا فِی  السَّمَآءِ ﴿ۙ﴾  تُؤۡتِیۡۤ  اُکُلَہَا کُلَّ حِیۡنٍۭ  بِاِذۡنِ رَبِّہَا ؕ وَ یَضۡرِبُ اللّٰہُ  الۡاَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّہُمۡ یَتَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾  وَ مَثَلُ کَلِمَۃٍ خَبِیۡثَۃٍ کَشَجَرَۃٍ خَبِیۡثَۃِۣ اجۡتُثَّتۡ مِنۡ فَوۡقِ الۡاَرۡضِ مَا  لَہَا مِنۡ  قَرَارٍ ﴿﴾  یُثَبِّتُ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِالۡقَوۡلِ الثَّابِتِ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ فِی الۡاٰخِرَۃِ ۚ وَ یُضِلُّ اللّٰہُ الظّٰلِمِیۡنَ ۟ۙ وَ یَفۡعَلُ  اللّٰہُ  مَا یَشَآءُ ﴿٪﴾
Tidakkah engkau melihat  bagaimana Allah mengemukakan perumpamaan satu kalimat yang baik?  کَشَجَرَۃٍ  طَیِّبَۃٍ اَصۡلُہَا ثَابِتٌ وَّ فَرۡعُہَا فِی  السَّمَآءِ -- Kalimat itu seperti sebatang pohon yang baik, yang akarnya kokoh kuat dan cabang-cabangnya menjangkau  langit? تُؤۡتِیۡۤ  اُکُلَہَا کُلَّ حِیۡنٍۭ  بِاِذۡنِ رَبِّہَا   -- Ia memberikan buahnya  setiap waktu dengan izin Rabb-nya (Tuhan-nya), وَ یَضۡرِبُ اللّٰہُ  الۡاَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّہُمۡ یَتَذَکَّرُوۡنَ --  dan Allah mengemukakan  perumpamaan-perumpamaan itu bagi manusia, supaya mereka mendapat nasihatاجۡتُثَّتۡ مِنۡ فَوۡقِ الۡاَرۡضِ مَا  لَہَا مِنۡ    وَ مَثَلُ کَلِمَۃٍ خَبِیۡثَۃٍ کَشَجَرَۃٍ خَبِیۡثَۃِۣ قَرَارٍ  --  Dan perumpamaan kalimah yang buruk  adalah seperti  pohon buruk yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi, ia se-kali-kali tidak   memiliki kemantapan. یُثَبِّتُ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِالۡقَوۡلِ الثَّابِتِ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ فِی الۡاٰخِرَۃِ  --   Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan firman yang kokoh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat,  وَ یُضِلُّ اللّٰہُ الظّٰلِمِیۡنَ ۟ۙ وَ یَفۡعَلُ  اللّٰہُ  مَا یَشَآءُ  -- dan Allah menyesatkan orang-orang zalim, dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki. (Ibrahim [14]:25-28).

Empat Macam Keunggulan Al-Quran

     Ada pun yang dimaksud dengan  “kalimah  yang baik” dalam ayat 25  adalah firman Allah     yakni  wahyu Al-Quran, diumpamakan sebagai  sebatang pohon yang mempunyai empat macam sifat yang penting:
   (a) Kalam Ilahi  itu baik, artinya bersih dari segala ajaran-ajaran yang bertentangan dengan akal dan kata hati manusia atau berlawanan dengan perasaan dan kepekaan tabiat manusia.
      (b) Seperti sebatang pohon yang baik itu  akarnya dalam serta buahnya subur; yakni  Kalam Ilahi itu mempunyai dasar yang kuat dan kokoh, dan menerima hayat serta jaminan hidup yang tetap segar dari sumbernya; dan laksana sebatang pohon yang kuat  firman Ilahi itu tidak merunduk oleh tiupan angin perlawanan serta kecaman yang timbul dari rasa permusuhan, tetapi berdiri tegak di hadapan segala taufan badai.  Firman Allah itu mendapat hayat dan jaminan hidup hanya dari satu sumber dan oleh karena itu tidak ada ketidak-serasian atau pertentangan dalam prinsip-prinsip dan ajarannya.
      (c) Dahan-dahannya menjangkau sampai ke langit, yang berarti bahwa dengan mengamalkannya  orang dapat menanjak ke puncak-puncak kemuliaan ruhani tertinggi.
      (d) Kalam Ilahi itu menghasilkan buahnya yang berlimpah-limpah di segala musim, yang berarti bahwa berkat-berkatnya nampak di sepanjang masa. Dan Kalam Ilahi itu di sepanjang abad terus-menerus membuahkan orang-orang yang karena beramal sesuai dengan ajaran-ajarannya mencapai perhubungan dengan Allah Swt.,   dan karena kejujurannya serta kesucian dalam tingkah lakunya mereka menjulang tinggi dan mengatasi (melampaui) orang-orang yang sezaman dengan mereka.
        Al-Quran memiliki semua sifat itu dalam ukuran yang sepenuhnya, itulah makna   dari  perumpamaan “pohon yang baik” yang dikemukakan dalam ayat 25. Dan berbeda dari “pohon yang baik” (Al-Quran), keadaan kitab yang diciptakan oleh seorang pemalsu, adalah seperti pohon yang buruk. Ia tidak memiliki kekekalan atau kemantapan. Ajarannya tidak didukung oleh akal maupun hukum-hukum alam.
Kitab semacam itu tak dapat bertahan terhadap kritikan, dan asas-asas serta cita-citanya terus berubah bersama dengan berubahnya keadaan manusia dan lingkungannya. Ia merupakan ajaran yang campur aduk, dikumpulkan dari sumber-sumber yang meragukan
      Kitab semacam itu tidak bisa melahirkan orang-orang yang dapat menda'wakan pernah mengadakan perhubungan yang hakiki dengan Allah Swt.  Kitab  seperti itu tidak menerima daya hidup yang baru dari sumber Ilahi dan selamanya terancam keruntuhan dan kemunduran.
      Walau pun benar bahwa Kitab suci Al-Quran merupakan “pohon yang baik”  yang memiliki 4 macam sifat utama yang dikemukakan sebelumnya, tetapi  Al-Quran pun memiliki kemampuan untuk memisahkan    orang-orang yang hatinya berpenyakit dan bengkok  (QS.2:27; QS.3:8-9) dari orang-orang yang diberi kemampuan “menyentuh” kedalaman khazanah ruhaninya  yang tak terhingga (QS.56:78-81; QS.72:27-29).
       Itulah sebabnya walau pun benar bahwa Al-Quran itu merupakan Kitab suci yang terakhir dan tersempurna (QS.5:4) dan untuk seluruh umat manusia (QS.2:186), tetapi hanya orang-orang yang bertakwa  sajalah yang benar-benar mendapat petunjuk yang tidak terbatas dari Al-Quran (QS.2:1-8).

Kritikan Keras Yesus (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) Terhadap Para Pemuka Agama Yahudi

      Yesus (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) pun dalam mengeritik perbuatan  para pemuka agama Yahudi  yang tidak sesuai dengan ajaran Taurat beliau berkata:
12:33 Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal. 12:34 Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. 12:35 Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. 12:36 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. 12:37 Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." (Matius 12:33-37).
       Demikian juga  di kalangan umat Islam, jika dalam kenyataannya  di kalangan mereka ada yang menyukai menebar fatwa kafir (pengkafiran) serta melakukan intimidasi atau teror terhadap pihak-pihak yang berbeda faham (pandangan) dalam masalah agama dengan mereka,  maka hal tersebut  mengindikasikan bahwa mereka itu termasuk jenis “pohon yang buruk”  yang pasti akan menghasilkan “buah-buahan yang buruk” pula berupa timbul berbagai macam  kemudaratan  bagi berbagai pihak.
      Mengapa demikian? Sebab pemahaman  dan pengamalan keagamaan atau keimanan mereka  bertentangan dengan misi kerasulan Nabi Besar Muhammad saw. sebagai “rahmat bagi seluruh alam” (QS.21:108)  serta  bertentangan dengan gelar “umat terbaik” yang ditetapkan Allah Swt. bagi orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw.  (QS.2:144; QS.3:111), sebab mereka itu merupakan perumpamaan   “pohon yang baik”, sebagaimana firman-Nya sebelum ini:
اَلَمۡ تَرَ کَیۡفَ ضَرَبَ اللّٰہُ مَثَلًا کَلِمَۃً طَیِّبَۃً  کَشَجَرَۃٍ  طَیِّبَۃٍ اَصۡلُہَا ثَابِتٌ وَّ فَرۡعُہَا فِی  السَّمَآءِ ﴿ۙ﴾  تُؤۡتِیۡۤ  اُکُلَہَا کُلَّ حِیۡنٍۭ  بِاِذۡنِ رَبِّہَا ؕ وَ یَضۡرِبُ اللّٰہُ  الۡاَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّہُمۡ یَتَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾  وَ مَثَلُ کَلِمَۃٍ خَبِیۡثَۃٍ کَشَجَرَۃٍ خَبِیۡثَۃِۣ اجۡتُثَّتۡ مِنۡ فَوۡقِ الۡاَرۡضِ مَا  لَہَا مِنۡ  قَرَارٍ ﴿﴾  یُثَبِّتُ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِالۡقَوۡلِ الثَّابِتِ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ فِی الۡاٰخِرَۃِ ۚ وَ یُضِلُّ اللّٰہُ الظّٰلِمِیۡنَ ۟ۙ وَ یَفۡعَلُ  اللّٰہُ  مَا یَشَآءُ ﴿٪﴾
Tidakkah engkau melihat  bagaimana Allah mengemukakan perumpamaan satu kalimat yang baik?  کَشَجَرَۃٍ  طَیِّبَۃٍ اَصۡلُہَا ثَابِتٌ وَّ فَرۡعُہَا فِی  السَّمَآءِ -- Kalimat itu seperti sebatang pohon yang baik, yang akarnya kokoh kuat dan cabang-cabangnya menjangkau  langit? تُؤۡتِیۡۤ  اُکُلَہَا کُلَّ حِیۡنٍۭ  بِاِذۡنِ رَبِّہَا   -- Ia memberikan buahnya  setiap waktu dengan izin Rabb-nya (Tuhan-nya), وَ یَضۡرِبُ اللّٰہُ  الۡاَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّہُمۡ یَتَذَکَّرُوۡنَ --  dan Allah mengemukakan  perumpamaan-perumpamaan itu bagi manusia, supaya mereka mendapat nasihatاجۡتُثَّتۡ مِنۡ فَوۡقِ الۡاَرۡضِ مَا  لَہَا مِنۡ    وَ مَثَلُ کَلِمَۃٍ خَبِیۡثَۃٍ کَشَجَرَۃٍ خَبِیۡثَۃِۣ قَرَارٍ  --  Dan perumpamaan kalimah yang buruk  adalah seperti  pohon buruk yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi, ia se-kali-kali tidak   memiliki kemantapan. یُثَبِّتُ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِالۡقَوۡلِ الثَّابِتِ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ فِی الۡاٰخِرَۃِ  --   Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan firman yang kokoh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat,  وَ یُضِلُّ اللّٰہُ الظّٰلِمِیۡنَ ۟ۙ وَ یَفۡعَلُ  اللّٰہُ  مَا یَشَآءُ  -- dan Allah menyesatkan orang-orang zalim, dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki. (Ibrahim [14]:25-28).

Menciptakan “Kehidupan Surgawi” di Dunia

      Apabila umat beragama  -- terutama umat Islam  --    kembali kepada petunjuk Allah Swt. dalam Al-Quran serta kepada Sunnah Nabi Besar Muhammad saw.   – yang merupakan “Pohon yang baik”  -- maka Sunnatullah berikut ini yang pasti akan mereka alami di dunia ini juga, firman-Nya:
وَ بَشِّرِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ  کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira  orang-orang yang beriman dan beramal shaleh bahwa sesungguhnya  untuk mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا --  Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rezeki, قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ --  mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya”, وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا --  akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya, وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ  -- dan bagi mereka di dalamnya ada  jodoh-jodoh yang suci, dan mereka akan kekal di dalamnya  (Al-Baqarah [2]:26).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo

Pajajaran Anyar,   27  Januari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar