Kamis, 25 Februari 2016

"Duel Makar" Dalam Peristiwa "Penyaliban" yang Misterius & Perjalanan Panjang Al-Masih Ibnu Maryam a.s. dari Palestina ke Kasymir Mencari Sepuluh "Domba" (Suku-suku) Bani Israil yang Hilang Tercerai-berai di Luar Palestina



Bismillaahirrahmaanirrahiim


KITAB SUCI AL-QURAN

Kitab Suci Al-Quran adalah kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak menyadarinya

“Setiap saat hatiku merindukan untuk mencium Kitab  Engkau dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan Kabahku

 (Al-Masih-al-Mau’ud a.s.)


  “Duel Makar” Dalam  Peristiwa “Penyaliban” yang Misterius &  Perjalanan Panjang  Al-Masih Ibnu Maryam a.s. dari Palestina ke Kasymir  Mencari Sepuluh “Domba” (Suku-suku) Bani Israil yang  Hilang  Tercerai-berai di Luar Palestina

Bab 42


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam Bab sebelumnya telah kemukakan ayat mengenai   misteri peristiwa penyaliban Nabi Isa Ibnu Maryam  a.s.. Dua pendapat yang berbeda tersebar di tengah-tengah orang-orang Yahudi mengenai dugaan wafat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   karena penyaliban.
    Beberapa di antara mereka berpendapat bahwa beliau pertama-tama dibunuh, kemudian badan beliau digantung pada tiang salib, sedang yang lainnya berpendapat bahwa beliau dibunuh dengan dipakukan pada tiang salib. Pendapat yang pertama tercermin dalam Kisah Rasul-rasul 5:50, kita baca: "Yang sudah kamu ini bunuh dan menggantungkan Dia pada kayu itu."
  Al-Quran membantah kedua pendapat tersebut dengan mengatakan: وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ      --  "mereka tidak membunuhnya, dan tidak pula mematikannya di atas salib." Pertama Al-Quran menolak pembunuhan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dalam bentuk apapun, dan selanjutnya menyangkal cara pembunuhan yang khas dengan jalan menggantungkan pada salib. Al-Quran  tidak menolak pendapat bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sempat  digantung pada tiang salib, hanya saja Al-Quran  menyangkal beliau wafat  di atas tiang salib,  firman-Nya:
وَّ قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ رَسُوۡلَ اللّٰہِ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ ؕ وَ  اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ  اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ  یَقِیۡنًۢا ﴿﴾ۙ  بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا﴿﴾
Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah,”  وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ  -- padahal mereka tidak membunuhnya secara biasa dan tidak pula mematikannya melalui penyaliban,  akan tetapi ia disamarkan  kepada mereka seperti telah mati di atas salib.  وَ  اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ شَکٍّ مِّنۡہُ --  Dan sesungguhnya  orang-orang yang berselisih dalam hal ini niscaya ada dalam keraguan mengenai ini, مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ  اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ  --   mereka tidak memiliki  pengetahuan yang pasti mengenai ini melainkan menuruti dugaan belaka  وَ مَا قَتَلُوۡہُ  یَقِیۡنًۢا -- dan mereka tidak  yakin telah membunuhnya  بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ -- Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا --  dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (An-Nisā [4]:158-159).
     Dua pendapat yang berbeda tersebar di tengah-tengah orang-orang Yahudi mengenai dugaan wafat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   karena penyaliban. Beberapa di antara mereka berpendapat bahwa beliau pertama-tama dibunuh, kemudian badan beliau digantung pada tiang salib, sedang yang lainnya berpendapat bahwa beliau dibunuh dengan dipakukan pada tiang salib. Pendapat yang pertama tercermin dalam Kisah Rasul-rasul 5:50, kita baca: "Yang sudah kamu ini bunuh dan menggantungkan Dia pada kayu itu."
 Al-Quran membantah kedua pendapat ini dengan mengatakan: وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ      -- "mereka tidak membunuhnya, dan tidak pula mematikannya di atas salib." Pertama Al-Quran menolak pembunuhan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dalam bentuk apapun, dan selanjutnya menyangkal cara pembunuhan yang khas dengan jalan menggantungkan pada salib. Al-Quran  tidak menolak pendapat bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sempat  digantung pada tiang salib, hanya saja Al-Quran  menyangkal beliau wafat  di atas tiang salib.

Kesuksesan “Makar Tandingan” Allah Swt. Melawan “Makar Buruk” Para Pemuka Kaum Yahudi

  Orang-orang Yahudi dengan gembira mengumandangkan telah membunuh Nabi Isa a.s. di atas tiang salib, sehingga dengan demikian telah membuktikan bahwa pendakwaan beliau sebagai nabi Allah tidak benar. Ayat بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ --    Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا --  dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana”  bersama-sama ayat sebelumnya:  وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ  -- “padahal mereka tidak membunuhnya secara biasa dan tidak pula mematikannya melalui penyaliban,  akan tetapi ia disamarkan  kepada mereka seperti telah mati di atas salib” mengandung sangkalan yang keras  terhadap tuduhan tersebut serta membersihkan beliau dari noda yang didesas-desuskan, lalu mengutarakan keluhuran derajat ruhani beliau dan bahwa beliau telah mendapat kehormatan ruhani di hadirat Allah Swt..
Dalam ayat بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ --    Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya” itu sama sekali tidak ada sebutan  mengenai kenaikan beliau ke langit dengan tubuh jasmani. Ayat itu hanya mengatakan bahwa Allah Swt. menaikkan beliau ke haribaan-Nya Sendiri, hal demikian menunjukkan dengan jelas suatu kenaikan ruhani, sebab tidak ada tempat kediaman tertentu dapat ditunjukkan bagi Allah Swt., sebab Allah Swt.  “berada di mana pun”,  tidak  hanya berada di atas langit.
Pada hakikatnya dalam peristiwa penyaliban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. berlangsung “duel makar” antara “makar-buruk” yang dirancang oleh para pemuka kaum Yahudi  -- yang berusaha menghinakan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melalui kematian terkutuk di atas salib – dengan “makar btandingan” Allah Swt. yang menggagalkan “makar buruk” tersebut dengan cara menghindarkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dari kematian terkutuk  di atas tiang salib, firman-Nya:
فَلَمَّاۤ  اَحَسَّ عِیۡسٰی مِنۡہُمُ الۡکُفۡرَ قَالَ مَنۡ اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ ۚ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ ۚ وَ اشۡہَدۡ بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾  رَبَّنَاۤ  اٰمَنَّا بِمَاۤ اَنۡزَلۡتَ وَ اتَّبَعۡنَا الرَّسُوۡلَ فَاکۡتُبۡنَا مَعَ الشّٰہِدِیۡنَ ﴿﴾  وَ مَکَرُوۡا وَ مَکَرَ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Maka tatkala  Isa merasa   ada  kekafiran pada mereka yakni kaumnya ia berkata: ”Siapakah penolong-penolongku  dalam urusan Allah?” Para hawari berkata: “Kamilah  para penolong urusan Allah. Kami beriman kepada Allah, dan  saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah  diri. “Ya Rabb (Tuhan) kami, kami beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami mengikuti Rasul ini maka catatlah kami bersama   orang-orang yang menjadi saksi.” وَ مَکَرُوۡا وَ مَکَرَ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ  --  Dan mereka,  yakni musuh Al-Masih, merancang makar  buruk  dan Allah pun merancang makar  tandingan  dan Allah sebaik-baik Perancang makar. (Āli ‘Imran [3]:53-55).

Diselamatkan ke Wilayah Dataran Tinggi  Kasymir

       Hawariyyun itu jamak dari hawariy, yang berarti: (1) penatu; (2) orang yang diuji dan didapati bebas dari dosa atau kesalahan; (3) orang yang mempunyai watak murni  dan tidak bernoda; (4) orang yang menasihati atau memberi musyawarah atau bertindak jujur dan setia; (5) seorang sahabat atau penolong yang benar dan tulus; (6) seorang sahabat pilihan dan penolong seorang nabi (Lexicon Lane dan Al-Mufradat).
      Makna ayat وَ مَکَرُوۡا وَ مَکَرَ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ  --  “Dan mereka,  yakni musuh Al-Masih, merancang makar  buruk  dan Allah pun merancang makar  tandingan  dan Allah sebaik-baik Perancang makar,” orang-orang Yahudi telah merencanakan supaya Isa Ibnu Maryam a.s. harus mati terkutuk di atas tiang salib (Ulangan 21:24), tetapi rencana Allah Swt.  adalah beliau harus selamat dari kematian semacam itu, sebab beliau adalah benar-benar Rasul-Nya yang dijanjikan-Nya kepada Bani Israil (QS.2:88-89; QS.61:6).
       Rencana buruk orang-orang Yahudi gagal dan rencana Ilahi berhasil, sebab sekali pun beliau sempat disalibkan selama 3 jam tetapi  beliau tidak mati di atas salib, melainkan diturunkan dalam keadaan hidup, dan – setelah melaksanakan tugas beliau melakukan “perjalanan panjang” sebagai Al-Masih (Mesiah/Mesias)  dan sebagai “penggembala domba-domba” (suku-suku) Bani Israil yang hilang -- lalu beliau wafat secara wajar di Kashmir dalam usia  sangat lanjut  dalam usia 120 tahun, sebagaimana   firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ  اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ  اِلٰی رَبۡوَۃٍ  ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan Kami menjadikan  Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki   lembah-lembah hijau  dan sumber-sumber mata air yang  mengalir (Al-Mu’minūn [23]:51).
        Penjelasan Allah Swt.  dalam ayat tersebut mengenai Nabi Isa Ibnu Maryam dan dan ibu beliau, Maryam binti Imran   -- yakni   setelah  beliau selamat dari peristiwa penyaliban    --  membuktikan kebenaran ucapan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. ketika berdialog dengan para pemuka kaum Yahudi yang menganggap beliau sebagai “anak kecil masih dalam buaian”, firman-Nya:
فَاَشَارَتۡ اِلَیۡہِ ؕ قَالُوۡا کَیۡفَ نُکَلِّمُ مَنۡ  کَانَ فِی  الۡمَہۡدِ  صَبِیًّا ﴿﴾  قَالَ اِنِّیۡ عَبۡدُ اللّٰہِ ۟ؕ اٰتٰنِیَ الۡکِتٰبَ وَ جَعَلَنِیۡ  نَبِیًّا ﴿ۙ﴾  وَّ جَعَلَنِیۡ مُبٰرَکًا اَیۡنَ مَا کُنۡتُ ۪ وَ اَوۡصٰنِیۡ بِالصَّلٰوۃِ  وَ الزَّکٰوۃِ مَا دُمۡتُ  حَیًّا ﴿۪ۖ﴾ وَّ بَرًّۢا بِوَالِدَتِیۡ ۫ وَ لَمۡ  یَجۡعَلۡنِیۡ جَبَّارًا شَقِیًّا ﴿﴾  وَ السَّلٰمُ عَلَیَّ یَوۡمَ وُلِدۡتُّ وَ یَوۡمَ اَمُوۡتُ  وَ  یَوۡمَ  اُبۡعَثُ  حَیًّا ﴿﴾  ذٰلِکَ عِیۡسَی ابۡنُ مَرۡیَمَ ۚ قَوۡلَ الۡحَقِّ الَّذِیۡ  فِیۡہِ  یَمۡتَرُوۡنَ ﴿﴾
Maka ia, Maryammemberi isyarah kepadanya.  Mereka berkata: "Bagaimana kami akan bercakap dengan seorang anak masih dalam buaian?"  Ia, Ibnu Maryam, berkata: "Sesungguhnya aku seorang hamba Allah, Dia telah menganugerahkan kepadaku Kitab itu dan Dia telah menjadikanku seorang nabi,   dan Dia telah menjadikan­ku diberkati di mana pun aku ber­ada, dan telah memerintahkanku mendirikan  shalat dan membayar zakat selama aku hidup. Dan  berbakti  kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang   yang sewenang-wenang lagi sial, dan selamat-sejahtera atasku  pada hari aku dilahirkan, pada hari aku mati, dan pada hari aku akan dibangkitkan hidup kembali."    Itulah Isa ibnu Maryam, suatu perkataan  haq yang  mengenainya mereka saling  berbantah.   (Maryam [19]:30-35).
      Karena kematian Yesus (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) seperti pula kelahirannya telah menjadi masalah yang banyak dipertentangkan, dan beberapa kekacauan pendapat dan keraguan masih tetap ada mengenai bagaimana dan di mana beliau melampaukan hari-hari terakhir dalam kehidupan beliau yang padat karya itu, dan oleh karena persoalan cara menemui ajal (kematian) beliau pun merupakan persoalan yang sangat penting  bagi agama Kristen maka pada tempatnya diberikan catatan yang  agak lengkap mengenai persoalan yang penting tapi rumit ini.

Bukti-bukti Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  Hijrah  dari Palestina ke Kasymir

    Al-Quran dan Bible dikuatkan oleh kenyataan-kenyataan sejarah yang telah diakui sahnya, memberi dukungan kuat kepada pandangan bahwa Yesus (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) tidak wafat di atas tiang salib. Dalil-dalil dan keteranggan-keterangan berikut menunjang dan mendukung pernyataan itu:
 (1) Dalam bukunya "The Unknown Life of Yesus". Nicholas Notovitch. seorang pengembara bangsa Rus yang pernah melawat ke Timur Jauh pada kira-­kira tahun 1877 menceriterakan. bahwa  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s  pemah datang ke Kasymir dan Afghanistan. Sir Francis Younghusband yang pada waktu Nicholas Notovitch mengunjungi Kasymir adalah seorang penduduk berkebangsaan Inggris di istana Maharaja Kasymir, bertemu dengan dia di dekat Zojila Pass.
   Penyelidikan terbaru mengenai perjalanan-perjalanan  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s  di Timur memberikan dukungan kuat kepada buku Notovitch. Profesor Nicholus Roerich dalam bukunya "Heart of Asia" mengatakan: "Di Srinagar kami mula-mula menemukan hikayat yang  aneh sekitar kunjungan Yesus ke tempat itu. Kemudian kami melihat betapa tersebar-luasnya di India, di Laddakh, dan di Asia Tengah hikayat mengenai kunjungan Yesus ke berbagai-bagai daerah itu.  Di seluruh Asia Tengah, di Kasymir, di Laddakh, dan di Tibet, dan bahkan lebih ke utara lagi masih terdapat kepercavaan yang kuat bahwa Yesus atau Isa berkeliling di daerah itu  ("Glimpses of World History" oleh Yawaharlal Nehru).
   Beberapa sarjana telah berlindung di belakang beberapa bagian yang samar pada buku Notovitch, untuk menyebutkan bahwa Yesus datang ke Timur sebelum dan bukan sesudah beliau mendapat tugas sebagai nabi Allah. Tetapi seorang anak yang berumur baru 13 tahun atau 14 tahun seperti usia Yesus ketika datang ke India, tidak mungkin mempunyai gagasan melaksanakan suatu perjalanan panjang dan sulit ke tempat yang begitu jauh, dan dengan demikian menantang bahaya maut di tengah perjalanan.
 Gerangan tarikan apa atau tujuan apakah yang mendorong Yesus pada usia yang  semuda itu, datang ke India? Dan seandainya beliau sungguh datang ke India pada masa itu, kepentingan apakah yang mendorong orang-orang India dan Kasymir untuk memelihara catatan mengenai kegiatan-kegiatan dan pengembaraan-pengembaraan seorang anak yang berusia 13 atau 14 tahun?
  Kenyataan berdasarkan pada catatan-­catatan sejarah yaitu bahwa sesudah beliau ditolak  oleh orang-orang Yahudi dan  jiwa beliau dalam keadaan bahaya di Palestina,  lalu Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. meninggalkan negeri itu guna mencari — untuk memenuhi nubuatan-nubuatan lama dalam Bible. — "Sepuluh suku Bani Israil yang hilang" dan menempuh perjalanan jauh serta berbahaya ke India dan Kasymir dan menjalani suatu kehidupan yang penuh peristiwa-peristiwa  sampai mencapai usia yang amat tua yaitu 120 tahun (Kanz- al-Ummal,  Jilid 6).
  Saat itulah catatan-catatan mengenai kegiatan-kegiatan beliau mulai disimpan. "Sepuluh suku Bani Israil  yang hilang”  itu, sesudah mereka dicerai-beraikan oleh bangsa-banasa Assiria dan Babilonia, dan telah menetap di Irak dan Iran, dan kemudian ketika orang-orang Iran di bawah Darius dan Cyrus meluaskan daerah jajahannya lebih jauh lagi ke timur yaitu ke Afghanistan dan India, maka suku-suku itu berhijrah  bersama-sama dengan mereka ke negeri-negeri  tersebut.
   (2) Orang-orang Kasymir dan Afghan adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil sang Hilang” itu. Kenyataan ini nampak jelas dari riwayat, sejarah, dan catatan tertulis mengenai kedua kaum tersebut. Nama kota-kota dan kabilah­-kabilah mereka, bentuk tubuh  mereka  dan sebagainya, semuanya menyerupai orang-orang Yahudi.
   Demikian pula barang-barang pusaka mereka dan prasasti-prasasti kuno mereka menyokong pandangan itu. Ceritera-ceritera rakyatnva penuh dengan kisah-kisah yang berbau Yahudi. Nama Kasymir sendiri sebenarnya Kasyir yang berarti "seperti Siria"  (atau nampaknya nama Kasyir itu diambil dari Kasyi atau Kusy, seorang cucu Nabi Nuh a.s.). Semua kenyataan memberi kepastian kepada pandangan bahwa bangsa Afghan dan Kasymir sebagian besar adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil yang Hilang." 
   (3) Bukti-bukti tersebut cukup menjadi saksi untuk menunjukkan kenyataan, bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s  sungguh-sungguh datang ke Kasymir dan orang-orang Kasymir adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil yang Hilang”. Tetapi bukti terbesar dan paling terang mengenai kedatangan beliau ke Kasymir dan telah tinggal dan wafat di sana adalah adanya kuburan beliau di kampung Khanyar, Srinagar, Kasymir. Kuburan yang disebut Rauzabal itu  dikenal dengan berbagai sebutan, yaitu: kuburan Yus Asaf, kuburan Nabi Sahib (Baginda Nabi), kuburan Syahzadah Nabi (Nabi Pangeran), dan bahkan kuburan Isa Sahib (Baginda Isa).

Buku "Masih Hindustan Mein" (Al-Masih di Hindustan)  Karya  Masih Mau'ud a.s..

     Menurut penuturan sejarah  yang telah terbukti sahnya, Yus Asaf datang ke Kasymir lebih dari 1900 tahun lampau dan mengajar dengan memakai tamsil (perumpamaan) dan mempergunakan banyak tamsil-tamsil yang tercantum dalam Injil.  Dalam sebagian buku sejarah tertentu  beliau digambarkan sebagai seorang nabi.
     Tambahan pula Yus Asaf  itu suatu nama dalam Bible, yang berarti "Yasu” yaitu ”pengumpul" yang merupakan salah satu nama sifat Yesus, sebab tugas  beliau adalah mengumpulkan suku-suku Bani Israil yang telah hilang ke pangkuan “Majikannya” (Allah Swt.), sebagaimana beliau sendiri katakan: "Ada lagi padaKu domba lain yang bukan masuk kandang domba ini, maka sekalian itu juga wajib Aku bawa, dan domba-domba itu kelak mendengar akan seruanku,  lalu akan menjadi sekawan, dan gembala seorang sahaja" (Injil Yohanes 10:16).
 Kutipan-kutipan yang bernilai sejarah seperti berikut memberi juga sedikit penjelasan mengenai masalah ini:
"Makam itu pada umumnya dikenal sebagai makam seorang nabi. Beliau seorang pangeran yang datang ke Kasymir dari sebuah negeri asing dan giat dalam mengajar orang-orang Kasymir, Namanya Yus Asaf (Tarikh A'zhami, hlm.  82-85).      
"Yus Asaf mengembara di beberapa negeri  hingga beliau tiba di sebuah negeri  yang disebut Kasymir. Beliau menjelajah seluruh negeri tersebut dan tinggal di sana hingga beliau wafat" (Ikmal-ad-Din, hlm. 258-359).
"Hikayat Kasymir itu — demikian diberitahukan kepada saya — menyebut­kan seorang  nabi  yang tinggal di sana dan memberikan pelajaran seperti dilakukan oleh Yesus dengan tamsil-tamsil dan kisah-kisah pendek, yang sampai saat ini dituturkan orang di Kasymir”  (John Noel's Article in Asia. Oct. 1930).
"Oleh sebab itu kepergian  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s  ke India dan wafat di Srinagar tidak bertentangan dengan kebenaran, baik dari segi akal atau sejarah" (Tafsir al­-Manar, jilid 6).
   Tetapi kupasan yang lebih baik dan lebih lengkap mengenai masalah ini  lihat buku "Masih Hindustan Mein" (Al-Masih di Hindustan) ditulis oleh Hadhrat Ahmad, Masih Mau'ud a.s.. Lihat pula buku terkenal bernama "Nazarene Gospel Restored” yang pengarangnya berpendapat bahwa sekalipun secara resmi disalibkan pada tahun 30 Masehi namun Yesus masih hidup selama 20 tahun sesudah kebangkitannya kembali.
Tidak mungkin ada lukisan lebih bagus mengenai tempat di mana sesudah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  terhindar dari kematian terkutuk di atas salib,  beliau  dan ibunda beliau  tinggal  dengan aman-sentausa dan pulang ke Rahmatullāh, daripada yang dikemukakan oleh Al-Quran  dalam kata-kata "dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber air yang mengalir" yang merupakan lukisan yang sangat tepat mengenai  Lembah Kasymir yang indah itu. Nicholas Notovitch menamakan Kasymir "Lembah Kebahagiaan Abadi".
      Jadi, betapa   uniknya  “perjalanan panjang”  yang dilakukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  – yakni beliau hijrah dari Palestina ke Kasymir serta wafat di sana – karena di dekat kawasan itu pulalah Allah Swt. telah membangkitkan Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58), firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ  اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ  اِلٰی رَبۡوَۃٍ  ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan Kami menjadikan  Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki   lembah-lembah hijau  dan sumber-sumber mata air yang  mengalir (Al-Mu’minūn [23]:51).
       Perjalanan panjang dan pengembaraan  lama yang dilakukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. setelah selamat dari upaya pembunuhan melalui penyaliban di Palestina  merupakan penggenapan  makna    gelar Al-Masih (Mesiah/Mesias)  yang diberikan Allah Swt. kepada beliau (QS.3:46-47).
  Al-Masih diserap dari masaha yang berarti: ia menyapu bersih kotoran dari barang itu dengan tangannya; ia mengurapinya (menggosoknya) dengan minyak; ia berjalan di muka bumi; Tuhan memberkatinya (Al-Aqrab-ul-Mawarid). Jadi, Masih berarti: (1) orang yang diurapi; (2) orang yang banyak mengadakan perjalanan; (3) orang yang diberkati.
      Al-Masih adalah  bentuk kata Arab dari Mesiah yang sama dengan Masyiah dalam bahasa Ibrani, artinya orang yang diurapi [dalam upacara pembaptisan, Pent.] (Encyclopaedia Biblica; Encyclopaedia  Religions  & Ethics). Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. diberi nama  Al-Masih  karena beliau banyak mengadakan perjalanan     yakni mencari 10 suku Bani Israil yang tercerai-berai di luar wilayah Palestina.
       Tetapi   kalau  mengikuti penuturan Injil, tugas beliau hanya terbatas untuk masa tiga tahun saja, dan perjalanan beliau pun hanya ke beberapa kota Palestina atau Suriah saja, lalu  setelah itu Al-Masih salah diangkat hidup-hidup ke langit sehingga dengan demikian  gelar Masih itu sekali-kali tidak cocok bagi beliau. Lagi pula tidak ada  di antara suku-suku Bani Israil yang "tersesat" ke langit, semuanya tercerai-berai  di berbagai wilayah di luar Palestina.  
     Penyelidikan sejarah akhir-akhir ini telah membuktikan, bahwa sesudah beliau pulih dari rasa terkejut dan luka-luka akibat penyaliban,  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  menempuh perjalanan jauh ke negeri-negeri sebelah timur dan akhirnya sampai ke Kasymir untuk menyampaikan amanat Ilahi kepada suku-suku Bani Israil yang hilang dan tinggal di bagian-bagian negeri itu.  
     Gelar Masih berarti pula “yang diurapi”, karena kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tidak sebagaimana lazimnya dan mudah dipandang tidak sah, maka untuk melenyapkan tuduhan yang mungkin dilancarkan maka beliau disebut “Al-Masih” yang salah satu artinya “telah diurapi” dengan urapan Allah Swt.    Sendiri, sama seperti para nabi Allah semuanya telah diurapi (disucikan).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo

Pajajaran Anyar,   20 Februari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar