Bismillaahirrahmaanirrahiim
KITAB SUCI AL-QURAN
“Kitab Suci Al-Quran
adalah kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak
menyadarinya ”
“Setiap saat hatiku
merindukan untuk mencium Kitab Engkau
dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan
Kabahku”
(Al-Masih-al-Mau’ud
a.s.)
Pengulangan Kisah
Monumental “Adam, Malaikat, dan Iblis” & Perumpamaan “Pohon yang Baik” dan “Pohon yang Buruk”
Bab 24
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan
mengenai berbagai bentuk azab Ilahi dan berkecamuknya berbagai bentuk bencana
dan huru-hara yang terjadi di Akhir Zaman ini merupakan bukti benarnya firman Allah Swt. berikut
ini:
قُلۡ
ہُوَ الۡقَادِرُ عَلٰۤی اَنۡ یَّبۡعَثَ عَلَیۡکُمۡ عَذَابًا مِّنۡ
فَوۡقِکُمۡ اَوۡ مِنۡ تَحۡتِ اَرۡجُلِکُمۡ اَوۡ یَلۡبِسَکُمۡ شِیَعًا وَّ یُذِیۡقَ
بَعۡضَکُمۡ بَاۡسَ بَعۡضٍ ؕ اُنۡظُرۡ کَیۡفَ نُصَرِّفُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّہُمۡ
یَفۡقَہُوۡنَ﴿﴾ وَ کَذَّبَ بِہٖ قَوۡمُکَ وَ ہُوَ الۡحَقُّ ؕ قُلۡ
لَّسۡتُ عَلَیۡکُمۡ بِوَکِیۡلٍ ﴿ؕ﴾ لِکُلِّ نَبَاٍ
مُّسۡتَقَرٌّ ۫ وَّ سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Katakanlah: “Dia-lah Yang berkuasa mengirimkan azab
kepada kamu dari atas kamu atau dari bawah kaki kamu atau mencampur-baurkan kamu menjadi
golongan-golongan yang saling berselisih dan membuat sebagian kamu merasakan keganasan sebagian yang lain.”
Lihatlah bagaimana Kami membentangkan Tanda-tanda supaya
mereka mengerti. Dan kaum engkau telah mendustakannya,
padahal itu adalah kebenaran. Katakanlah: ”Aku sekali-kali bukan
penanggungjawab atas kamu.” Bagi tiap
kabar gaib ada masa yang tertentu dan kamu
segera akan mengetahui. (Al-An’ām
[6]:66-68).
Makna “azab
dari atas” maknanya: kelaparan, gempa bumi, air bah, taufan, penindasan terhadap golongan yang lemah oleh yang kuat,
penderitaan mental, dan sebagainya; dan makna
“siksaan dari bawah” berarti:
penyakit-penyakit, wabah, pemberontakan
orang-orang bawahan, dan sebagainya.
Kemudian ada hukuman berupa kekacauan, perpecahan-perpecahan
dan perselisihan yang kadang-kadang
berakhir dalam perang saudara. Hal
demikian ini diisyaratkan dalam kata-kata
اَوۡ یَلۡبِسَکُمۡ شِیَعًا وَّ یُذِیۡقَ بَعۡضَکُمۡ بَاۡسَ بَعۡضٍ -- “membuat sebagian kamu merasakan keganasan sebagian yang lain.”
Di sini kata ganti “nya” dalam ayat وَ کَذَّبَ بِہٖ قَوۡمُکَ وَ ہُوَ
الۡحَقُّ -- “Dan kaum engkau telah mendustakannya, padahal itu
adalah kebenaran” menunjuk kepada
(1) perkara yang sedang dibahas; (2) Al-Quran;
(3) azab Ilahi. Jika kita ambil arti
yang terakhir (azab Ilahi), maka
kata-kata وَ ہُوَ الۡحَقُّ -- “padahal itu adalah kebenaran” akan berarti bahwa azab Ilahi yang dijanjikan pasti akan tiba, sebab Allah Swt. tidak pernah menimpakan azab kepada manusia sebelum terlebih dulu diutus rasul Allah sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan kepada
mereka (QS.6:132; QS.11:118; QS.17:16-18; QS.20:134-136; QS.26:209-210; QS.28:60)
Ayat لِکُلِّ نَبَاٍ مُّسۡتَقَرٌّ ۫ وَّ سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ -- “Bagi
tiap kabar gaib ada masa yang
tertentu dan kamu segera akan mengetahui” itu berarti bahwa Allah Swt. sesuai dengan hikmah-Nya yang tidak dapat salah itu, telah menentukan satu saat penggenapan setiap kabar gaib. Maka azab yang telah dijanjikan
kepada orang-orang yang menolak kebenaran
akan datang juga pada saatnya yang
tepat.
Sebelum Mengutus Rasul-Nya Allah Swt. Tidak pernah Mengazab Manusia
Merupakan
Sunnatullah bahwa
Allah Swt. tidak pernah menurunkan azab ketika manusia mensyukuri nikmat-nikmat Allah Swt. dengan cara bersyukur yang hakiki -- terutama mensyukuri nikmat
ruhani berupa kenabian (QS.4:148;
QS.14:8; QS.4:70-71) -- tetapi jika mengingkarinya maka berbagai macam azab Ilahi akan mengepung manusia, sebagaimana firman-Nya sebelum ini:
قُلۡ
ہُوَ الۡقَادِرُ عَلٰۤی اَنۡ یَّبۡعَثَ عَلَیۡکُمۡ عَذَابًا مِّنۡ
فَوۡقِکُمۡ اَوۡ مِنۡ تَحۡتِ اَرۡجُلِکُمۡ اَوۡ یَلۡبِسَکُمۡ شِیَعًا وَّ یُذِیۡقَ
بَعۡضَکُمۡ بَاۡسَ بَعۡضٍ ؕ اُنۡظُرۡ کَیۡفَ نُصَرِّفُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّہُمۡ
یَفۡقَہُوۡنَ﴿﴾ وَ کَذَّبَ بِہٖ قَوۡمُکَ وَ ہُوَ الۡحَقُّ ؕ قُلۡ
لَّسۡتُ عَلَیۡکُمۡ بِوَکِیۡلٍ ﴿ؕ﴾ لِکُلِّ نَبَاٍ
مُّسۡتَقَرٌّ ۫ وَّ سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Katakanlah: “Dia-lah Yang berkuasa mengirimkan azab
kepada kamu dari atas kamu atau dari bawah kaki kamu atau mencampur-baurkan kamu menjadi
golongan-golongan yang saling berselisih dan membuat sebagian kamu merasakan keganasan sebagian yang lain.”
Lihatlah bagaimana Kami membentangkan Tanda-tanda supaya
mereka mengerti. وَ کَذَّبَ بِہٖ قَوۡمُکَ وَ ہُوَ الۡحَقُّ
--Dan kaum engkau telah mendustakannya,
padahal itu adalah kebenaran. Katakanlah: ”Aku sekali-kali bukan
penanggungjawab atas kamu.” لِکُلِّ نَبَاٍ مُّسۡتَقَرٌّ ۫ وَّ سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ -- Bagi tiap
kabar gaib ada masa yang tertentu dan kamu
segera akan mengetahui. (Al-An’ām
[6]:66-68).
Di sini kata ganti “nya” dalam ayat وَ کَذَّبَ بِہٖ قَوۡمُکَ وَ ہُوَ
الۡحَقُّ -- “Dan kaum engkau telah mendustakannya, padahal itu
adalah kebenaran” menunjuk kepada
(1) perkara yang sedang dibahas; (2) Al-Quran;
(3) azab Ilahi. Jika kita ambil arti
yang terakhir (azab Ilahi), maka
kata-kata وَ ہُوَ الۡحَقُّ -- “padahal itu adalah kebenaran” akan berarti bahwa azab Ilahi yang dijanjikan pasti akan tiba, sebab Allah Swt. tidak pernah menimpakan azab kepada manusia sebelum terlebih dulu diutus rasul Allah sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan kepada
mereka (QS.6:132; QS.11:118;
QS.17:16-18; QS.26:209-210; QS.28:60), sebab
jika tidak demikian maka manusia
punya alasan untuk menyalahkan atau melakukan protes kepada Allah Swt.,
firman-Nya:
وَ قَالُوۡا
لَوۡ لَا یَاۡتِیۡنَا بِاٰیَۃٍ مِّنۡ رَّبِّہٖ ؕ اَوَ لَمۡ تَاۡتِہِمۡ بَیِّنَۃُ مَا فِی الصُّحُفِالۡاُوۡلٰی ﴿﴾ وَ لَوۡ اَنَّـاۤ
اَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِعَذَابٍ مِّنۡ قَبۡلِہٖ لَقَالُوۡا رَبَّنَا لَوۡ
لَاۤ اَرۡسَلۡتَ اِلَیۡنَا رَسُوۡلًا فَنَتَّبِعَ اٰیٰتِکَ مِنۡ
قَبۡلِ اَنۡ نَّذِلَّ وَ
نَخۡزٰی ﴿﴾ قُلۡ کُلٌّ مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوۡا ۚ
فَسَتَعۡلَمُوۡنَ مَنۡ اَصۡحٰبُ
الصِّرَاطِ السَّوِیِّ وَ مَنِ اہۡتَدٰی ﴿﴾٪
Dan
mereka berkata: "Mengapakah ia (Rasul)
tidak mendatangkan kepada kami
suatu Tanda dari Rabb-nya
(Tuhan-nya)?" Bukankah telah datang
kepada mereka bukti yang jelas apa yang ada dalam lembaran-lembaran terdahulu? وَ لَوۡ
اَنَّـاۤ اَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِعَذَابٍ مِّنۡ
قَبۡلِہٖ لَقَالُوۡا رَبَّنَا لَوۡ لَاۤ
اَرۡسَلۡتَ اِلَیۡنَا رَسُوۡلًا
فَنَتَّبِعَ اٰیٰتِکَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ
نَّذِلَّ وَ نَخۡزٰی -- Dan seandainya
Kami membinasakan mereka dengan azab sebelum ini niscaya mereka akan berkata: "Ya Rabb (Tuhan) kami, mengapakah Engkau tidak
mengirimkan kepada kami seorang rasul supaya kami mengikuti Ayat-ayat Engkau sebelum kami direndahkan dan dihinakan?" قُلۡ کُلٌّ مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوۡا ۚ
فَسَتَعۡلَمُوۡنَ مَنۡ اَصۡحٰبُ
الصِّرَاطِ السَّوِیِّ وَ مَنِ اہۡتَدٰی -- Katakanlah:
"Setiap orang sedang menunggu
maka kamu pun tunggulah, lalu segera kamu akan mengetahui siapakah yang ada pada jalan yang lurus
dan siapa yang mengikuti petunjuk dan
siapa yang tidak (Thā
Hā [20]:134-136).
Pengulangan
Pengutusan “Adam” Sebagai “Khalifah Allah” di Muka Bumi
Ayat لِکُلِّ نَبَاٍ مُّسۡتَقَرٌّ ۫ وَّ سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ -- “Bagi
tiap kabar gaib ada masa yang
tertentu dan kamu segera akan mengetahui” (Al-An’ām [6]:68) dalam
ayat sebelumnya berarti
bahwa Allah Swt. sesuai dengan hikmah-Nya yang tidak dapat salah itu, telah menentukan satu saat penggenapan setiap kabar gaib. Maka azab
yang telah dijanjikan kepada
orang-orang yang menolak kebenaran
akan datang juga pada saatnya yang
tepat, sebagai akibat mendustakan
dan menentang Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan di kalangan Bani
Adam (QS.7:35-37) yang kepadanya Allah Swt. membukakan rahasia-rahasia gaib-Nya, firman-Nya:
عٰلِمُ
الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا ﴿ۙ﴾ اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ
یَسۡلُکُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾ لِّیَعۡلَمَ اَنۡ
قَدۡ اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ
رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿٪﴾
Dia-lah Yang
mengetahui yang gaib, maka Dia tidak menzahirkan rahasia gaib-Nya kepada siapa pun, kecuali
kepada Rasul yang Dia ridhai, maka
sesungguhnya barisan pengawal berjalan
di hadapannya dan di belakangnya, supaya Dia
mengetahui bahwa sungguh
mereka telah menyampaikan Amanat-amanat Rabb (Tuhan) mereka, dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka
dan Dia membuat perhitungan mengenai
segala sesuatu. (QS.72:27-29).
Pada hakikatnya
pengutusan Rasul Allah yang dijanjikan (QS.7:35-37) merupakan pengulangan
kisah monumental “Adam, Malaikat, dan Iblis” (QS.2”31-36) yakni dibangkitkannya Adam sebagai “Khalifah
Allah” (wakil Allah) di muka bumi, yang kepadanya Allah Swt.
mengajarkan rahasia baru dari Al-Asma-ul-Husna
Allah Swt., yang para malaikat
pun tidak mengetahuinya, firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ رَبُّکَ لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اِنِّیۡ جَاعِلٌ
فِی الۡاَرۡضِ
خَلِیۡفَۃً ؕ قَالُوۡۤا اَتَجۡعَلُ
فِیۡہَا مَنۡ یُّفۡسِدُ فِیۡہَا وَ یَسۡفِکُ
الدِّمَآءَ ۚ وَ نَحۡنُ
نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ ؕ قَالَ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا
لَا تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ وَ عَلَّمَ اٰدَمَ
الۡاَسۡمَآءَ کُلَّہَا ثُمَّ عَرَضَہُمۡ عَلَی الۡمَلٰٓئِکَۃِ ۙ فَقَالَ
اَنۡۢبِـُٔوۡنِیۡ بِاَسۡمَآءِ ہٰۤؤُلَآءِ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡا سُبۡحٰنَکَ
لَا عِلۡمَ لَنَاۤ اِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَلِیۡمُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ قَالَ یٰۤاٰدَمُ اَنۡۢبِئۡہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۚ فَلَمَّاۤ
اَنۡۢبَاَہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۙ قَالَ اَلَمۡ اَقُلۡ لَّکُمۡ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ غَیۡبَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۙ وَ
اَعۡلَمُ مَا تُبۡدُوۡنَ وَ مَا کُنۡتُمۡ تَکۡتُمُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Rabb (Tuhan) engkau berfirman kepada
para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi”, قَالُوۡۤا اَتَجۡعَلُ فِیۡہَا مَنۡ یُّفۡسِدُ فِیۡہَا وَ یَسۡفِکُ الدِّمَآءَ ۚ وَ نَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ -- mereka berkata: “Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya yakni di bumi orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan akan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
pujian Engkau dan kami senantiasa mensucikan Engkau?” قَالَ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا
لَا تَعۡلَمُوۡنَ -- Dia berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” وَ عَلَّمَ
اٰدَمَ الۡاَسۡمَآءَ کُلَّہَا -- Dan Dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama
itu semuanya ثُمَّ
عَرَضَہُمۡ عَلَی الۡمَلٰٓئِکَۃِ ۙ فَقَالَ اَنۡۢبِـُٔوۡنِیۡ بِاَسۡمَآءِ
ہٰۤؤُلَآءِ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ -- kemudian Dia
mengemukakan mereka itu kepada para malaikat lalu Dia berfirman: “Beritahukanlah
kepada-Ku nama-nama mereka ini jika
kamu memang benar.” قَالُوۡا سُبۡحٰنَکَ
لَا عِلۡمَ لَنَاۤ اِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَا -- Mereka berkata: “Mahasuci Engkau, kami tidak memiliki
pengetahuan kecuali apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami, اِنَّکَ
اَنۡتَ الۡعَلِیۡمُ الۡحَکِیۡمُ -- sesungguhnya
Engkau benar-benar Ma-ha Mengetahui,
Mahabijaksana.” قَالَ یٰۤاٰدَمُ
اَنۡۢبِئۡہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۚ فَلَمَّاۤ اَنۡۢبَاَہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ -- Dia berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka
nama-nama mereka itu”, maka tatkala diberitahukannya kepada mereka nama-nama mereka itu, قَالَ اَلَمۡ اَقُلۡ لَّکُمۡ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ
غَیۡبَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ -- Dia
berfirman: “Bukankah telah Aku katakan
kepada kamu bahwa sesungguhnya
Aku mengetahui rahasia seluruh langit dan bumi وَ اَعۡلَمُ مَا تُبۡدُوۡنَ وَ مَا کُنۡتُمۡ تَکۡتُمُوۡنَ -- dan mengetahui
apa pun yang kamu nyatakan dan apa
pun yang kamu sembunyikan?” (Al-Baqarah
[2]:31-34).
Jadi makna ayat وَ عَلَّمَ اٰدَمَ الۡاَسۡمَآءَ کُلَّہَا
-- “Dan
Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama itu semuanya” mengisyaratkan kepada pembukaan
rahasia-rahasia gaib-Nya yang baru kepada rasul
Allah sebagaimana dikemukakan dalam
QS.72:27-29 yakni: عٰلِمُ الۡغَیۡبِ
فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا ﴿ۙ﴾
اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ -- “Dia-lah Yang mengetahui yang gaib, maka Dia tidak menzahirkan rahasia gaib-Nya kepada siapa pun, kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai.”
Perumpaaan “Pohon yang Baik” dan “Pohon
yang Buruk”
Selanjutnya Allah Swt.
berfirman mengenai dua pengaruh Al-Quran yang berbeda terhadap manusia:
وَ
نُنَزِّلُ مِنَ الۡقُرۡاٰنِ مَا ہُوَ شِفَآءٌ وَّ رَحۡمَۃٌ لِّلۡمُؤۡمِنِیۡنَ ۙ وَ لَا یَزِیۡدُ
الظّٰلِمِیۡنَ اِلَّا خَسَارًا﴿﴾ وَ
اِذَاۤ اَنۡعَمۡنَا عَلَی الۡاِنۡسَانِ اَعۡرَضَ وَ نَاٰ بِجَانِبِہٖ ۚ
وَ اِذَا مَسَّہُ الشَّرُّ کَانَ
یَــُٔوۡسًا﴿﴾ قُلۡ کُلٌّ یَّعۡمَلُ عَلٰی شَاکِلَتِہٖ ؕ فَرَبُّکُمۡ
اَعۡلَمُ بِمَنۡ ہُوَ
اَہۡدٰی سَبِیۡلًا ﴿٪﴾
Dan Kami
menurunkan dari Al-Quran
suatu penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman,
tetapi tidak menambah kepada orang-orang
yang zalim melainkan kerugian. Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia ia berpaling dan menjauhkan dirinya, tetapi apabila keburukan menimpanya ia berputus asa. قُلۡ کُلٌّ یَّعۡمَلُ عَلٰی شَاکِلَتِہٖ ؕ -- Katakanlah: “Setiap orang beramal menurut caranya sendiri فَرَبُّکُمۡ اَعۡلَمُ بِمَنۡ
ہُوَ اَہۡدٰی سَبِیۡلًا -- maka Rabb (Tuhan) kamu lebih mengetahui siapa yang lebih terpimpin
pada jalan-Nya dan
siapa yang tersesat” (Bani Israil [17]:83-85).
Kata-kata ‘alā syākilati-hi dalam ayat قُلۡ کُلٌّ
یَّعۡمَلُ عَلٰی شَاکِلَتِہٖ ؕ -- Katakanlah: “Setiap orang beramal menurut caranya sendiri,” berarti: sesuai dengan niat, cara berpikir, tujuan-tujuan,
dan maksud-maksud sendiri, karena itu siapa pun tidak bisa menghakimi masalah-masalah
yang gaib
-- dalam hal ini adalah soal keimanan
-- sebab hal tersebut sepenuhnya merupakan wewenang Allah Swt. untuk melakukan penilaiannya.
Walau pun benar bahwa masalah
keimanan merupakan hal yang gaib, namun demikian baik-buruknya
pemahaman atau keimanan atau ajaran seseorang atau sekelompok orang dalam masalah keagamaan
akan nampak jelas dari baik-buruk perbuatan
(aksi-aksi) yang dilakukannya, sebagaimana perumpamaan “pohon yang baik” dan “pohon
yang buruk” berikut imi:
اَلَمۡ تَرَ
کَیۡفَ ضَرَبَ اللّٰہُ مَثَلًا کَلِمَۃً طَیِّبَۃً کَشَجَرَۃٍ
طَیِّبَۃٍ اَصۡلُہَا ثَابِتٌ وَّ فَرۡعُہَا فِی السَّمَآءِ ﴿ۙ﴾ تُؤۡتِیۡۤ
اُکُلَہَا کُلَّ حِیۡنٍۭ بِاِذۡنِ
رَبِّہَا ؕ وَ یَضۡرِبُ اللّٰہُ
الۡاَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّہُمۡ یَتَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَثَلُ کَلِمَۃٍ خَبِیۡثَۃٍ کَشَجَرَۃٍ خَبِیۡثَۃِۣ اجۡتُثَّتۡ مِنۡ
فَوۡقِ الۡاَرۡضِ مَا لَہَا مِنۡ قَرَارٍ ﴿﴾ یُثَبِّتُ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِالۡقَوۡلِ
الثَّابِتِ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ فِی الۡاٰخِرَۃِ ۚ وَ یُضِلُّ اللّٰہُ
الظّٰلِمِیۡنَ ۟ۙ وَ یَفۡعَلُ
اللّٰہُ مَا یَشَآءُ ﴿٪﴾
Tidakkah
engkau melihat bagaimana Allah mengemukakan perumpamaan satu kalimat
yang baik? کَشَجَرَۃٍ طَیِّبَۃٍ اَصۡلُہَا ثَابِتٌ وَّ فَرۡعُہَا
فِی السَّمَآءِ -- Kalimat
itu seperti sebatang pohon yang baik,
yang akarnya kokoh kuat dan cabang-cabangnya menjangkau langit?
تُؤۡتِیۡۤ اُکُلَہَا کُلَّ حِیۡنٍۭ بِاِذۡنِ رَبِّہَا -- Ia memberikan
buahnya setiap waktu dengan izin Rabb-nya (Tuhan-nya), وَ یَضۡرِبُ اللّٰہُ الۡاَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّہُمۡ
یَتَذَکَّرُوۡنَ -- dan Allah
mengemukakan perumpamaan-perumpamaan itu
bagi manusia, supaya mereka mendapat
nasihat. اجۡتُثَّتۡ مِنۡ
فَوۡقِ الۡاَرۡضِ مَا لَہَا مِنۡ وَ مَثَلُ کَلِمَۃٍ خَبِیۡثَۃٍ کَشَجَرَۃٍ
خَبِیۡثَۃِۣ قَرَارٍ -- Dan
perumpamaan kalimah yang buruk adalah seperti pohon buruk yang telah dicabut dengan
akar-akarnya dari permukaan bumi,
ia se-kali-kali tidak memiliki kemantapan. یُثَبِّتُ اللّٰہُ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِالۡقَوۡلِ الثَّابِتِ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ فِی
الۡاٰخِرَۃِ
-- Allah
meneguhkan orang-orang yang beriman dengan firman yang kokoh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, وَ یُضِلُّ اللّٰہُ الظّٰلِمِیۡنَ ۟ۙ وَ
یَفۡعَلُ اللّٰہُ مَا یَشَآءُ -- dan Allah
menyesatkan orang-orang zalim, dan Allah
berbuat apa yang Dia kehendaki. (Ibrahim [14]:25-28).
Empat Macam Keunggulan Al-Quran
Ada pun yang dimaksud dengan “kalimah yang
baik” dalam ayat 25 adalah firman Allah yakni wahyu
Al-Quran, diumpamakan sebagai sebatang pohon
yang mempunyai empat macam sifat yang
penting:
(a) Kalam Ilahi itu baik,
artinya bersih dari segala ajaran-ajaran
yang bertentangan dengan akal dan kata hati manusia atau berlawanan
dengan perasaan dan kepekaan tabiat manusia.
(b) Seperti sebatang pohon yang baik
itu akarnya
dalam serta buahnya subur; yakni Kalam
Ilahi itu mempunyai dasar yang
kuat dan kokoh, dan menerima hayat
serta jaminan hidup yang tetap segar
dari sumbernya; dan laksana sebatang pohon yang kuat firman
Ilahi itu tidak merunduk oleh tiupan
angin perlawanan serta kecaman
yang timbul dari rasa permusuhan,
tetapi berdiri tegak di hadapan segala taufan
badai. Firman Allah itu mendapat hayat
dan jaminan hidup hanya dari satu sumber dan oleh karena itu tidak ada ketidak-serasian atau pertentangan dalam prinsip-prinsip dan ajarannya.
(c) Dahan-dahannya
menjangkau sampai ke langit, yang
berarti bahwa dengan mengamalkannya orang dapat menanjak ke puncak-puncak kemuliaan
ruhani tertinggi.
(d) Kalam Ilahi itu menghasilkan buahnya
yang berlimpah-limpah di segala musim, yang berarti bahwa berkat-berkatnya nampak di sepanjang masa. Dan Kalam Ilahi itu di sepanjang abad terus-menerus membuahkan orang-orang yang karena beramal sesuai dengan ajaran-ajarannya mencapai perhubungan dengan Allah Swt., dan karena kejujurannya serta kesucian
dalam tingkah lakunya mereka menjulang
tinggi dan mengatasi (melampaui) orang-orang
yang sezaman dengan mereka.
Al-Quran memiliki semua sifat itu dalam ukuran yang sepenuhnya, itulah makna
dari perumpamaan “pohon yang baik” yang dikemukakan dalam ayat 25. Dan berbeda
dari “pohon yang baik” (Al-Quran),
keadaan kitab yang diciptakan oleh
seorang pemalsu, adalah seperti pohon yang buruk. Ia tidak memiliki kekekalan atau kemantapan. Ajarannya tidak didukung oleh akal maupun hukum-hukum alam.
Kitab semacam itu
tak dapat bertahan terhadap kritikan, dan asas-asas serta cita-citanya
terus berubah bersama dengan berubahnya keadaan manusia dan lingkungannya.
Ia merupakan ajaran yang campur aduk, dikumpulkan dari sumber-sumber yang meragukan.
Kitab semacam itu
tidak bisa melahirkan orang-orang
yang dapat menda'wakan pernah
mengadakan perhubungan yang hakiki dengan Allah Swt. Kitab seperti itu tidak menerima daya hidup yang baru dari sumber Ilahi
dan selamanya terancam keruntuhan dan
kemunduran.
Walau pun benar bahwa Kitab suci Al-Quran merupakan “pohon yang baik” yang memiliki 4 macam sifat utama yang dikemukakan sebelumnya, tetapi Al-Quran pun memiliki kemampuan untuk memisahkan orang-orang yang hatinya berpenyakit dan bengkok
(QS.2:27; QS.3:8-9) dari orang-orang yang diberi kemampuan “menyentuh” kedalaman khazanah ruhaninya yang tak terhingga (QS.56:78-81; QS.72:27-29).
Itulah sebabnya walau pun benar bahwa Al-Quran itu merupakan Kitab suci yang terakhir dan tersempurna
(QS.5:4) dan untuk seluruh umat manusia
(QS.2:186), tetapi hanya orang-orang
yang bertakwa sajalah yang benar-benar mendapat petunjuk yang tidak terbatas dari Al-Quran (QS.2:1-8).
Kritikan Keras Yesus
(Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) Terhadap Para Pemuka
Agama Yahudi
Yesus (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) pun dalam
mengeritik perbuatan para pemuka
agama Yahudi yang tidak sesuai
dengan ajaran Taurat beliau berkata:
12:33 Jikalau
suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya;
jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya.
Sebab dari buahnya pohon itu
dikenal. 12:34 Hai kamu keturunan ular
beludak, bagaimanakah kamu dapat
mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang
diucapkan mulut meluap dari hati. 12:35 Orang yang baik mengeluarkan
hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya
yang jahat. 12:36 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap
kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. 12:37 Karena menurut ucapanmu engkau
akan dibenarkan, dan menurut
ucapanmu pula engkau akan dihukum." (Matius 12:33-37).
Demikian juga di kalangan umat Islam, jika dalam kenyataannya di kalangan mereka ada yang menyukai menebar fatwa kafir (pengkafiran) serta melakukan intimidasi atau teror terhadap
pihak-pihak yang berbeda faham (pandangan) dalam masalah agama dengan mereka, maka hal tersebut mengindikasikan
bahwa mereka itu termasuk jenis “pohon yang buruk” yang pasti akan menghasilkan “buah-buahan yang buruk” pula berupa
timbul berbagai macam kemudaratan bagi berbagai pihak.
Mengapa demikian? Sebab pemahaman dan pengamalan keagamaan atau keimanan
mereka bertentangan dengan misi
kerasulan Nabi Besar Muhammad saw. sebagai “rahmat bagi seluruh alam” (QS.21:108) serta bertentangan dengan gelar “umat terbaik” yang ditetapkan Allah Swt.
bagi orang-orang yang benar-benar beriman
kepada Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw. (QS.2:144; QS.3:111), sebab mereka itu
merupakan perumpamaan “pohon yang baik”, sebagaimana firman-Nya
sebelum ini:
اَلَمۡ تَرَ
کَیۡفَ ضَرَبَ اللّٰہُ مَثَلًا کَلِمَۃً طَیِّبَۃً کَشَجَرَۃٍ
طَیِّبَۃٍ اَصۡلُہَا ثَابِتٌ وَّ فَرۡعُہَا فِی السَّمَآءِ ﴿ۙ﴾ تُؤۡتِیۡۤ
اُکُلَہَا کُلَّ حِیۡنٍۭ بِاِذۡنِ
رَبِّہَا ؕ وَ یَضۡرِبُ اللّٰہُ
الۡاَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّہُمۡ یَتَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَثَلُ کَلِمَۃٍ خَبِیۡثَۃٍ کَشَجَرَۃٍ خَبِیۡثَۃِۣ اجۡتُثَّتۡ مِنۡ
فَوۡقِ الۡاَرۡضِ مَا لَہَا مِنۡ قَرَارٍ ﴿﴾ یُثَبِّتُ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِالۡقَوۡلِ
الثَّابِتِ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ فِی الۡاٰخِرَۃِ ۚ وَ یُضِلُّ اللّٰہُ
الظّٰلِمِیۡنَ ۟ۙ وَ یَفۡعَلُ
اللّٰہُ مَا یَشَآءُ ﴿٪﴾
Tidakkah
engkau melihat bagaimana Allah mengemukakan perumpamaan satu kalimat
yang baik? کَشَجَرَۃٍ طَیِّبَۃٍ اَصۡلُہَا ثَابِتٌ وَّ فَرۡعُہَا
فِی السَّمَآءِ -- Kalimat
itu seperti sebatang pohon yang baik,
yang akarnya kokoh kuat dan cabang-cabangnya menjangkau langit?
تُؤۡتِیۡۤ اُکُلَہَا کُلَّ حِیۡنٍۭ بِاِذۡنِ رَبِّہَا -- Ia memberikan
buahnya setiap waktu dengan izin Rabb-nya (Tuhan-nya), وَ یَضۡرِبُ اللّٰہُ الۡاَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّہُمۡ
یَتَذَکَّرُوۡنَ -- dan Allah
mengemukakan perumpamaan-perumpamaan itu
bagi manusia, supaya mereka mendapat
nasihat. اجۡتُثَّتۡ مِنۡ
فَوۡقِ الۡاَرۡضِ مَا لَہَا مِنۡ وَ مَثَلُ کَلِمَۃٍ خَبِیۡثَۃٍ کَشَجَرَۃٍ
خَبِیۡثَۃِۣ قَرَارٍ -- Dan
perumpamaan kalimah yang buruk adalah seperti pohon buruk yang telah dicabut dengan
akar-akarnya dari permukaan bumi,
ia se-kali-kali tidak memiliki kemantapan. یُثَبِّتُ اللّٰہُ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِالۡقَوۡلِ الثَّابِتِ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ فِی
الۡاٰخِرَۃِ
-- Allah
meneguhkan orang-orang yang beriman dengan firman yang kokoh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, وَ یُضِلُّ اللّٰہُ الظّٰلِمِیۡنَ ۟ۙ وَ
یَفۡعَلُ اللّٰہُ مَا یَشَآءُ -- dan Allah
menyesatkan orang-orang zalim, dan Allah
berbuat apa yang Dia kehendaki. (Ibrahim [14]:25-28).
Menciptakan “Kehidupan Surgawi” di Dunia
Apabila umat beragama -- terutama umat Islam -- kembali
kepada petunjuk Allah Swt. dalam Al-Quran serta kepada Sunnah Nabi Besar Muhammad saw. – yang merupakan “Pohon yang baik” -- maka Sunnatullah berikut ini yang pasti akan
mereka alami di dunia ini juga,
firman-Nya:
وَ بَشِّرِ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ
تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ کُلَّمَا
رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا
مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ
مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman dan beramal shaleh
bahwa sesungguhnya untuk mereka ada kebun-kebun
yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.
کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا -- Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai
rezeki, قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ -- mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya”,
وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا -- akan diberikan
kepada mereka yang serupa dengannya,
وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا
خٰلِدُوۡنَ -- dan
bagi mereka di dalamnya ada jodoh-jodoh yang suci, dan
mereka akan kekal di dalamnya (Al-Baqarah
[2]:26).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran Anyar,
27
Januari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar