Bismillaahirrahmaanirrahiim
KITAB SUCI AL-QURAN
“Kitab Suci Al-Quran adalah
kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak
menyadarinya ”
“Setiap saat hatiku
merindukan untuk mencium Kitab Engkau
dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan
Kabahku”
(Al-Masih-al-Mau’ud
a.s.)
Perbedaan Ketakwaan Sempurna Para Sahabat Nabi Besar Muhammad Saw. dengan Sikap Buruk Para Pengikut Nabi Musa a.s. yang Selalu Menyakiti Hatinya
Bab 28
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan
mengenai komentar Bosworth Smith dalam
bukunya “Muhammad and Muhammadanism” sehubungan dengan suri-teladan terbaik Nabi Besar Muhammad saw. dalam firman-Nya:
لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ فِیۡ رَسُوۡلِ
اللّٰہِ اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ
الۡیَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَ ذَکَرَ
اللّٰہَ کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Sungguh dalam diri Rasulullah benar-benar terdapat suri
teladan yang sebaik-baiknya bagi kamu,
yaitu bagi orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir, dan bagi yang banyak mengingat Allah (Al-Ahzāb [33]:22):
Bosworth Smith berkomentar:
“Kepala
negara merangkap Penghulu Agama, beliau adalah Kaisar dan Paus sekaligus.
Tetapi beliau adalah Paus yang tidak berlaga Paus, dan Kaisar tanpa
pasukan-pasukan yang megah. Tanpa balatentara tetap, tanpa pengawal, tanpa
istana yang megah, tanpa pungutan pajak tetap dan tertentu, sehingga jika ada
orang berhak mengatakan bahwa ia memerintah dengan hak ketuhanan, maka orang
itu hanyalah Muhammad, sebab beliau mempunyai kekuasaan tanpa alat-alat
kekuasaan dan tanpa bantuan kekuasaan. Beliau biasa melakukan pekerjaan rumah
tangga dengan tangan beliau sendiri, biasa tidur di atas sehelai tikar kulit,
dan makanan beliau terdiri dari kurma dan air putih atau roti jawawut, dan
setelah melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh, beliau biasa melewatkan
malam hari dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga kedua belah kaki beliau
bengkak-bengkak. Tidak ada orang yang dalam keadaan dan suasana yang begitu
banyak berubah telah berubah begitu sedikitnya.”
Sikap Ksatria Para Sahabat Nabi Besar Muhammad Saw.
Isyarat dalam ayat selanjutnya ditujukan kepada kabar gaib tentang kekalahan lasykar kafir dari
golongan persekutuan (al-Ahzāb) dan kemenangan umat Islam, sebagaimana yang
terjadi dengan kaum-kaum purbakala
yang menentang para Rasul Allah yang diutus kepada mereka, yang juga merupakan
“lasykar-lasykar persekutuan” (al-Ahzāb
-- QS.38:12-15 dan QS.54:44-47), firman-Nya:
وَ لَمَّا
رَاَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ الۡاَحۡزَابَ ۙ
قَالُوۡا ہٰذَا مَا وَعَدَنَا اللّٰہُ وَ
رَسُوۡلُہٗ وَ صَدَقَ اللّٰہُ وَ
رَسُوۡلُہٗ ۫ وَ مَا زَادَہُمۡ اِلَّاۤ
اِیۡمَانًا وَّ تَسۡلِیۡمًا ﴿ؕ﴾
Dan ketika orang-orang beriman melihat lasykar-lasykar persekutuan mereka berkata: ہٰذَا مَا
وَعَدَنَا اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ صَدَقَ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ -- “Inilah yang telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kami, dan Allah
serta Rasul-Nya telah mengatakan
yang benar.” وَ مَا زَادَہُمۡ اِلَّاۤ
اِیۡمَانًا وَّ تَسۡلِیۡمًا -- Dan hal itu tidak menambah kepada mereka
kecuali keimanan dan kepatuhan. (Al-Ahzāb [33]:23).
Sikap kesatria yang diperagakan
oleh para sahabat Nabi Besar Muhammad
saw. tersebut benar-benar berbeda dengan kepengecutan
Bani
Israil yang secara terang-terangan menolak
perintah Nabi Musa a.s. untuk memasuki Kanaan
-- “negeri yang dijanjikan” kepada
mereka karena mereka takut terhadap bangsa-bangsa yang mendiami kawasan tersebut (QS.5:21-27).
Peristiwa tersebut merupakan rangkaian
dari ketidak-taatan atau kedurhakaan berulang kali Bani Israil terhadap Nabi Musa a.s. yang membuat beliau benar-benar merasa sangat kecewa dan sedih bercampur marah
terhadap Bani Israil (QS.7:143-152;
QS.20:84-99; QS.33:70; QS.61:6).
Bandingkan dengan kepatuh-taatan sempurna para sahabat
Nabi besar Muhammad saw. yang dikemukakan firman Allah Swt. selanjutnya:
مِنَ
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ رِجَالٌ صَدَقُوۡا مَا عَاہَدُوا اللّٰہَ عَلَیۡہِ ۚ فَمِنۡہُمۡ
مَّنۡ قَضٰی نَحۡبَہٗ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ
یَّنۡتَظِرُ ۫ۖ وَ مَا بَدَّلُوۡا تَبۡدِیۡلًا ﴿ۙ﴾ لِّیَجۡزِیَ اللّٰہُ الصّٰدِقِیۡنَ بِصِدۡقِہِمۡ وَ یُعَذِّبَ
الۡمُنٰفِقِیۡنَ اِنۡ شَآءَ اَوۡ یَتُوۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
کَانَ غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا ﴿ۚ﴾
Di antara orang-orang yang beriman ada orang-orang
yang telah menggenapi apa yang
dijanjikannya kepada Allah, فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ قَضٰی نَحۡبَہٗ -- maka dari
antara mereka ada yang telah menyempurnakan sumpahnya, yakni mati syahid,
وَ مِنۡہُمۡ
مَّنۡ یَّنۡتَظِرُ -- dan di
antara mereka ada yang masih menunggu, وَ مَا
بَدَّلُوۡا تَبۡدِیۡلًا -- dan mereka
sekali-kali tidak mengubah sedikit pun. لِّیَجۡزِیَ
اللّٰہُ الصّٰدِقِیۡنَ بِصِدۡقِہِمۡ -- Supaya Allah mengganjar orang-orang yang benar itu atas kebenaran mereka, وَ یُعَذِّبَ الۡمُنٰفِقِیۡنَ اِنۡ
شَآءَ اَوۡ یَتُوۡبَ عَلَیۡہِمۡ -- dan mengazab orang-orang munafik jika Dia menghendaki, atau menerima taubat mereka. اِنَّ اللّٰہَ کَانَ غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا -- Sesungguhnya
Allah itu Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Ahzāb [33]:24-25).
Ditakjubi Oleh Nabi Besar Muhammad Saw. Sebagai “Orang-orang yang Sujud”
Ayat 24
merupakan kenang-kenangan besar terhadap kesetiaan,
keikhlasan dan kegigihan dalam iman para pengikut Nabi Besar Muhammad saw.. Tidak pernah para pengikut nabi Allah yang mana jua pun menerima dari Allah Swt. surat keterangan bukti kelakukan
baik dan kesetiaan seperti itu.
Seperti halnya wujud junjungan mereka saw. tidak ada tara bandingannya di antara nabi-nabi
Allah dalam menunaikan tugas Nabi Besar Muhammad saw. sebagai nabi Allah, begitu pula para sahabat beliau saw. tiada bandingannya dalam memenuhi peranan yang diserahkan kepada mereka, sehingga membuat beliau saw.
sendiri mereka takjub menyaksikan kepatuh-taatan serta keteguhan iman para sahabat beliau saw., firman-Nya:
فَاسۡتَفۡتِہِمۡ اَہُمۡ اَشَدُّ
خَلۡقًا اَمۡ مَّنۡ خَلَقۡنَا ؕ اِنَّا خَلَقۡنٰہُمۡ مِّنۡ طِیۡنٍ لَّازِبٍ ﴿﴾ بَلۡ عَجِبۡتَ وَ
یَسۡخَرُوۡنَ ﴿۪﴾
Maka
tanyakanlah kepada mereka, apakah
mereka yang lebih sukar diciptakan
ataukah orang lainnya yang telah Kami ciptakan? اِنَّا خَلَقۡنٰہُمۡ مِّنۡ طِیۡنٍ
لَّازِبٍ -- Sesungguhnya
Kami telah menciptakan mereka dari tanah
liat lengket. بَلۡ عَجِبۡتَ وَ یَسۡخَرُوۡنَ -- Bahkan
engkau merasa takjub, sedangkan mereka
berolok-olok. (Ash-Shaffat
[37]: 12-13).
Terjadinya suatu Jemaat orang-orang yang benar-benar shalih dan bertakwa dengan perantaraan Nabi Besar Muhammad saw. dan
penegakkan Islam di atas landasan
yang kuat di Arabia, sungguh-sungguh merupakan suatu keajaiban yang menakjubkan,
bahkan ditakjubi beliau saw. sendiri, sehingga Allah Swt. menyebut
para sahabat beliau saw. sebagai “orang-orang yang bersujud”, firman-Nya:
وَ اخۡفِضۡ
جَنَاحَکَ لِمَنِ اتَّبَعَکَ مِنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾ۚ فَاِنۡ عَصَوۡکَ فَقُلۡ اِنِّیۡ بَرِیۡٓءٌ مِّمَّا
تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ۚ وَ تَوَکَّلۡ عَلَی
الۡعَزِیۡزِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ۙ الَّذِیۡ
یَرٰىکَ حِیۡنَ تَقُوۡمُ ﴿﴾ۙ وَ تَقَلُّبَکَ فِی السّٰجِدِیۡنَ ﴿﴾ اِنَّہٗ
ہُوَ السَّمِیۡعُ الۡعَلِیۡمُ ﴿﴾
Dan rendahkanlah sayap kasih-sayang engkau
kepada orang-orang beriman yang
mengikuti engkau. Lalu jika mereka
mendurhakai engkau maka katakanlah: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu kerjakan.” Dan bertawakallah kepada Yang Maha Perkasa, Maha Penyayang, الَّذِیۡ
یَرٰىکَ حِیۡنَ تَقُوۡمُ -- Yang
melihat engkau ketika engkau
berdiri shalat, وَ تَقَلُّبَکَ فِی السّٰجِدِیۡنَ -- dan melihat gerak-gerik engkau
di antara orang-orang yang sujud.
Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar, Maha
Mengetahui. (Asy-Syua’rā [26]:216-221).
Makna ayat وَ تَقَلُّبَکَ فِی
السّٰجِدِیۡنَ --
“Dan melihat gerak-gerik engkau di antara orang-orang yang sujud,” memberi satu penghormatan yang gemilang atas ketakwaan
dan kemuliaan para sahabat Nabi Besar Muhammad saw.. Kata sājidīn (orang-orang yang sujud) menunjuk
kepada mereka. Rahmat dan berkat terlimpah atas beliau saw. yang dikitari oleh orang-orang suci demikian. Sejarah umat manusia tidak berhasil
mengemukakan contoh lain di samping Penghulu yang demikian mulia, dicintai, dan diikuti
oleh pengikut-pengikut yang demikian bertakwa.
Kesedihan Nabi Musa a.s. Terhadap Sikap Durhaka
Bani Israil
Bandingkan dengan keadaan Bani
Israil sebagaimana tergambar dari kesedihan
Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. berikut ini:
وَ
اِذۡ قَالَ مُوۡسٰی لِقَوۡمِہٖ یٰقَوۡمِ
لِمَ تُؤۡذُوۡنَنِیۡ وَ قَدۡ
تَّعۡلَمُوۡنَ اَنِّیۡ رَسُوۡلُ اللّٰہِ اِلَیۡکُمۡ ؕ فَلَمَّا زَاغُوۡۤا اَزَاغَ اللّٰہُ قُلُوۡبَہُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿﴾ وَ اِذۡ قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ مَرۡیَمَ یٰبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ اِنِّیۡ
رَسُوۡلُ اللّٰہِ اِلَیۡکُمۡ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَیۡنَ
یَدَیَّ مِنَ التَّوۡرٰىۃِ وَ مُبَشِّرًۢا بِرَسُوۡلٍ یَّاۡتِیۡ مِنۡۢ
بَعۡدِی اسۡمُہٗۤ اَحۡمَدُ ؕ فَلَمَّا
جَآءَہُمۡ بِالۡبَیِّنٰتِ قَالُوۡا
ہٰذَا سِحۡرٌ مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai
kaumku, mengapa kamu menyakitiku,
padahal kamu sungguh mengetahui bahwa aku
Rasul Allāh yang diutus kepada kamu?” فَلَمَّا
زَاغُوۡۤا اَزَاغَ اللّٰہُ
قُلُوۡبَہُم -- Maka tatkala mereka
me-nyimpang dari jalan benar Allah
pun menyimpangkan hati mereka, وَ اللّٰہُ لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الۡفٰسِقِیۡنَ -- dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada kaum
yang fasik (durhaka). Dan ingatlah ketika Isa ibnu Maryam berkata: یٰبَنِیۡۤ
اِسۡرَآءِیۡلَ اِنِّیۡ رَسُوۡلُ
اللّٰہِ اِلَیۡکُمۡ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَیۡنَ
یَدَیَّ مِنَ التَّوۡرٰىۃِ وَ مُبَشِّرًۢا بِرَسُوۡلٍ یَّاۡتِیۡ مِنۡۢ
بَعۡدِی اسۡمُہٗۤ اَحۡمَدُ -- “ Hai Bani
Israil, sesungguhnya aku Rasul Allah
kepada kamu menggenapi apa yang ada
sebe-lumku yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira mengenai seorang rasul yang akan datang sesudahku namanya Ahmad.”
فَلَمَّا جَآءَہُمۡ بِالۡبَیِّنٰتِ قَالُوۡا ہٰذَا سِحۡرٌ
مُّبِیۡنٌ -- Maka tatkala ia
datang kepada mereka dengan bukti-bukti yang jelas mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata” (Ash-Shaf
[81]:6-7).
Mungkin tidak ada nabi Allah yang begitu banyak menderita kepedihan hati karena perbuatan para pengikutnya selain Nabi Musa
a.s.. Kaum Nabi Musa a.s. telah menyaksikan lasykar Firaun tenggelam
di hadapan mata kepala mereka sendiri, namun demikian baru saja mereka
melintasi lautan mereka telah mencoba lagi kembali kepada kemusyrikan, dan karena mereka melihat suatu kaum penyembah berhala, mereka meminta kepada
Nabi Musa a.s. membuatkan
bagi mereka berhala semacam itu juga (QS.7:139).
Demikian juga ketika mereka
disuruh bergerak memasuki Kanaan yang
telah dijanjikan Allah Swt. akan
diberikan kepada mereka, sambil mencemoohkan dan dengan bersitebal-kulit-muka
mereka mengatakan kepada Nabi Musa a.s. agar beliau sendiri pergi bersama Tuhan beliau yang amat dipercayai beliau, mereka
tidak mau bergerak barang satu tapak pun dari tempat mereka bermukim (QS.5:25).
Jadi Nabi Musa a.s. – dalam usaha beliau memanggil mereka kembali dari kemusyrikan berkali-kali dihina dan dikecewakan oleh kaum yang justru telah diselamatkan beliau dari penindasan perbudakan Fir’aun itu.
Mereka malahan mengumpat dan memfitnah beliau.
Sehubungan dengan hal
tersebut Allah Swt. telah memperingatkan
umat Islam -- dan juga sebagai nubuatan -- firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اٰذَوۡا مُوۡسٰی
فَبَرَّاَہُ اللّٰہُ مِمَّا قَالُوۡا ؕ وَ
کَانَ عِنۡدَ اللّٰہِ وَجِیۡہًا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang yang telah menyusahkan Musa, tetapi Allah
membersihkannya dari apa yang mereka katakan. Dan ia di sisi Allah adalah orang yang
terhormat (Al-Ahzab [33]:70).
Ādzahu berarti, ia melakukan atau
mengatakan apa yang tidak disenanginya
atau yang dibencinya, mengganggu atau menjengkelkan atau melukai
perasaan dia. Nabi Musa a.s. telah dijadikan sasaran fitnahan-fitnahan berat, antara lain:
(1)
Qarun
(Qorah) menghasut seorang perempuan mengada-adakan tuduhan terhadap beliau
bahwa beliau pernah mengadakan hubungan gelap dengan dirinya.
(2)
Karena
timbul iri hati melihat semakin meningkatnya pengaruh Nabi Harun di tengah kaum
beliau, Nabi Musa a.s. berusaha membunuh Nabi Harun a.s.
(3)
Beliau mengidap
penyakit lepra dan rajasinga atau syphilis.
(4)
Samiri
menuduh beliau berbuat syirik.
(5)
Adik
perempuan beliau sendiri melemparkan tuduhan palsu terhadap beliau (Bilangan
12:1).
Jadi,
betapa jauhnya perbedaan kepatuh-taatan dan ketakwaan antara para sahabat
Nabi Besar Muhammad saw. dari kalangan Bani
Isma’il yang telah beriman kepada beliau saw. dengan
keadaan para pengikut Nabi Musa a.s.
dari kaum Bani Israil -- padahal
demikian banyak mukjizat yang telah
diperlihatkan Allah Swt. kepada Bani Israil,
baik ketika masih berada di Mesir mau pun setelah keluar dari Mesir -- dan
padahal kedua kaum tersebut
sama-sama keturunan Nabi Ibrahim
a.s., firman-Nya:
مِنَ
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ رِجَالٌ صَدَقُوۡا مَا عَاہَدُوا اللّٰہَ عَلَیۡہِ ۚ فَمِنۡہُمۡ
مَّنۡ قَضٰی نَحۡبَہٗ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ
یَّنۡتَظِرُ ۫ۖ وَ مَا بَدَّلُوۡا تَبۡدِیۡلًا ﴿ۙ﴾ لِّیَجۡزِیَ اللّٰہُ الصّٰدِقِیۡنَ بِصِدۡقِہِمۡ وَ یُعَذِّبَ
الۡمُنٰفِقِیۡنَ اِنۡ شَآءَ اَوۡ یَتُوۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
کَانَ غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا ﴿ۚ﴾
Di antara orang-orang yang beriman ada orang-orang
yang telah menggenapi apa yang
dijanjikannya kepada Allah, فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ قَضٰی نَحۡبَہٗ -- maka dari
antara mereka ada yang telah menyempurnakan sumpahnya, yakni mati syahid,
وَ مِنۡہُمۡ
مَّنۡ یَّنۡتَظِرُ -- dan di
antara mereka ada yang masih menunggu, وَ مَا
بَدَّلُوۡا تَبۡدِیۡلًا -- dan mereka
sekali-kali tidak mengubah sedikit pun. لِّیَجۡزِیَ
اللّٰہُ الصّٰدِقِیۡنَ بِصِدۡقِہِمۡ -- Supaya Allah mengganjar orang-orang yang benar itu atas kebenaran mereka, وَ یُعَذِّبَ الۡمُنٰفِقِیۡنَ اِنۡ
شَآءَ اَوۡ یَتُوۡبَ عَلَیۡہِمۡ -- dan mengazab orang-orang munafik jika Dia menghendaki, atau menerima taubat mereka. اِنَّ اللّٰہَ کَانَ غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا -- Sesungguhnya
Allah itu Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Ahzāb [33]:24-25).
Kegagalan Telak
Golongan Persekutuan (Al-Ahzāb)
Lebih lanjut Allah Swt. berfirman mengenai pertolongan-Nya kepada Nabi Besar
Muhammad saw. dan umat Islam dalam perang Ahzab
tersebut:
وَ رَدَّ
اللّٰہُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا بِغَیۡظِہِمۡ
لَمۡ یَنَالُوۡا خَیۡرًا ؕ وَ کَفَی اللّٰہُ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الۡقِتَالَ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ
قَوِیًّا عَزِیۡزًا ﴿ۚ﴾ وَ اَنۡزَلَ
الَّذِیۡنَ ظَاہَرُوۡہُمۡ مِّنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ مِنۡ صَیَاصِیۡہِمۡ وَ قَذَفَ
فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الرُّعۡبَ فَرِیۡقًا
تَقۡتُلُوۡنَ وَ تَاۡسِرُوۡنَ فَرِیۡقًا ﴿ۚ﴾ وَ اَوۡرَثَکُمۡ اَرۡضَہُمۡ وَ دِیَارَہُمۡ وَ اَمۡوَالَہُمۡ وَ
اَرۡضًا لَّمۡ تَطَـُٔوۡہَا ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ
عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ
قَدِیۡرًا﴿٪﴾
Dan Allah telah mengembalikan orang-orang kafir
dalam kemarahan mereka, لَمۡ یَنَالُوۡا
خَیۡرًا -- mereka tidak memperoleh kebaikan apapun. وَ کَفَی اللّٰہُ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الۡقِتَالَ -- Dan Allah mencukupi
orang-orang beriman dalam perang itu. Dan Allah Maha Kuat, Maha
Perkasa. وَ اَنۡزَلَ
الَّذِیۡنَ ظَاہَرُوۡہُمۡ مِّنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ مِنۡ صَیَاصِیۡہِمۡ -- Dan Dia telah menurunkan orang-orang dari
antara Ahlikitab yang menolong mereka, yakni orang-orang musyrik, dari benteng-benteng mereka وَ قَذَفَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الرُّعۡبَ -- dan melontarkan rasa gentar ke dalam hati mereka. تَقۡتُلُوۡنَ وَ
تَاۡسِرُوۡنَ فَرِیۡقًا -- Sebagian dari mereka kamu bunuh dan sebagian kamu
tawan. وَ
اَوۡرَثَکُمۡ اَرۡضَہُمۡ وَ دِیَارَہُمۡ
وَ اَمۡوَالَہُمۡ -- Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah mereka
dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, وَ اَرۡضًا لَّمۡ تَطَـُٔوۡہَا -- dan suatu daerah yang kamu belum menginjaknya, وَ کَانَ
اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ
شَیۡءٍ قَدِیۡرًا -- dan Allah
berkuasa atas segala sesuatu. (Al-Ahzāb
[33]:26-28).
Allah Swt.
menangkis serangan-serangan lasykar
persekutuan (al-ahzāb) orang-orang
Arab. Mereka akhirnya terpaksa membatalkan
pengepungan dan -- dengan hati kesal dan marah atas kegagalan mutlak
dalam usaha mereka yang rendah dan buruk itu -- mereka pulang
ke rumah mereka dan mereka tidak pernah
mempunyai kemampuan lagi menyerang Medinah.
Semenjak itu inisiatif beralih ke tangan orang-orang
Islam. Jadi, pertempuran Khandak
menandai titik-balik dalam sejarah Islam. Dari suatu golongan yang tadinya sangat kecil lagi lemah, pula terus menerus diganggu
dan dianiaya maka Islam telah menjadi suatu kekuatan raksasa di tanah Arab.
Pengusiran Golongan Ahli
Kitab Akibat Pengkhianatan Mereka & Keangkuhan Golongan Ahlikitab
Makna
ayat selanjutnya: وَ اَنۡزَلَ
الَّذِیۡنَ ظَاہَرُوۡہُمۡ مِّنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ مِنۡ صَیَاصِیۡہِمۡ -- “Dan Dia telah menurunkan orang-orang dari
antara Ahlikitab yang menolong mereka, yakni orang-orang musyrik, dari benteng-benteng mereka وَ قَذَفَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الرُّعۡبَ -- dan melontarkan rasa gentar ke dalam hati mereka.” (Al-Ahzāb [33]:28). Banu Quraizhah yang berwatak buruk telah mengadakan perjanjian
resmi dengan Nabi Besar Muhammad saw. bahwa mereka akan membantu orang-orang Islam
jika musuh menyerang Medinah. Akan
tetapi pada saat terjadi Pertempuran Khandak mereka itu terbujuk
oleh Huyay, pemimpin kaum Banu Nadhir, untuk melanggar ikrar janji mereka dan menggabungkan diri dengan persekutuan orang-orang Arab yang besar
itu untuk bersama-sama melawan Islam.
Ketika serangan golongan
persekutuan tersebut menemui kegagalan mutlak, lalu Nabi Besar Muhammad saw. bergerak menghantam
mereka dan mengepung mereka dalam kubu pertahanan mereka. Pengepungan itu
berlangsung kira-kira 25 hari dan sesudah itu mereka setuju meletakkan senjata.
Tetapi karena keangkuhannya, mereka lebih
menyukai keputusan Sa’d bin Ma’adz,
kepala suku Aus, daripada keputusan Nabi Besar Muhammad saw.. Namun ternyata Sa’d memutuskan
perkara itu menurut hukum syariat
Nabi Musa a.s., yang ternyata lebih berat
daripada hukum Islam (Al-Quran) yang
akan diputuskan oleh Nabi Besar
Muhammad saw.:
20:10 Apabila engkau mendekati suatu kota untuk berperang
melawannya, maka haruslah engkau menawarkan perdamaian kepadanya. 20:11 Apabila kota itu menerima tawaran perdamaian
itu dan dibukanya pintu gerbang bagimu, maka haruslah semua orang yang terdapat
di situ melakukan pekerjaan rodi bagimu dan menjadi hamba kepadamu. 20:12 Tetapi
apabila kota itu tidak mau berdamai dengan engkau, melainkan mengadakan
pertempuran melawan engkau, maka haruslah engkau mengepungnya; 20:13 dan
setelah TUHAN, Allahmu, menyerahkannya ke dalam tanganmu, maka haruslah engkau
membunuh seluruh penduduknya yang laki-laki dengan mata pedang. 20:14 Hanya perempuan, anak-anak, hewan dan segala yang ada di kota itu, yakni seluruh jarahan itu, boleh
kaurampas bagimu sendiri, dan
jarahan yang dari musuhmu ini, yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu,
boleh kaupergunakan. 20:15 Demikianlah
harus kaulakukan terhadap segala kota yang sangat jauh letaknya dari tempatmu, yang tidak termasuk
kota-kota bangsa-bangsa di sini (Ulangan 20:10-15).
Penggenapan Falah (Kesuksesan) Bagi Orang-orang
yang Bertakwa
Yang
diisyaratkan ayat selanjutnya: وَ
اَوۡرَثَکُمۡ اَرۡضَہُمۡ وَ دِیَارَہُمۡ
وَ اَمۡوَالَہُمۡ -- “Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah mereka
dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, وَ اَرۡضًا لَّمۡ تَطَـُٔوۡہَا -- dan suatu daerah yang kamu belum menginjaknya, وَ کَانَ
اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ
شَیۡءٍ قَدِیۡرًا -- dan Allah
berkuasa atas segala sesuatu”. mungkin tanah
Khaibar (QS.59:3-6), atau mungkin juga kemenangan
atas kerajaan Persia dan Romawi serta negeri-negeri
yang lebih jauh letaknya, yang sampai saat itu orang-orang Muslim belum menginjakkan kaki mereka.
Kenyataan tersebut membuktikan benarnya falah
(kesuksesan) yang dijanjikan Allah
Swt. kepada orang-orang yang
bertakwa, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ۚ﴿﴾ الٓـمّٓ ۚ﴿﴾ ذٰلِکَ الۡکِتٰبُ لَا رَیۡبَ ۚۖۛ فِیۡہِ ۚۛ ہُدًی لِّلۡمُتَّقِیۡنَ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡغَیۡبِ وَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ مِمَّا رَزَقۡنٰہُمۡ یُنۡفِقُوۡنَ ۙ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِمَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡکَ وَ مَاۤ اُنۡزِلَ مِنۡ قَبۡلِکَ ۚ وَ بِالۡاٰخِرَۃِ ہُمۡ یُوۡقِنُوۡنَ ؕ﴿﴾ اُولٰٓئِکَ عَلٰی ہُدًی مِّنۡ
رَّبِّہِمۡ ٭ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.
Alif Lām Mīm. Inilah Kitab yang sempurna itu, tidak
ada keraguan di dalamnya,
ہُدًی لِّلۡمُتَّقِیۡنَ --
petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang ber-iman kepada yang gaib, dan mendiri-kan shalat dan mereka
membelan-jakan
sebagian dari apa yang Kami rezekikan
kepada mereka. Dan orang-orang
yang ber-iman kepada apa yang diturunkan kepada engkau, juga
kepada apa yang telah diturunkan sebelum
engkau dan kepada akhirat pun mereka
yakin. اُولٰٓئِکَ عَلٰی ہُدًی
مِّنۡ رَّبِّہِمۡ ٭ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ
الۡمُفۡلِحُوۡنَ -- Mereka itulah orang-orang yang berada di atas petunjuk dari Rabb-nya (Tuhan-nya) dan mereka
itulah orang-orang
yang berhasil (Al-Baqarah [2]:1-6).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran
Anyar, 4 Februari
2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar