Selasa, 09 Februari 2016

Perbedaan Ketakwaan Sempurna Para Sahabat Nabi Besar Muhammad Saw. dengan Sikap Buruk Para Pengikut Nabi Musa a.s. yang Selalu Menyakitkan Hatinya



Bismillaahirrahmaanirrahiim


KITAB SUCI AL-QURAN

Kitab Suci Al-Quran adalah kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak menyadarinya

“Setiap saat hatiku merindukan untuk mencium Kitab  Engkau dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan Kabahku”

 (Al-Masih-al-Mau’ud a.s.)

Perbedaan Ketakwaan  Sempurna  Para Sahabat Nabi Besar Muhammad Saw. dengan Sikap  Buruk Para Pengikut Nabi Musa a.s. yang Selalu Menyakiti Hatinya

Bab 28


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya  telah dijelaskan mengenai komentar Bosworth Smith dalam bukunya Muhammad and Muhammadanism”  sehubungan dengan suri-teladan terbaik Nabi Besar Muhammad saw. dalam firman-Nya:
لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ  فِیۡ رَسُوۡلِ اللّٰہِ  اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ  لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ الۡیَوۡمَ  الۡاٰخِرَ  وَ ذَکَرَ  اللّٰہَ  کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Sungguh dalam  diri Rasulullah benar-benar terdapat  suri teladan yang sebaik-baiknya  bagi kamu, yaitu bagi  orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir,  dan bagi yang banyak mengingat Allah  (Al-Ahzāb [33]:22):
Bosworth Smith  berkomentar:
 “Kepala negara merangkap Penghulu Agama, beliau adalah Kaisar dan Paus sekaligus. Tetapi beliau adalah Paus yang tidak berlaga Paus, dan Kaisar tanpa pasukan-pasukan yang megah. Tanpa balatentara tetap, tanpa pengawal, tanpa istana yang megah, tanpa pungutan pajak tetap dan tertentu, sehingga jika ada orang berhak mengatakan bahwa ia memerintah dengan hak ketuhanan, maka orang itu hanyalah Muhammad, sebab beliau mempunyai kekuasaan tanpa alat-alat kekuasaan dan tanpa bantuan kekuasaan. Beliau biasa melakukan pekerjaan rumah tangga dengan tangan beliau sendiri, biasa tidur di atas sehelai tikar kulit, dan makanan beliau terdiri dari kurma dan air putih atau roti jawawut, dan setelah melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh, beliau biasa melewatkan malam hari dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga kedua belah kaki beliau bengkak-bengkak. Tidak ada orang yang dalam keadaan dan suasana yang begitu banyak berubah telah berubah begitu sedikitnya.”
       
Sikap Ksatria Para Sahabat Nabi Besar Muhammad Saw.

   Isyarat  dalam ayat selanjutnya ditujukan kepada kabar gaib tentang kekalahan lasykar kafir  dari golongan persekutuan (al-Ahzāb) dan kemenangan umat Islam, sebagaimana yang terjadi dengan kaum-kaum purbakala yang menentang para  Rasul Allah yang diutus kepada mereka, yang juga merupakan “lasykar-lasykar persekutuan” (al-Ahzāb --   QS.38:12-15 dan QS.54:44-47), firman-Nya:
وَ لَمَّا رَاَ  الۡمُؤۡمِنُوۡنَ الۡاَحۡزَابَ ۙ قَالُوۡا ہٰذَا مَا وَعَدَنَا اللّٰہُ  وَ رَسُوۡلُہٗ  وَ صَدَقَ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ ۫ وَ مَا زَادَہُمۡ  اِلَّاۤ اِیۡمَانًا  وَّ  تَسۡلِیۡمًا ﴿ؕ﴾
Dan ketika orang-orang beriman melihat lasykar-lasykar persekutuan  mereka berkata:  ہٰذَا مَا وَعَدَنَا اللّٰہُ  وَ رَسُوۡلُہٗ  وَ صَدَقَ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ  -- “Inilah yang telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kami,  dan Allah serta  Rasul-Nya telah mengatakan yang benar.”  وَ مَا زَادَہُمۡ  اِلَّاۤ اِیۡمَانًا  وَّ  تَسۡلِیۡمًا -- Dan hal itu tidak menambah kepada mereka kecuali keimanan dan kepatuhan. (Al-Ahzāb [33]:23).
       Sikap kesatria  yang diperagakan oleh para sahabat Nabi Besar Muhammad saw. tersebut benar-benar berbeda dengan kepengecutan  Bani Israil yang secara terang-terangan menolak perintah Nabi Musa a.s. untuk memasuki Kanaan -- “negeri yang dijanjikan” kepada mereka karena mereka  takut terhadap bangsa-bangsa yang mendiami kawasan tersebut  (QS.5:21-27).
         Peristiwa tersebut merupakan rangkaian dari ketidak-taatan atau kedurhakaan berulang kali Bani Israil terhadap Nabi Musa a.s.  yang membuat beliau benar-benar  merasa sangat kecewa dan sedih  bercampur marah terhadap Bani Israil (QS.7:143-152; QS.20:84-99; QS.33:70; QS.61:6).
       Bandingkan dengan kepatuh-taatan sempurna para sahabat Nabi besar Muhammad saw. yang dikemukakan firman Allah Swt. selanjutnya:
مِنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ رِجَالٌ صَدَقُوۡا مَا عَاہَدُوا اللّٰہَ عَلَیۡہِ ۚ فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ قَضٰی نَحۡبَہٗ  وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ یَّنۡتَظِرُ ۫ۖ وَ مَا بَدَّلُوۡا تَبۡدِیۡلًا ﴿ۙ﴾ لِّیَجۡزِیَ اللّٰہُ  الصّٰدِقِیۡنَ بِصِدۡقِہِمۡ وَ یُعَذِّبَ الۡمُنٰفِقِیۡنَ  اِنۡ شَآءَ  اَوۡ یَتُوۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ کَانَ غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا ﴿ۚ﴾ 
Di antara orang-orang yang beriman ada  orang-orang yang  telah menggenapi apa yang dijanjikannya kepada Allahفَمِنۡہُمۡ مَّنۡ قَضٰی نَحۡبَہٗ     -- maka  dari antara mereka ada yang telah menyempurnakan sumpahnya, yakni mati syahid,  وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ یَّنۡتَظِرُ --  dan di antara mereka ada yang masih menunggu,  وَ مَا بَدَّلُوۡا تَبۡدِیۡلًا -- dan mereka sekali-kali tidak mengubah sedikit pun. لِّیَجۡزِیَ اللّٰہُ  الصّٰدِقِیۡنَ بِصِدۡقِہِمۡ    --   Supaya Allah mengganjar orang-orang yang benar itu atas kebenaran mereka, وَ یُعَذِّبَ الۡمُنٰفِقِیۡنَ  اِنۡ شَآءَ  اَوۡ یَتُوۡبَ عَلَیۡہِمۡ  -- dan mengazab orang-orang munafik jika Dia menghendaki, atau menerima taubat mereka. اِنَّ اللّٰہَ کَانَ غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا -- Sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Ahzāb [33]:24-25).

Ditakjubi Oleh Nabi Besar Muhammad Saw. Sebagai “Orang-orang yang Sujud

  Ayat 24  merupakan kenang-kenangan besar terhadap kesetiaan, keikhlasan dan kegigihan dalam iman para pengikut   Nabi Besar Muhammad saw..  Tidak pernah para pengikut nabi Allah yang mana jua pun menerima dari Allah Swt. surat keterangan bukti kelakukan baik dan kesetiaan seperti itu.
   Seperti halnya wujud junjungan mereka saw. tidak ada tara bandingannya di antara nabi-nabi Allah dalam menunaikan tugas  Nabi Besar Muhammad saw. sebagai nabi Allah, begitu pula para sahabat beliau saw. tiada bandingannya dalam memenuhi peranan yang diserahkan kepada mereka, sehingga membuat beliau saw. sendiri mereka takjub  menyaksikan kepatuh-taatan serta keteguhan  iman para sahabat beliau saw., firman-Nya:
فَاسۡتَفۡتِہِمۡ  اَہُمۡ اَشَدُّ خَلۡقًا اَمۡ مَّنۡ خَلَقۡنَا ؕ اِنَّا خَلَقۡنٰہُمۡ مِّنۡ طِیۡنٍ لَّازِبٍ ﴿﴾  بَلۡ عَجِبۡتَ وَ  یَسۡخَرُوۡنَ ﴿۪﴾
Maka tanyakanlah kepada mereka, apakah mereka  yang lebih sukar diciptakan ataukah orang   lainnya yang telah Kami ciptakan? اِنَّا خَلَقۡنٰہُمۡ مِّنۡ طِیۡنٍ لَّازِبٍ  -- Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari  tanah liat lengket. بَلۡ عَجِبۡتَ وَ  یَسۡخَرُوۡنَ  --   Bahkan engkau merasa takjub,  sedangkan mereka berolok-olok. (Ash-Shaffat [37]: 12-13).
    Terjadinya suatu Jemaat orang-orang yang benar-benar shalih dan bertakwa dengan perantaraan  Nabi Besar Muhammad saw.   dan penegakkan Islam di atas landasan yang kuat di Arabia, sungguh-sungguh merupakan suatu keajaiban yang menakjubkan, bahkan ditakjubi beliau saw.   sendiri, sehingga Allah Swt. menyebut para sahabat beliau saw. sebagai “orang-orang yang bersujud”, firman-Nya:
وَ اخۡفِضۡ جَنَاحَکَ لِمَنِ اتَّبَعَکَ مِنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾ۚ  فَاِنۡ عَصَوۡکَ فَقُلۡ اِنِّیۡ بَرِیۡٓءٌ مِّمَّا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ۚ  وَ تَوَکَّلۡ عَلَی الۡعَزِیۡزِ  الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ۙ  الَّذِیۡ  یَرٰىکَ حِیۡنَ تَقُوۡمُ ﴿﴾ۙ  وَ تَقَلُّبَکَ فِی السّٰجِدِیۡنَ ﴿﴾  اِنَّہٗ  ہُوَ  السَّمِیۡعُ  الۡعَلِیۡمُ ﴿﴾
Dan rendahkanlah sayap kasih-sayang engkau kepada orang-orang beriman yang mengikuti engkau. Lalu jika mereka mendurhakai engkau maka katakanlah: “Sesungguhnya aku berlepas diri  dari   apa yang kamu kerjakan.” Dan bertawakallah kepada Yang Maha Perkasa, Maha Penyayang, الَّذِیۡ  یَرٰىکَ حِیۡنَ تَقُوۡمُ   --  Yang melihat engkau  ketika  engkau berdiri shalat, وَ تَقَلُّبَکَ فِی السّٰجِدِیۡنَ --    dan melihat gerak-gerik  engkau di antara orang-orang yang sujud.  Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Asy-Syua’rā [26]:216-221).
       Makna ayat وَ تَقَلُّبَکَ فِی السّٰجِدِیۡنَ  -- “Dan melihat gerak-gerik  engkau di antara orang-orang yang sujud,” memberi satu penghormatan yang gemilang atas ketakwaan dan kemuliaan para sahabat Nabi Besar Muhammad saw..  Kata sājidīn (orang-orang yang sujud) menunjuk kepada mereka. Rahmat dan berkat terlimpah atas beliau saw. yang dikitari oleh orang-orang suci demikian. Sejarah umat manusia tidak berhasil mengemukakan contoh lain di samping Penghulu yang demikian mulia, dicintai, dan diikuti oleh pengikut-pengikut yang demikian bertakwa.

Kesedihan Nabi Musa a.s. Terhadap Sikap Durhaka Bani Israil

     Bandingkan dengan  keadaan Bani Israil sebagaimana tergambar dari kesedihan Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. berikut ini:
وَ اِذۡ  قَالَ مُوۡسٰی لِقَوۡمِہٖ یٰقَوۡمِ لِمَ تُؤۡذُوۡنَنِیۡ  وَ قَدۡ تَّعۡلَمُوۡنَ  اَنِّیۡ  رَسُوۡلُ اللّٰہِ  اِلَیۡکُمۡ ؕ فَلَمَّا  زَاغُوۡۤا اَزَاغَ  اللّٰہُ قُلُوۡبَہُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ  لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿﴾  وَ اِذۡ قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ  مَرۡیَمَ یٰبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ  اِنِّیۡ  رَسُوۡلُ  اللّٰہِ  اِلَیۡکُمۡ مُّصَدِّقًا  لِّمَا بَیۡنَ  یَدَیَّ  مِنَ  التَّوۡرٰىۃِ وَ مُبَشِّرًۢا  بِرَسُوۡلٍ یَّاۡتِیۡ  مِنۡۢ  بَعۡدِی اسۡمُہٗۤ  اَحۡمَدُ ؕ فَلَمَّا جَآءَہُمۡ  بِالۡبَیِّنٰتِ قَالُوۡا ہٰذَا  سِحۡرٌ  مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku,  padahal kamu sungguh mengetahui bahwa aku Rasul Allāh yang diutus kepada kamu?”  فَلَمَّا  زَاغُوۡۤا اَزَاغَ  اللّٰہُ قُلُوۡبَہُم -- Maka tatkala mereka me-nyimpang dari jalan benar Allah pun menyimpangkan hati mereka, وَ اللّٰہُ  لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الۡفٰسِقِیۡنَ  -- dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik (durhaka).   Dan ingatlah ketika Isa ibnu Maryam berkata: یٰبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ  اِنِّیۡ  رَسُوۡلُ  اللّٰہِ  اِلَیۡکُمۡ مُّصَدِّقًا  لِّمَا بَیۡنَ  یَدَیَّ  مِنَ  التَّوۡرٰىۃِ وَ مُبَشِّرًۢا  بِرَسُوۡلٍ یَّاۡتِیۡ  مِنۡۢ  بَعۡدِی اسۡمُہٗۤ  اَحۡمَدُ --  “ Hai Bani Israil, sesungguhnya aku Rasul Allah kepada kamu menggenapi apa yang ada sebe-lumku yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira mengenai seorang rasul yang akan datang sesudahku namanya Ahmad.”   فَلَمَّا جَآءَہُمۡ  بِالۡبَیِّنٰتِ قَالُوۡا ہٰذَا  سِحۡرٌ  مُّبِیۡنٌ -- Maka tatkala ia datang kepada mereka dengan bukti-bukti yang jelas mereka berkata: “Ini adalah  sihir yang nyata” (Ash-Shaf [81]:6-7).
   Mungkin tidak ada nabi Allah yang begitu banyak menderita kepedihan hati karena perbuatan para pengikutnya selain Nabi Musa a.s.. Kaum Nabi Musa a.s. telah menyaksikan lasykar Firaun tenggelam di hadapan mata kepala mereka sendiri, namun demikian baru saja mereka melintasi lautan mereka telah mencoba lagi kembali kepada kemusyrikan, dan karena mereka melihat suatu kaum penyembah berhala, mereka meminta kepada Nabi Musa a.s.  membuatkan bagi mereka berhala semacam itu juga (QS.7:139).
 Demikian juga ketika mereka disuruh bergerak memasuki Kanaan yang telah dijanjikan Allah Swt. akan diberikan kepada mereka, sambil mencemoohkan dan dengan bersitebal-kulit-muka mereka mengatakan kepada Nabi Musa a.s.  agar beliau sendiri pergi bersama Tuhan beliau yang amat dipercayai beliau, mereka tidak mau bergerak barang satu tapak pun dari tempat mereka bermukim (QS.5:25).
Jadi  Nabi Musa a.s.  – dalam usaha beliau memanggil mereka kembali dari kemusyrikan berkali-kali dihina dan dikecewakan oleh kaum yang justru telah diselamatkan beliau dari penindasan perbudakan Fir’aun itu. Mereka malahan mengumpat dan memfitnah beliau.
  Sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. telah memperingatkan umat Islam  -- dan juga sebagai nubuatan   -- firman-Nya: 
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اٰذَوۡا مُوۡسٰی فَبَرَّاَہُ  اللّٰہُ مِمَّا قَالُوۡا ؕ وَ کَانَ عِنۡدَ اللّٰہِ  وَجِیۡہًا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti   orang-orang yang telah menyusahkan  Musa,  tetapi Allah membersihkannya dari apa yang mereka katakan. Dan ia di sisi Allah adalah orang yang terhormat  (Al-Ahzab [33]:70).
   Ādzahu berarti, ia melakukan atau mengatakan apa yang tidak disenanginya atau yang dibencinya, mengganggu atau menjengkelkan atau melukai perasaan dia.   Nabi Musa a.s.   telah dijadikan sasaran fitnahan-fitnahan berat, antara lain:
(1)                Qarun (Qorah) menghasut seorang perempuan mengada-adakan tuduhan terhadap beliau bahwa beliau pernah mengadakan hubungan gelap dengan dirinya.
(2)                Karena timbul iri hati melihat semakin meningkatnya pengaruh Nabi Harun di tengah kaum beliau, Nabi Musa a.s. berusaha membunuh Nabi Harun a.s.
(3)                Beliau mengidap penyakit lepra dan rajasinga atau syphilis.
(4)                Samiri menuduh beliau berbuat syirik.
(5)                Adik perempuan beliau sendiri melemparkan tuduhan palsu terhadap beliau (Bilangan 12:1).
     Jadi,  betapa jauhnya perbedaan  kepatuh-taatan dan ketakwaan antara para sahabat Nabi Besar Muhammad saw. dari kalangan Bani Isma’il yang telah  beriman kepada beliau saw. dengan keadaan para pengikut Nabi Musa a.s. dari  kaum Bani Israil   -- padahal demikian banyak mukjizat yang telah diperlihatkan Allah Swt. kepada Bani Israil, baik ketika masih berada di Mesir mau pun setelah keluar dari Mesir  -- dan  padahal  kedua kaum tersebut sama-sama keturunan Nabi Ibrahim a.s., firman-Nya: 
مِنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ رِجَالٌ صَدَقُوۡا مَا عَاہَدُوا اللّٰہَ عَلَیۡہِ ۚ فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ قَضٰی نَحۡبَہٗ  وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ یَّنۡتَظِرُ ۫ۖ وَ مَا بَدَّلُوۡا تَبۡدِیۡلًا ﴿ۙ﴾ لِّیَجۡزِیَ اللّٰہُ  الصّٰدِقِیۡنَ بِصِدۡقِہِمۡ وَ یُعَذِّبَ الۡمُنٰفِقِیۡنَ  اِنۡ شَآءَ  اَوۡ یَتُوۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ کَانَ غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا ﴿ۚ﴾ 
Di antara orang-orang yang beriman ada  orang-orang yang  telah menggenapi apa yang dijanjikannya kepada Allahفَمِنۡہُمۡ مَّنۡ قَضٰی نَحۡبَہٗ     -- maka  dari antara mereka ada yang telah menyempurnakan sumpahnya, yakni mati syahid,  وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ یَّنۡتَظِرُ --  dan di antara mereka ada yang masih menunggu,  وَ مَا بَدَّلُوۡا تَبۡدِیۡلًا -- dan mereka sekali-kali tidak mengubah sedikit pun. لِّیَجۡزِیَ اللّٰہُ  الصّٰدِقِیۡنَ بِصِدۡقِہِمۡ    --   Supaya Allah mengganjar orang-orang yang benar itu atas kebenaran mereka, وَ یُعَذِّبَ الۡمُنٰفِقِیۡنَ  اِنۡ شَآءَ  اَوۡ یَتُوۡبَ عَلَیۡہِمۡ  -- dan mengazab orang-orang munafik jika Dia menghendaki, atau menerima taubat mereka. اِنَّ اللّٰہَ کَانَ غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا -- Sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Ahzāb [33]:24-25).

Kegagalan  Telak Golongan Persekutuan (Al-Ahzāb)

    Lebih lanjut Allah Swt. berfirman mengenai pertolongan-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan  umat Islam dalam perang Ahzab tersebut:
وَ رَدَّ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا بِغَیۡظِہِمۡ  لَمۡ یَنَالُوۡا خَیۡرًا ؕ وَ کَفَی اللّٰہُ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الۡقِتَالَ ؕ وَ کَانَ  اللّٰہُ   قَوِیًّا عَزِیۡزًا ﴿ۚ﴾  وَ اَنۡزَلَ الَّذِیۡنَ ظَاہَرُوۡہُمۡ مِّنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ مِنۡ صَیَاصِیۡہِمۡ وَ قَذَفَ فِیۡ  قُلُوۡبِہِمُ الرُّعۡبَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ وَ تَاۡسِرُوۡنَ فَرِیۡقًا  ﴿ۚ﴾ وَ اَوۡرَثَکُمۡ  اَرۡضَہُمۡ وَ دِیَارَہُمۡ وَ اَمۡوَالَہُمۡ وَ اَرۡضًا لَّمۡ تَطَـُٔوۡہَا ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ  عَلٰی  کُلِّ  شَیۡءٍ  قَدِیۡرًا﴿٪﴾
Dan Allah telah mengembalikan orang-orang kafir dalam kemarahan mereka, لَمۡ یَنَالُوۡا خَیۡرًا --  mereka tidak memperoleh kebaikan apapun. وَ کَفَی اللّٰہُ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الۡقِتَالَ -- Dan Allah mencukupi orang-orang beriman dalam perang itu. Dan Allah Maha Kuat, Maha Perkasa.  وَ اَنۡزَلَ الَّذِیۡنَ ظَاہَرُوۡہُمۡ مِّنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ مِنۡ صَیَاصِیۡہِمۡ --  Dan Dia telah menurunkan orang-orang dari antara Ahlikitab yang menolong mereka, yakni  orang-orang musyrik,  dari benteng-benteng mereka وَ قَذَفَ فِیۡ  قُلُوۡبِہِمُ الرُّعۡبَ -- dan melontarkan  rasa gentar ke dalam hati mereka. تَقۡتُلُوۡنَ وَ تَاۡسِرُوۡنَ فَرِیۡقًا    -- Sebagian dari mereka kamu bunuh dan sebagian kamu tawan.  وَ اَوۡرَثَکُمۡ  اَرۡضَہُمۡ وَ دِیَارَہُمۡ وَ اَمۡوَالَہُمۡ        --   Dan  Dia mewariskan kepada kamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka,  وَ اَرۡضًا لَّمۡ تَطَـُٔوۡہَا -- dan  suatu daerah yang kamu belum  menginjaknya, وَ کَانَ اللّٰہُ  عَلٰی  کُلِّ  شَیۡءٍ  قَدِیۡرًا --   dan Allah berkuasa atas segala sesuatu. (Al-Ahzāb [33]:26-28).
  Allah Swt. menangkis serangan-serangan lasykar persekutuan (al-ahzāb) orang-orang Arab. Mereka akhirnya terpaksa membatalkan pengepungan dan   -- dengan hati kesal dan marah atas kegagalan mutlak dalam usaha mereka yang rendah dan buruk itu  --  mereka pulang ke rumah mereka dan  mereka tidak pernah mempunyai kemampuan lagi menyerang Medinah.
  Semenjak itu inisiatif beralih ke tangan orang-orang Islam. Jadi, pertempuran Khandak menandai titik-balik dalam sejarah Islam. Dari suatu golongan yang tadinya sangat kecil lagi lemah, pula terus menerus diganggu dan dianiaya  maka  Islam telah menjadi suatu kekuatan raksasa di tanah Arab.

Pengusiran Golongan Ahli Kitab  Akibat Pengkhianatan Mereka &  Keangkuhan Golongan Ahlikitab

  Makna ayat selanjutnya:  وَ اَنۡزَلَ الَّذِیۡنَ ظَاہَرُوۡہُمۡ مِّنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ مِنۡ صَیَاصِیۡہِمۡ --  “Dan Dia telah menurunkan orang-orang dari antara Ahlikitab yang menolong mereka, yakni  orang-orang musyrik,  dari benteng-benteng mereka وَ قَذَفَ فِیۡ  قُلُوۡبِہِمُ الرُّعۡبَ -- dan melontarkan  rasa gentar ke dalam hati mereka.” (Al-Ahzāb [33]:28). Banu Quraizhah yang berwatak buruk telah mengadakan perjanjian resmi dengan Nabi Besar Muhammad saw.   bahwa mereka akan membantu orang-orang Islam jika musuh menyerang Medinah. Akan tetapi  pada saat terjadi Pertempuran Khandak mereka itu terbujuk oleh Huyay, pemimpin kaum Banu Nadhir, untuk melanggar ikrar janji mereka dan menggabungkan diri dengan persekutuan orang-orang Arab yang besar itu untuk bersama-sama melawan Islam.
    Ketika serangan  golongan persekutuan tersebut  menemui kegagalan mutlak, lalu Nabi Besar Muhammad saw.  bergerak menghantam mereka dan mengepung mereka dalam kubu pertahanan mereka. Pengepungan itu berlangsung kira-kira 25 hari dan sesudah itu mereka setuju meletakkan senjata.
   Tetapi karena keangkuhannya,   mereka lebih menyukai keputusan Sa’d bin Ma’adz, kepala suku Aus, daripada keputusan  Nabi Besar Muhammad saw.. Namun ternyata  Sa’d memutuskan perkara itu menurut hukum syariat Nabi Musa a.s., yang ternyata lebih berat daripada hukum Islam (Al-Quran) yang akan diputuskan oleh Nabi Besar Muhammad saw.:
20:10 Apabila engkau mendekati suatu kota untuk berperang melawannya, maka haruslah engkau menawarkan perdamaian   kepadanya. 20:11 Apabila kota itu menerima tawaran perdamaian itu dan dibukanya pintu gerbang bagimu, maka haruslah semua orang yang terdapat di situ melakukan pekerjaan rodi   bagimu dan menjadi hamba   kepadamu. 20:12 Tetapi apabila kota itu tidak mau berdamai dengan engkau, melainkan mengadakan pertempuran melawan engkau, maka haruslah engkau mengepungnya; 20:13 dan setelah TUHAN, Allahmu, menyerahkannya ke dalam tanganmu, maka haruslah engkau membunuh seluruh penduduknya   yang laki-laki dengan mata pedang. 20:14 Hanya perempuan, anak-anak, hewan   dan segala yang ada di kota   itu, yakni seluruh jarahan itu, boleh kaurampas  bagimu sendiri, dan jarahan yang dari musuhmu ini, yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, boleh kaupergunakan. 20:15 Demikianlah harus kaulakukan terhadap segala kota yang sangat jauh   letaknya dari tempatmu, yang tidak termasuk kota-kota bangsa-bangsa di sini (Ulangan 20:10-15).

Penggenapan Falah (Kesuksesan) Bagi Orang-orang yang Bertakwa

  Yang diisyaratkan ayat selanjutnya: وَ اَوۡرَثَکُمۡ  اَرۡضَہُمۡ وَ دِیَارَہُمۡ وَ اَمۡوَالَہُمۡ        --  “Dan  Dia mewariskan kepada kamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka,  وَ اَرۡضًا لَّمۡ تَطَـُٔوۡہَا -- dan  suatu daerah yang kamu belum  menginjaknya, وَ کَانَ اللّٰہُ  عَلٰی  کُلِّ  شَیۡءٍ  قَدِیۡرًا --   dan Allah berkuasa atas segala sesuatu”.     mungkin tanah Khaibar (QS.59:3-6), atau mungkin juga kemenangan atas kerajaan Persia dan Romawi  serta negeri-negeri yang lebih jauh letaknya, yang sampai saat itu orang-orang Muslim belum menginjakkan kaki mereka.
 Kenyataan tersebut membuktikan benarnya  falah (kesuksesan) yang dijanjikan Allah Swt. kepada orang-orang yang bertakwa, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ۚ﴿﴾  الٓـمّٓ ۚ﴿﴾ ذٰلِکَ  الۡکِتٰبُ لَا رَیۡبَ ۚۖۛ فِیۡہِ ۚۛ ہُدًی  لِّلۡمُتَّقِیۡنَ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡغَیۡبِ وَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ  مِمَّا رَزَقۡنٰہُمۡ  یُنۡفِقُوۡنَ ۙ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِمَاۤ  اُنۡزِلَ اِلَیۡکَ وَ مَاۤ اُنۡزِلَ مِنۡ قَبۡلِکَ ۚ وَ بِالۡاٰخِرَۃِ ہُمۡ یُوۡقِنُوۡنَ ؕ﴿﴾ اُولٰٓئِکَ عَلٰی ہُدًی مِّنۡ رَّبِّہِمۡ ٭ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾  
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Alif Lām Mīm. Inilah Kitab yang sempurna itu,  tidak ada keraguan  di dalamnya, ہُدًی  لِّلۡمُتَّقِیۡنَ -- petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.  Yaitu orang-orang yang ber-iman kepada  yang gaib, dan mendiri-kan shalat  dan mereka  membelan-jakan sebagian dari apa  yang Kami rezekikan  kepada mereka.   Dan orang-orang  yang ber-iman kepada apa yang  diturunkan kepada engkau, juga kepada apa yang telah diturunkan sebelum engkau dan kepada  akhirat   pun mereka   yakin. اُولٰٓئِکَ عَلٰی ہُدًی مِّنۡ رَّبِّہِمۡ ٭ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡمُفۡلِحُوۡنَ  --  Mereka itulah orang-orang yang  berada di atas  petunjuk dari Rabb-nya (Tuhan-nya)  dan mereka itulah  orang-orang yang  berhasil  (Al-Baqarah [2]:1-6).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran Anyar,   4  Februari  2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar