Bismillaahirrahmaanirrahiim
KITAB SUCI AL-QURAN
“Kitab Suci Al-Quran
adalah kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak
menyadarinya ”
“Setiap saat hatiku
merindukan untuk mencium Kitab Engkau
dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan Kabahku”
(Al-Masih-al-Mau’ud
a.s.)
Nubuatan Berulang Dalam Kisah-kisah Kitab Suci Al-Quran & Nubuatan Dalam Kisah Nabi Yusuf a.s Tentang Nabi Besar Muhammad Saw..
Bab 38
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam Bab sebelumnya telah
dijelaskan penjelasan Masih Mau’ud a.s. mengenai pembukaan khazanah Surah Al-Fatihah,
dan sabda Masih
Mau’ud a.s. tersebut merupakan bukti kebenaran perumpamaan
Al-Quran berikut ini, firman-Nya:
اَلَمۡ تَرَ
کَیۡفَ ضَرَبَ اللّٰہُ مَثَلًا کَلِمَۃً طَیِّبَۃً کَشَجَرَۃٍ
طَیِّبَۃٍ اَصۡلُہَا ثَابِتٌ وَّ فَرۡعُہَا فِی السَّمَآءِ ﴿ۙ﴾ تُؤۡتِیۡۤ
اُکُلَہَا کُلَّ حِیۡنٍۭ بِاِذۡنِ
رَبِّہَا ؕ وَ یَضۡرِبُ اللّٰہُ الۡاَمۡثَالَ
لِلنَّاسِ لَعَلَّہُمۡ یَتَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah engkau melihat bagaimana Allah mengemukakan perumpamaan satu kalimat yang baik? کَشَجَرَۃٍ طَیِّبَۃٍ اَصۡلُہَا ثَابِتٌ وَّ فَرۡعُہَا
فِی السَّمَآءِ -- Kalimat
itu seperti sebatang pohon yang baik,
yang akarnya kokoh kuat dan cabang-cabangnya menjangkau langit? تُؤۡتِیۡۤ اُکُلَہَا کُلَّ حِیۡنٍۭ بِاِذۡنِ رَبِّہَا -- Ia memberikan
buahnya setiap waktu dengan izin Rabb-nya (Tuhan-Nya), وَ یَضۡرِبُ اللّٰہُ الۡاَمۡثَالَ
لِلنَّاسِ لَعَلَّہُمۡ یَتَذَکَّرُوۡنَ -- dan Allah
mengemukakan perumpamaan-perumpamaan
itu bagi manusia, supaya mereka mendapat nasihat. (Ibrahim [14]:25-26).
Firman Allah Swt. dalam ayat-ayat ini -- yakni Al-Quran -- diumpamakan sebatang pohon yang mempunyai empat macam
sifat yang penting:
(a) Kalam Ilahi itu baik,
artinya bersih dari segala ajaran-ajaran
yang bertentangan dengan akal dan kata hati manusia, atau berlawanan
dengan perasaan dan kepekaan tabiat manusia.
(b) Seperti sebatang pohon yang baik, akarnya dalam serta buahnya
subur; Kalam Ilahi itu mempunyai dasar yang kuat dan kokoh, dan menerima hayat (hidup) serta jaminan hidup yang tetap
segar dari sumbernya; dan laksana
sebatang pohon yang kuat firman
Ilahi itu tidak merunduk oleh tiupan angin perlawanan serta kecaman yang timbul dari rasa permusuhan, tetapi berdiri tegak di hadapan segala taufan badai. Firman Allah itu mendapat hayat dan jaminan hidup hanya dari satu
sumber dan oleh karena itu tidak ada
ketidak-serasian atau pertentangan
dalam prinsip-prinsip dan ajarannya.
(c) Pohon yang baik itu memiliki dahan-dahan yang menjangkau sampai ke langit, yang berarti bahwa dengan mengamalkannya, orang dapat menanjak (naik) ke puncak-puncak kemuliaan ruhani tertinggi.
(d) Kalam Ilahi itu menghasilkan buahnya
yang berlimpah-limpah di segala musim, yang berarti bahwa berkat-berkatnya nampak di sepanjang
masa. Kalam Ilahi itu di sepanjang abad terus-menerus membuahkan orang-orang yang karena beramal sesuai dengan ajaran-ajarannya sehingga mereka mencapai perhubungan dengan Allah Swt. dan karena kejujurannya serta kesucian
dalam tingkah lakunya mereka menjulang
tinggi dan mengatasi orang-orang
yang sezaman dengan mereka. Kitab
suci Al-Quran memiliki semua sifat itu dalam ukuran yang sepenuhnya.
Nubuatan dalam Kisah-kisah Di Al-Quran & Kisah Nabi Yusuf
a.s.
Selanjutnya Masih Mau’ud a.s. menjelaskan mengenai
hakikat kisah-kisah dalam Al-Quran, -- yang karena kejahilannya dianggap “dongeng
kaum purbakala” belaka (QS.6:26-27; QS.8:32; QS.16:25-26; QS.23:83-84;
QS.25:5-6; QS.27:68-69; QS.46:18-19; QS.68:11-17), karena hati (mata ruhani) mereka terhalang
karat-karat dosa (QS.83:14-18) --
beliau bersabda:
“Kisah-kisah yang dikemukakan di dalam Kitab Suci Al-Quran sesungguhnya adalah
nubuatan-nubuatan yang diutarakan
dalam bentuk cerita. Dalam Kitab Taurat, yang dimaksud adalah memang kisah-kisah saja, tetapi di dalam Al-Quran setiap kisah tersebut merupakan nubuatan
berkaitan dengan Hadhrat Rasulullah Saw.
dan agama Islam dimana kenyataannya
semua nubuatan tersebut telah terpenuhi secara nyata.
Kitab Suci Al-Quran merupakan
samudra kebenaran, wawasan dan nubuatan. Tidak mungkin bagi seseorang beriman sepenuhnya kepada Allah Swt. kecuali melalui Al-Quran. Karakteristik ini khas bagi Al-Quran karena dengan mematuhinya
secara sempurna maka segala rintangan yang terdapat di antara manusia
dengan Tuhan-nya akan tersingkirkan.
Penganut agama-agama lain
menyebutkan nama Tuhan hanya
semata-mata sebagai tokoh dongeng,
sedangkan Al-Quran mengemukakan Wujud Sang Maha Terkasih sedemikian
rupa sehingga nur keyakinan akan merasuki hati seseorang. Allah Swt.
Yang tersembunyi bagi seluruh dunia, hanya bisa dilihat melalui Al-Quran.” (Chasma Marifat, Qadian, Anwar
Ahmadiyyah Press, 1908; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. XXIII, hlm. 271-272,
London, 1984).
Salah satu contohnya adalah kisah Nabi Yusuf a.s. dalam Surah Yusuf yang berisi nubuatan mengenai Nabi Besar
Muhammad saw. serta mengenai berbagai peristiwa
yang akan dialami beliau saw., seperti
halnya yang terjadi dalam kehidupan
Nabi Yusuf a.s., sehingga Allah Swt. menyebutnya sebagai “kisah yang paling baik”, firman-Nya:
نَحۡنُ نَقُصُّ عَلَیۡکَ اَحۡسَنَ
الۡقَصَصِ بِمَاۤ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ ہٰذَا
الۡقُرۡاٰنَ ٭ۖ وَ اِنۡ کُنۡتَ
مِنۡ قَبۡلِہٖ
لَمِنَ الۡغٰفِلِیۡنَ ﴿﴾
Kami menceriterakan kepada engkau
kisah yang paling baik dengan mewahyukan kepada
engkau Al-Quran ini, dan walau pun
sebelumnya engkau benar-benar termasuk orang
yang tidak mengetahui. (Yusuf [12]:4).
Yang
menjadi sebab mengapa riwayat Nabi Yusuf a.s. diwahyukan
kepada Nabi Besar Muhammad saw. begitu
terinci ialah, karena riwayat itu mengandung banyak sekali isyarat berupa kabar gaib (nubuatan) mengenai kehidupan
beliau saw. sendiri. Seluruh riwayat itu seolah-olah akan terulang kembali dalam kehidupan
Nabi Besar Muhammad saw. sendiri dan
dalam kehidupan sanak-saudara beliau,
kaum Quraisy, yang diperankan oleh saudara-saudara
Nabi Yusuf a.s. yang bersikap dengki
terhadap beliau (QS.12:8-19).
Surah ini mempunyai suatu
keistimewaan, yakni seluruhnya membahas riwayat hidup hanya mengenai seorang nabi saja yaitu Nabi Yusuf a.s..
Dalam hal inilah Surah ini berbeda
dari semua Surah lainnya. Alasan adanya keistimewaan
itu ialah karena kehidupan Nabi Yusuf a.s. mengandung
persamaan yang sangat erat dengan kehidupan
Nabi
Besar Muhammad saw., bahkan dalam urusan-urusan
kecil sekalipun.
Seluruh Surah Yusuf dikhususkan untuk menceriterakan riwayat yang agak terinci mengenai kehidupan Nabi Yusuf a.s. agar dapat digunakan sebagai peringatan mengenai peristiwa-peristiwa
yang akan terjadi dalam kehidupan Nabi Besar Muhammad saw..
Persamaaan Pengampunan
Nabi Besar Muhammad saw. dengan Pengampunan Nabi Yusuf a.s. kepada
Saudara-saudaranya
Dalam Surah sebelumnya (Surah
Yunus) riwayat Nabi Yunus a.s. telah dipilih untuk melukiskan rahmat Allah Swt., sedang dalam uraiannya yang disajikan secara rinci dalam Surah Yusuf riwayat Nabi Yusuf a.s. telah dikemukakan sebagai contoh untuk
melukiskan tujuan yang sama. Dua alasan dapat diberikan untuk itu:
(1) Kehidupan Nabi Yunus a.s. dan
kehidupan Nabi Besar Muhammad saw. menunjukkan persamaan-persamaan antara satu sama lain, hanya pada tahap-tahap terakhir – yakni berupa
pembatalan azab Ilahi kepada kaum Nabi Yunus a.s. -- tetapi
kehidupan Nabi Yusuf a.s. menyerupai kehidupan Nabi Besar Muhammad saw. sampai kepada hal-hal kecil sekalipun.
(2) Meskipun peristiwa Nabi Yunus a.s.
menyerupai peristiwa Nabi
Besar Muhammad saw. -- dalam
kenyataan bahwa baik kaum Nabi Yunus a.s.
maupun kaum Nabi Besar Muhammad saw. diampuni
-- tetapi persamaan antara kedua nabi Allah
itu hanya pada bagian-bagian tertentu
saja, tetapi persamaan antara Nabi Yusuf a.s. dan
Nabi
Besar Muhammad saw., terutama dalam cara Allah Swt. memperlakukan
saudara-saudara Nabi Yusuf a.s. dan memperlakukan kaum
Nabi Besar Muhammad saw. sangat erat dan
hampir sempurna, firman-Nya:
قَالُوۡا تَاللّٰہِ
لَقَدۡ اٰثَرَکَ
اللّٰہُ عَلَیۡنَا وَ اِنۡ کُنَّا لَخٰطِئِیۡنَ ﴿﴾ قَالَ لَا تَثۡرِیۡبَ عَلَیۡکُمُ الۡیَوۡمَ ؕ یَغۡفِرُ
اللّٰہُ لَکُمۡ ۫ وَ ہُوَ اَرۡحَمُ الرّٰحِمِیۡنَ ﴿﴾
Mereka
berkata: “Demi Allah, sungguh Allah
benar-benar telah melebihkan engkau di atas kami dan sesungguhnya kami benar-benar
orang-orang yang bersalah.” Ia
(Yusuf) berkata: لَا تَثۡرِیۡبَ عَلَیۡکُمُ الۡیَوۡمَ -- “Tidak
ada celaan bagi kamu pada hari
ini, semoga Allah mengampuni kamu, dan Dia-lah Yang Paling Penyayang dari semua penyayang.” (Yusuf [12]:92-93).
Nabi Yusuf a.s. tidak
membiarkan saudara-saudaranya dalam kegelisahan, dan seketika itu juga melenyapkan segala kekhawatiran dan kecemasan
mereka mengenai cara bagaimanakah beliau akan memperlakukan mereka, dengan
segera mengatakan bahwa beliau akan mengampuni
semua kesalahan mereka tanpa batas dan tanpa syarat
apa pun.
Pengampunan Nabi Yusuf a.s. terhadap
saudara-saudaranya dengan kelapangan
dan kemurahan hati merupakan persamaan yang paling besar dan menonjol
dengan Nabi Besar Muhammad saw.. Seperti Nabi Yusuf a.s., Nabi
Besar Muhammad saw. pun mencapai kemuliaan dan kekuasaan
dalam masa hijrah dan pembuangan di Madinah, dan ketika sesudah bertahun-tahun mengalami pembuangan, beliau memasuki kota
kelahiran, Makkah, beliau saw. sebagai
penakluk dengan memimpin 10.000 Sahabat, dan Makkah bertekuk-lutut dan mencium duli
telapak kaki beliau saw., dan Nabi Besar Muhammad saw. bertanya kepada kaum beliau perlakuan apa yang mereka harapkan dari
beliau saw.: “Perlakuan yang Nabi Yusuf
a.s. berikan kepada saudara-saudaranya,” jawab mereka. Nabi
Besar Muhammad saw. menjawab dengan
segera. لَا تَثۡرِیۡبَ عَلَیۡکُمُ الۡیَوۡمَ -- “Tidak ada celaan atas kamu pada hari
ini.”
Perlakuan mulia dari Nabi Besar Muhammad saw.. terhadap musuh-musuh beliau saw. yang haus
darah, yakni kaum Quraisy Mekkah, yang tidak ada suatu kesempatan pun
mereka biarkan untuk membunuh beliau saw.
dan membinasakan Islam sampai ke
akar-akarnya, adalah tidak ada bandingannya
sepanjang sejarah umat manusia.
Kerahiman yang diperlihatkan kepada kaum Nabi Yunus a.s. merupakan
akibat langsung karunia Allah Swt., karena tidak ada campur tangan Nabi Yunus a.s. di dalamnya. Tetapi
pernyataan ampunan bagi saudara-saudara Nabi Yusuf a.s. dibuat
oleh Nabi Yusuf a.s. sendiri, dan demikian pula halnya
mengenai kaum Quraisy Mekkah,
pernyataan ampunan yang sepenuhnya
dan tiada taranya itu langsung diucapkan
oleh lisan Nabi Besar Muhammad saw. sendiri.
Keunikan dan Ketidak-terbatasan Khazanah Al-Quran
Dengan demikian benarlah sabda Masih Mau’ud a.s. sebelum ini mengenai hakikat kisah-kisah dalam Al-Quran:
“Kisah-kisah yang dikemukakan di dalam Kitab
Suci Al-Quran sesungguhnya adalah nubuatan-nubuatan
yang diutarakan dalam bentuk cerita.
Dalam Kitab Taurat, yang dimaksud
adalah memang kisah-kisah saja,
tetapi di dalam Al-Quran setiap kisah tersebut merupakan nubuatan berkaitan dengan Hadhrat Rasulullah Saw. dan agama Islam dimana kenyataannya semua nubuatan tersebut telah terpenuhi secara nyata.” (Chasma Marifat).
Selanjutnya Masih Mau’ud a.s. menjelaskan mengenai keunikan Al-Quran yang tanpa tanding dalam keindahan komposisinya dan keluhuran kandungannya:
“Kitab Suci Al-Quran tidak saja tanpa banding dalam keindahan
komposisinya tetapi juga tanpa
banding dalam segala keluhuran
isinya. Hal ini merupakan suatu kenyataan
karena apa pun yang datang dari Allah Yang Maha Kuasa tidak hanya bersifat unik dalam satu bidang saja, melainkan dalam keseluruhannya. Mereka yang menyangkal Al-Quran sebagai kebenaran dan wawasan yang bersifat
komprehensif (lengkap) sebenarnya tidak
menghargai Kitab itu sebagaimana mestinya.
Salah satu tanda guna mengenali firman Tuhan yang benar dan suci adalah keunikan
dalam sifatnya, karena kami mengamati bahwa apa pun
yang berasal dari Allah Yang Maha Agung
selalu bersifat unik dan tanpa banding serta tidak bisa dipadani oleh manusia, meski
pun hanya tentang sebutir biji gandum
sekali pun.
Keadaan tanpa banding juga
mengandung arti tanpa batas. Dengan
kata lain, sesuatu dikatakan tanpa
banding hanya jika keajaiban dan
sifat-sifatnya itu bersifat tanpa batas. Sebagaimana dikemukakan di
atas, karakteristik seperti itu akan
ditemui dalam segala hal yang diciptakan Allah Swt.. Sebagai contoh,
misalnya pun manusia meneliti keajaiban selembar daun dari sebuah pohon selama 1000 tahun, namun waktu
itu akan berlalu sedangkan keajaiban
daun tersebut akan selalu ada
yang baru.
Sesuatu yang mewujud melalui kekuasaan tak terbatas, dengan
sendirinya akan berisi keajaiban dan
sifat-sifat yang juga tidak ada batasnya. Ayat yang
menyatakan:
قُلۡ لَّوۡ کَانَ الۡبَحۡرُ مِدَادًا لِّکَلِمٰتِ رَبِّیۡ لَنَفِدَ الۡبَحۡرُ
قَبۡلَ اَنۡ تَنۡفَدَ کَلِمٰتُ رَبِّیۡ وَ
لَوۡ جِئۡنَا بِمِثۡلِہٖ مَدَدًا
Katakanlah: “Sekiranya setiap lautan menjadi tinta
untuk menuliskan kalimat-kalimat Rabb-ku
(Tuhan-ku), niscayalah lautan itu
akan habis sebelum kalimat-kalimat Rabb-ku (Tuhan-ku) habis, sekalipun Kami
datangkan sebanyak itu lagi sebagai bantuan
tambahan” (Al-Kahf [18]:110).
Tidak Terbatasnya Khazanah Al-Quran
Ayat itu mendukung
pendapat tersebut karena
sesungguhnya seluruh ciptaan ini
adalah firman-firman Tuhan. Ayat itu mengandung arti bahwa sifat-sifat semua ciptaan
tersebut adalah tanpa batas dan tanpa akhir. Kalau semua benda ciptaan Tuhan tersebut memiliki sifat-sifat yang tidak
terbatas dan tanpa akhir serta
mengandung keajaiban dan mukjizat yang tidak terhitung, lalu bagaimana mungkin Kitab Suci Al-Quran yang merupakan firman Suci Allah Yang Maha
Kuasa dibatasi hanya dalam beberapa pengertian sebagaimana
diuraikan dalam 40, 50, atau 1000 kitab tafsir, atau juga bisa selesai disampaikan oleh Junjungan dan Penghulu kita Hadhrat Rasulullah
Saw. dalam kurun waktu yang
demikian terbatas? Jika ada yang menganggapnya demikian, sama saja
sepertinya sudah mendekati kekafiran
Memang benar bahwa apa pun yang telah dikemukakan oleh Hadhrat
Rasulullah Saw. sebagai penafsiran
dari Al-Quran adalah betul adanya, namun tidak berarti bahwa Al-Quran tidak lagi memiliki wawasan di
luar dari yang telah disampaikan beliau.
Ungkapan para lawan kita mengenai hal ini mengindikasikan bahwa mereka tidak mengimani ketidak-terbatasan
keagungan dan sifat-sifat dari Al-Quran.
Ucapan mereka yang menyatakan bahwa Al-Quran
diwahyukan bagi mereka yang tidak
terpelajar atau buta huruf,
lebih menegaskan lagi bahwa mereka itu sesungguhnya luput dari pengenalan Nur
Al-Quran, karena mereka melupakan bahwa Hadhrat Rasulullah Saw. tidak saja diutus bagi mereka yang bodoh, tetapi juga bagi
segenap manusia dari segala tingkatan.
Allah Swt. telah berfirman:
قُلۡ یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ اِنِّیۡ رَسُوۡلُ اللّٰہِ
اِلَیۡکُمۡ جَمِیۡعَۨا
Katakanlah:
“Hai manusia, sesungguhnya aku Rasul kepada kamu sekalian”
(Al-A’rāf [7]:159).
Ayat ini menunjukkan bahwa Kitab
Suci Al-Quran diwahyukan bagi semua
tingkatan. Ayat yang menyatakan:
وَ لٰکِنۡ رَّسُوۡلَ اللّٰہِ وَ
خَاتَمَ النَّبِیّٖنَ
“Tetapi
ia adalah Rasul Allah dan Meterai sekalian nabi” (Al-Ahzāb [33]:41)
juga mensiratkan hal tersebut.
Anggapan yang menyatakan bahwa tafsir
Al-Quran tidak bisa melampaui sebatas apa yang telah disampaikan oleh Hadhrat
Rasulullah Saw. jelas adalah suatu pandangan
yang salah. Kami telah menegaskan argumentasi mengenai hal ini secara konklusif dan pasti bahwa sepatutnyalah
yang namanya firman Allah Yang Maha Kuasa mempunyai sifat yang tidak terbatas.
Mereka menyanggah: “Kitab Suci Al-Quran
memang demikian banyak mukjizat
dan sifatnya, lalu mengapa umat terdahulu oleh Allah Swt. tidak diberikan kemaslahatan pengetahuan mengenai hal itu?” maka jawabannya adalah bahwa mereka itu bukannya tidak memperoleh manfaat dari mukjizat-mukjizat Al-Quran, tetapi
sesungguhnya mereka itu memperoleh
pengetahuan sampai dengan apa yang
menurut Tuhan cukup bagi mereka, sedangkan apa yang dibukakan pada masa kini adalah untuk kemaslahatan manusia sekarang ini.
Segala hal yang menjadi dasar keimanan, yang melalui penghayatan dan pengamalannya seseorang disebut Muslim telah dinyatakan secara tegas di setiap zaman. Aku sendiri tidak habis fikir,
dari manakah para ulama atau maulvi yang bodoh itu mendapat kesimpulan
kalau Allah Swt. terikat oleh ketentuan bahwa segala rahmat
dan berkat-Nya yang akan diwujudkan di masa depan harus dibuktikan
bahwa hal itu telah pernah ada di masa lalu?” (Karamatus Sadiqin,
sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. VII, hlm.
60-62, London, 1984).
Pembukaan Rahasia-rahasia Gaib Allah Swt.
Penjelasan Masih Mau’ud a.s. mengenai
ketidak-terbatasan khazanah ruhani Al-Quran tersebut sesuai dengan firman Allah
Swt. berikut ini:
وَ اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ ۫ وَ مَا
نُنَزِّلُہٗۤ اِلَّا بِقَدَرٍ مَّعۡلُوۡمٍ ﴿﴾
Dan tidak
ada suatu pun benda melainkan pada
Kami ada khazanah-khazanahnya yang tidak terbatas, dan Kami
sama sekali tidak menurunkannya melainkan dalam ukuran yang tertentu (Al-Hijr
[15]:22).
Allah
Swt. memiliki persediaan (khazanah) segala sesuatu
dalam jumlah yang tidak terbatas. Akan tetapi sesuai
dengan rahmat-Nya yang tidak
berhingga Dia mengarahkan pikiran atau otak
manusia kepada satu benda yang
tertentu, hanya bilamana timbul suatu keperluan
yang sesungguhnya akan benda itu.
Seperti halnya alam semesta
kebendaan, demikian juga Al-Quran pun merupakan alam semesta keruhanian, di mana
tersembunyi khazanah-khazanah ilmu
keruhanian yang dibukakan kepada manusia sesuai dengan keperluan zaman, yakni melalui Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan (QS.3:180; QS.7:35-37),
firman-Nya:
عٰلِمُ
الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا ﴿ۙ﴾ اِلَّا مَنِ
ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾ لِّیَعۡلَمَ
اَنۡ قَدۡ اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ
بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ شَیۡءٍ
عَدَدًا ﴿٪﴾
Dia-lah Yang
mengetahui yang gaib, maka Dia tidak menzahirkan rahasia gaib-Nya kepada siapa pun, kecuali
kepada Rasul yang Dia ridhai, maka sesungguhnya barisan pengawal berjalan di
hadapannya dan di belakangnya,
supaya Dia mengetahui
bahwa sungguh mereka telah menyampaikan
Amanat-amanat Rabb (Tuhan) mereka,
dan Dia meliputi semua yang ada
pada mereka dan Dia membuat
perhitungan mengenai segala sesuatu
(Al-Jin [72]:27-29).
Ungkapan, “izhhar ‘ala al-ghaib,” berarti, diberi pengetahuan dengan sering dan secara
berlimpah-limpah mengenai rahasia gaib
bertalian dengan dan mengenai peristiwa dan kejadian yang sangat penting. Ayat ini merupakan ukuran yang tiada
tara bandingannya guna membedakan antara sifat dan jangkauan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan
kepada seorang rasul Tuhan dan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan
kepada orang-orang mukmin muttaki
lainnya.
Perbedaan itu letaknya pada kenyataan bahwa, kalau rasul-rasul Tuhan dianugerahi izhhar
‘ala al-ghaib -- “penguasaan atas
yang gaib”, maka rahasia-rahasia yang
diturunkan (dibukakan) kepada orang-orang muttaki dan orang-orang suci lainnya tidak
menikmati kehormatan serupa itu.
Tambahan pula wahyu yang
dianugerahkan kepada rasul-rasul Tuhan,
karena ada dalam pemeliharaan-istimewa-Ilahi,
keadaannya aman dari pemutar-balikkan atau pemalsuan oleh jiwa-jiwa yang jahat,
sedang rahasia-rahasia yang dibukakan
kepada orang-orang muttaki lainnya
tidak begitu terpelihara.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran
Anyar, 16 Februari
2016
Casino - Mapyro
BalasHapusThe Casino at Bryson City is a casino in 순천 출장샵 Bryson City, New Jersey and is open daily 24 공주 출장샵 hours. The casino 광양 출장샵 has 상주 출장샵 36400 slots, 22 table 의정부 출장안마 games and a poker room. Rating: 2.8 · 2,738 reviews