Bismillaahirrahmaanirrahiim
KITAB SUCI AL-QURAN
“Kitab Suci Al-Quran adalah
kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak
menyadarinya ”
“Setiap saat hatiku merindukan
untuk mencium Kitab Engkau dan
melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan Kabahku”
(Al-Masih-al-Mau’ud
a.s.)
“Duel Makar” Dalam Peristiwa “Penyaliban” yang Misterius & Perjalanan
Panjang Al-Masih Ibnu Maryam a.s. dari Palestina
ke Kasymir Mencari Sepuluh “Domba” (Suku-suku) Bani
Israil yang Hilang Tercerai-berai di Luar Palestina
Bab 42
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam
Bab sebelumnya telah kemukakan ayat mengenai misteri peristiwa penyaliban Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s.. Dua pendapat yang berbeda tersebar di tengah-tengah orang-orang
Yahudi mengenai dugaan wafat Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. karena penyaliban.
Beberapa di antara mereka berpendapat
bahwa beliau pertama-tama dibunuh,
kemudian badan beliau digantung pada tiang salib, sedang yang lainnya
berpendapat bahwa beliau dibunuh
dengan dipakukan pada tiang salib. Pendapat yang pertama
tercermin dalam Kisah Rasul-rasul 5:50, kita baca: "Yang sudah kamu ini bunuh dan menggantungkan
Dia pada kayu itu."
Al-Quran membantah
kedua pendapat tersebut dengan
mengatakan: وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ -- "mereka
tidak membunuhnya, dan tidak pula mematikannya di atas salib." Pertama
Al-Quran menolak pembunuhan Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. dalam bentuk apapun, dan selanjutnya menyangkal cara pembunuhan yang khas dengan jalan menggantungkan pada salib. Al-Quran
tidak menolak pendapat bahwa
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sempat digantung pada tiang salib, hanya saja Al-Quran menyangkal
beliau wafat di atas tiang
salib, firman-Nya:
وَّ
قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ رَسُوۡلَ اللّٰہِ
ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ
شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ
اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ یَقِیۡنًۢا ﴿﴾ۙ بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ
عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا﴿﴾
Dan karena
ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih,
Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah,” وَ مَا
قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ -- padahal mereka tidak membunuhnya secara biasa dan tidak pula mematikannya melalui penyaliban, akan tetapi ia disamarkan kepada
mereka seperti telah mati di atas salib. وَ اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا
فِیۡہِ لَفِیۡ شَکٍّ مِّنۡہُ
-- Dan sesungguhnya orang-orang
yang berselisih dalam hal ini niscaya ada
dalam keraguan mengenai ini, مَا لَہُمۡ
بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ اِلَّا اتِّبَاعَ
الظَّنِّ -- mereka
tidak memiliki pengetahuan yang
pasti mengenai ini melainkan menuruti dugaan belaka وَ مَا
قَتَلُوۡہُ یَقِیۡنًۢا -- dan mereka tidak yakin telah membunuhnya بَلۡ
رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ -- Bahkan Allah telah mengangkatnya
kepada-Nya وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا
حَکِیۡمًا -- dan Allah Maha Perkasa,
Maha Bijaksana. (An-Nisā
[4]:158-159).
Dua pendapat yang berbeda tersebar di
tengah-tengah orang-orang Yahudi
mengenai dugaan wafat Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. karena penyaliban. Beberapa di antara mereka
berpendapat bahwa beliau pertama-tama dibunuh,
kemudian badan beliau digantung pada tiang salib, sedang yang lainnya
berpendapat bahwa beliau dibunuh
dengan dipakukan pada tiang salib. Pendapat yang pertama
tercermin dalam Kisah Rasul-rasul 5:50, kita baca: "Yang sudah kamu ini bunuh dan
menggantungkan Dia pada kayu itu."
Al-Quran membantah kedua pendapat ini dengan
mengatakan: وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ -- "mereka
tidak membunuhnya, dan tidak pula mematikannya di atas salib." Pertama
Al-Quran menolak pembunuhan Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. dalam bentuk apapun, dan selanjutnya menyangkal cara pembunuhan yang khas dengan jalan menggantungkan pada salib. Al-Quran
tidak menolak pendapat bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sempat digantung
pada tiang salib, hanya saja Al-Quran
menyangkal
beliau wafat di atas tiang
salib.
Kesuksesan “Makar Tandingan” Allah Swt. Melawan “Makar Buruk” Para Pemuka Kaum Yahudi
Orang-orang Yahudi dengan gembira mengumandangkan telah membunuh Nabi Isa a.s. di atas tiang salib, sehingga dengan demikian telah membuktikan bahwa pendakwaan beliau sebagai nabi Allah tidak benar. Ayat بَلۡ رَّفَعَہُ
اللّٰہُ اِلَیۡہِ -- Bahkan
Allah telah mengangkatnya kepada-Nya وَ کَانَ اللّٰہُ
عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا -- dan Allah Maha
Perkasa, Maha Bijaksana” bersama-sama ayat sebelumnya: وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ
لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ -- “padahal mereka tidak membunuhnya secara biasa
dan tidak pula mematikannya melalui
penyaliban, akan tetapi ia disamarkan kepada mereka seperti telah mati di
atas salib” mengandung sangkalan yang keras terhadap tuduhan
tersebut serta membersihkan beliau
dari noda yang didesas-desuskan, lalu mengutarakan keluhuran derajat ruhani beliau dan bahwa beliau telah mendapat kehormatan ruhani di hadirat Allah Swt..
Dalam ayat بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ -- “Bahkan Allah telah mengangkatnya
kepada-Nya” itu sama
sekali tidak ada sebutan mengenai kenaikan beliau ke langit dengan tubuh jasmani. Ayat itu hanya mengatakan bahwa Allah Swt. menaikkan beliau ke haribaan-Nya Sendiri, hal demikian menunjukkan dengan jelas suatu kenaikan ruhani, sebab tidak ada tempat kediaman tertentu dapat ditunjukkan bagi
Allah Swt., sebab Allah Swt. “berada di mana pun”, tidak
hanya berada di atas langit.
Pada hakikatnya dalam peristiwa penyaliban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
berlangsung “duel makar” antara “makar-buruk” yang dirancang oleh para pemuka
kaum Yahudi -- yang berusaha menghinakan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
melalui kematian terkutuk di atas salib – dengan “makar btandingan” Allah
Swt. yang menggagalkan “makar buruk”
tersebut dengan cara menghindarkan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dari kematian
terkutuk di atas tiang salib, firman-Nya:
فَلَمَّاۤ اَحَسَّ عِیۡسٰی مِنۡہُمُ الۡکُفۡرَ قَالَ مَنۡ
اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ ۚ
اٰمَنَّا بِاللّٰہِ ۚ وَ اشۡہَدۡ بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾ رَبَّنَاۤ اٰمَنَّا
بِمَاۤ اَنۡزَلۡتَ وَ اتَّبَعۡنَا الرَّسُوۡلَ فَاکۡتُبۡنَا مَعَ الشّٰہِدِیۡنَ ﴿﴾ وَ مَکَرُوۡا وَ مَکَرَ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ
الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Maka
tatkala Isa merasa ada kekafiran pada mereka yakni kaumnya
ia berkata: ”Siapakah penolong-penolongku dalam urusan Allah?” Para hawari berkata: “Kamilah para penolong urusan Allah.
Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah
bahwa sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang berserah diri. “Ya Rabb (Tuhan) kami, kami beriman kepada apa yang
telah Engkau turunkan dan kami
mengikuti Rasul ini maka catatlah
kami bersama orang-orang yang menjadi
saksi.” وَ مَکَرُوۡا وَ مَکَرَ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ -- Dan mereka,
yakni musuh Al-Masih, merancang makar buruk dan Allah
pun merancang makar tandingan dan Allah
sebaik-baik Perancang makar. (Āli ‘Imran [3]:53-55).
Diselamatkan ke Wilayah Dataran
Tinggi Kasymir
Hawariyyun itu
jamak dari hawariy, yang berarti: (1) penatu; (2) orang yang diuji dan
didapati bebas dari dosa atau kesalahan; (3) orang yang mempunyai watak murni dan tidak bernoda; (4) orang yang menasihati atau memberi musyawarah atau
bertindak jujur dan setia; (5) seorang sahabat
atau penolong yang benar dan tulus;
(6) seorang sahabat pilihan dan penolong seorang nabi (Lexicon Lane dan Al-Mufradat).
Makna ayat وَ مَکَرُوۡا وَ مَکَرَ اللّٰہُ ؕ وَ
اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ -- “Dan
mereka, yakni musuh Al-Masih, merancang makar buruk dan Allah
pun merancang makar tandingan dan Allah
sebaik-baik Perancang makar,” orang-orang Yahudi telah merencanakan
supaya Isa Ibnu Maryam a.s. harus mati
terkutuk di atas tiang salib (Ulangan 21:24), tetapi rencana Allah Swt. adalah beliau harus selamat dari
kematian semacam itu, sebab beliau
adalah benar-benar Rasul-Nya yang dijanjikan-Nya kepada Bani Israil (QS.2:88-89; QS.61:6).
Rencana
buruk orang-orang Yahudi gagal
dan rencana Ilahi berhasil, sebab
sekali pun beliau sempat disalibkan
selama 3 jam tetapi beliau tidak
mati di atas salib, melainkan diturunkan dalam keadaan hidup, dan – setelah melaksanakan tugas beliau melakukan
“perjalanan panjang” sebagai Al-Masih
(Mesiah/Mesias) dan sebagai “penggembala domba-domba” (suku-suku)
Bani Israil yang hilang -- lalu
beliau wafat secara wajar di Kashmir dalam usia sangat lanjut dalam usia 120 tahun, sebagaimana firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ
اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی
رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan
Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran
yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber
mata air yang mengalir (Al-Mu’minūn
[23]:51).
Penjelasan Allah Swt. dalam ayat tersebut mengenai Nabi Isa Ibnu Maryam dan dan ibu beliau, Maryam binti Imran -- yakni setelah
beliau selamat dari peristiwa penyaliban -- membuktikan kebenaran ucapan Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. ketika berdialog
dengan para pemuka kaum Yahudi yang
menganggap beliau sebagai “anak kecil
masih dalam buaian”, firman-Nya:
فَاَشَارَتۡ
اِلَیۡہِ ؕ قَالُوۡا کَیۡفَ نُکَلِّمُ مَنۡ
کَانَ فِی الۡمَہۡدِ صَبِیًّا ﴿﴾ قَالَ اِنِّیۡ عَبۡدُ اللّٰہِ ۟ؕ اٰتٰنِیَ الۡکِتٰبَ
وَ جَعَلَنِیۡ نَبِیًّا ﴿ۙ﴾ وَّ جَعَلَنِیۡ مُبٰرَکًا اَیۡنَ مَا کُنۡتُ ۪ وَ
اَوۡصٰنِیۡ بِالصَّلٰوۃِ وَ الزَّکٰوۃِ
مَا دُمۡتُ حَیًّا ﴿۪ۖ﴾ وَّ بَرًّۢا
بِوَالِدَتِیۡ ۫ وَ لَمۡ یَجۡعَلۡنِیۡ
جَبَّارًا شَقِیًّا ﴿﴾ وَ السَّلٰمُ
عَلَیَّ یَوۡمَ وُلِدۡتُّ وَ یَوۡمَ اَمُوۡتُ
وَ یَوۡمَ اُبۡعَثُ
حَیًّا ﴿﴾ ذٰلِکَ عِیۡسَی
ابۡنُ مَرۡیَمَ ۚ قَوۡلَ الۡحَقِّ الَّذِیۡ
فِیۡہِ یَمۡتَرُوۡنَ ﴿﴾
Maka
ia, Maryam, memberi isyarah kepadanya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan bercakap dengan seorang anak masih dalam buaian?"
Ia, Ibnu Maryam, berkata:
"Sesungguhnya aku seorang hamba Allah,
Dia telah menganugerahkan kepadaku Kitab
itu dan Dia telah menjadikanku
seorang nabi, dan Dia telah menjadikanku diberkati di mana
pun aku berada, dan telah
memerintahkanku mendirikan shalat
dan membayar zakat selama aku
hidup. Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang
yang sewenang-wenang lagi sial, dan selamat-sejahtera atasku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku mati, dan pada hari aku akan dibangkitkan hidup kembali." Itulah Isa
ibnu Maryam, suatu perkataan haq yang
mengenainya mereka saling berbantah. (Maryam
[19]:30-35).
Karena kematian Yesus (Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s.) seperti pula kelahirannya
telah menjadi masalah yang banyak dipertentangkan, dan beberapa kekacauan pendapat dan keraguan masih tetap ada mengenai
bagaimana dan di mana beliau melampaukan hari-hari
terakhir dalam kehidupan beliau yang padat
karya itu, dan oleh karena persoalan
cara menemui ajal (kematian) beliau
pun merupakan persoalan yang sangat penting
bagi agama Kristen maka pada tempatnya
diberikan catatan yang agak lengkap mengenai persoalan yang penting
tapi rumit ini.
Bukti-bukti Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Hijrah dari Palestina
ke Kasymir
Al-Quran dan
Bible dikuatkan oleh kenyataan-kenyataan
sejarah yang telah diakui sahnya,
memberi dukungan kuat kepada pandangan bahwa Yesus (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) tidak wafat di atas tiang salib.
Dalil-dalil dan keteranggan-keterangan berikut menunjang dan mendukung
pernyataan itu:
(1) Dalam bukunya "The Unknown Life of Yesus". Nicholas Notovitch. seorang
pengembara bangsa Rus yang pernah melawat ke Timur Jauh pada kira-kira tahun
1877 menceriterakan. bahwa Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s pemah datang ke Kasymir dan Afghanistan. Sir Francis Younghusband yang pada waktu Nicholas
Notovitch mengunjungi Kasymir adalah seorang penduduk berkebangsaan Inggris di
istana Maharaja Kasymir, bertemu dengan dia di dekat Zojila Pass.
Penyelidikan
terbaru mengenai perjalanan-perjalanan Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s di Timur memberikan
dukungan kuat kepada buku Notovitch. Profesor Nicholus Roerich dalam bukunya
"Heart of Asia"
mengatakan: "Di Srinagar kami mula-mula menemukan hikayat yang aneh sekitar kunjungan Yesus ke tempat itu.
Kemudian kami melihat betapa tersebar-luasnya di India, di Laddakh, dan di Asia
Tengah hikayat mengenai kunjungan Yesus ke berbagai-bagai daerah itu. Di seluruh Asia Tengah, di Kasymir, di
Laddakh, dan di Tibet, dan bahkan lebih ke utara lagi masih terdapat kepercavaan
yang kuat bahwa Yesus atau Isa berkeliling di daerah itu ("Glimpses
of World History" oleh Yawaharlal Nehru).
Beberapa sarjana telah berlindung di belakang beberapa
bagian yang samar pada buku Notovitch, untuk menyebutkan bahwa Yesus datang ke
Timur sebelum dan bukan sesudah beliau mendapat tugas sebagai nabi Allah. Tetapi seorang anak yang
berumur baru 13 tahun atau 14 tahun seperti usia Yesus ketika datang ke India, tidak mungkin mempunyai gagasan
melaksanakan suatu perjalanan panjang
dan sulit ke tempat yang begitu jauh,
dan dengan demikian menantang bahaya maut di tengah perjalanan.
Gerangan
tarikan apa atau tujuan apakah yang mendorong Yesus pada usia yang semuda itu, datang ke India? Dan seandainya beliau sungguh datang ke India pada masa itu, kepentingan apakah yang mendorong orang-orang India dan Kasymir untuk memelihara catatan
mengenai kegiatan-kegiatan dan pengembaraan-pengembaraan seorang anak yang
berusia 13 atau 14 tahun?
Kenyataan berdasarkan pada catatan-catatan sejarah
yaitu bahwa sesudah beliau ditolak oleh orang-orang
Yahudi dan jiwa beliau dalam keadaan bahaya
di Palestina, lalu Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. meninggalkan
negeri itu guna mencari — untuk memenuhi nubuatan-nubuatan
lama dalam Bible. — "Sepuluh suku
Bani Israil yang hilang" dan menempuh perjalanan jauh serta berbahaya
ke India dan Kasymir dan menjalani suatu kehidupan yang penuh
peristiwa-peristiwa sampai mencapai usia
yang amat tua yaitu 120 tahun (Kanz-
al-Ummal, Jilid 6).
Saat itulah catatan-catatan mengenai kegiatan-kegiatan
beliau mulai disimpan. "Sepuluh suku
Bani Israil yang hilang” itu, sesudah mereka dicerai-beraikan oleh
bangsa-banasa Assiria dan Babilonia, dan telah menetap di Irak dan Iran, dan
kemudian ketika orang-orang Iran di bawah Darius
dan Cyrus meluaskan daerah jajahannya
lebih jauh lagi ke timur yaitu ke Afghanistan dan India, maka suku-suku itu
berhijrah bersama-sama dengan mereka ke
negeri-negeri tersebut.
(2) Orang-orang Kasymir
dan Afghan adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil sang Hilang”
itu. Kenyataan ini nampak jelas dari riwayat, sejarah, dan catatan tertulis
mengenai kedua kaum tersebut. Nama kota-kota
dan kabilah-kabilah mereka, bentuk tubuh mereka
dan sebagainya, semuanya menyerupai orang-orang
Yahudi.
Demikian pula barang-barang
pusaka mereka dan prasasti-prasasti kuno mereka menyokong pandangan itu.
Ceritera-ceritera rakyatnva penuh dengan kisah-kisah yang berbau Yahudi. Nama Kasymir
sendiri sebenarnya Kasyir yang
berarti "seperti Siria" (atau nampaknya nama Kasyir itu diambil dari Kasyi
atau Kusy, seorang cucu Nabi Nuh a.s.). Semua kenyataan
memberi kepastian kepada pandangan
bahwa bangsa Afghan dan Kasymir sebagian besar adalah keturunan
"Sepuluh Suku Bani Israil yang
Hilang."
(3) Bukti-bukti tersebut cukup menjadi saksi untuk menunjukkan kenyataan, bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s sungguh-sungguh datang ke Kasymir dan orang-orang Kasymir adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil yang Hilang”.
Tetapi bukti terbesar dan paling terang mengenai kedatangan beliau ke Kasymir dan telah tinggal dan wafat di sana
adalah adanya kuburan beliau di
kampung Khanyar, Srinagar, Kasymir. Kuburan yang disebut Rauzabal itu dikenal dengan berbagai sebutan, yaitu:
kuburan Yus Asaf, kuburan Nabi Sahib (Baginda Nabi), kuburan Syahzadah Nabi (Nabi Pangeran), dan bahkan
kuburan Isa Sahib (Baginda Isa).
Buku "Masih Hindustan Mein"
(Al-Masih di Hindustan) Karya Masih
Mau'ud a.s..
Menurut penuturan sejarah yang telah terbukti sahnya, Yus Asaf datang ke Kasymir lebih dari 1900 tahun lampau dan mengajar dengan memakai tamsil (perumpamaan) dan mempergunakan
banyak tamsil-tamsil yang tercantum
dalam Injil. Dalam sebagian buku sejarah tertentu beliau digambarkan sebagai seorang nabi.
Tambahan pula Yus Asaf itu suatu nama dalam Bible, yang berarti "Yasu” yaitu ”pengumpul" yang merupakan salah satu nama sifat Yesus, sebab tugas beliau adalah
mengumpulkan suku-suku Bani Israil
yang telah hilang ke pangkuan “Majikannya”
(Allah Swt.), sebagaimana beliau sendiri katakan: "Ada lagi padaKu domba lain yang bukan masuk kandang domba ini, maka
sekalian itu juga wajib Aku bawa, dan domba-domba itu kelak mendengar akan
seruanku, lalu akan menjadi sekawan, dan
gembala seorang sahaja" (Injil
Yohanes 10:16).
Kutipan-kutipan
yang bernilai sejarah seperti berikut memberi juga sedikit penjelasan mengenai
masalah ini:
"Makam itu
pada umumnya dikenal sebagai makam seorang nabi. Beliau seorang pangeran yang
datang ke Kasymir dari sebuah negeri asing dan giat dalam mengajar orang-orang
Kasymir, Namanya Yus Asaf (Tarikh
A'zhami, hlm. 82-85).
"Yus Asaf
mengembara di beberapa negeri hingga
beliau tiba di sebuah negeri yang
disebut Kasymir. Beliau menjelajah seluruh negeri tersebut dan tinggal di sana
hingga beliau wafat" (Ikmal-ad-Din,
hlm. 258-359).
"Hikayat
Kasymir itu — demikian diberitahukan kepada saya — menyebutkan seorang nabi
yang tinggal di sana dan memberikan pelajaran seperti dilakukan oleh
Yesus dengan tamsil-tamsil dan kisah-kisah pendek, yang sampai saat ini
dituturkan orang di Kasymir” (John Noel's Article in Asia.
Oct. 1930).
"Oleh sebab
itu kepergian Nabi Isa Ibnu Maryam a.s ke India dan wafat di Srinagar tidak
bertentangan dengan kebenaran, baik dari segi akal atau sejarah" (Tafsir al-Manar, jilid 6).
Tetapi kupasan yang lebih baik dan lebih lengkap
mengenai masalah ini lihat buku "Masih Hindustan Mein" (Al-Masih
di Hindustan) ditulis oleh Hadhrat Ahmad, Masih Mau'ud a.s.. Lihat pula buku
terkenal bernama "Nazarene
Gospel Restored” yang pengarangnya berpendapat bahwa sekalipun secara
resmi disalibkan pada tahun 30 Masehi namun Yesus masih hidup selama 20 tahun
sesudah kebangkitannya kembali.
Tidak mungkin ada lukisan lebih bagus mengenai tempat di mana sesudah Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. terhindar dari kematian terkutuk di atas salib, beliau dan ibunda
beliau tinggal dengan aman-sentausa dan pulang ke Rahmatullāh, daripada yang dikemukakan
oleh Al-Quran dalam kata-kata "dataran yang tinggi yang memiliki
lembah-lembah hijau dan sumber-sumber air yang mengalir" yang
merupakan lukisan yang sangat tepat mengenai
Lembah Kasymir yang indah itu.
Nicholas Notovitch menamakan Kasymir "Lembah
Kebahagiaan Abadi".
Jadi, betapa uniknya “perjalanan panjang” yang dilakukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. –
yakni beliau hijrah dari Palestina ke Kasymir serta wafat di
sana – karena di dekat kawasan itu
pulalah Allah Swt. telah membangkitkan Mirza
Ghulam Ahmad a.s. sebagai Al-Masih
Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58), firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ
اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی
رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan
Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran
yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber
mata air yang mengalir (Al-Mu’minūn
[23]:51).
Perjalanan panjang dan pengembaraan lama yang dilakukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
setelah selamat dari upaya pembunuhan
melalui penyaliban di Palestina merupakan penggenapan makna gelar Al-Masih
(Mesiah/Mesias) yang diberikan Allah
Swt. kepada beliau (QS.3:46-47).
Al-Masih
diserap dari masaha yang berarti: ia menyapu bersih kotoran dari barang
itu dengan tangannya; ia mengurapinya (menggosoknya) dengan minyak; ia berjalan
di muka bumi; Tuhan memberkatinya (Al-Aqrab-ul-Mawarid).
Jadi, Masih berarti: (1) orang yang diurapi; (2) orang yang banyak
mengadakan perjalanan; (3) orang yang diberkati.
Al-Masih adalah bentuk kata Arab dari Mesiah yang sama
dengan Masyiah dalam bahasa Ibrani,
artinya orang yang diurapi [dalam upacara pembaptisan, Pent.] (Encyclopaedia Biblica; Encyclopaedia Religions & Ethics). Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. diberi
nama Al-Masih karena beliau banyak mengadakan perjalanan yakni mencari 10 suku Bani Israil yang tercerai-berai di luar wilayah Palestina.
Tetapi kalau mengikuti penuturan Injil, tugas beliau hanya terbatas untuk masa tiga tahun saja, dan perjalanan beliau pun hanya ke beberapa kota
Palestina atau Suriah saja, lalu setelah itu Al-Masih salah diangkat hidup-hidup ke langit sehingga dengan
demikian gelar Masih itu
sekali-kali tidak cocok bagi beliau. Lagi pula tidak ada di antara suku-suku Bani Israil yang "tersesat" ke langit, semuanya tercerai-berai di berbagai wilayah di luar Palestina.
Penyelidikan sejarah akhir-akhir ini telah
membuktikan, bahwa sesudah beliau pulih dari rasa terkejut dan luka-luka akibat
penyaliban, Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. menempuh perjalanan jauh ke
negeri-negeri sebelah timur dan akhirnya sampai ke Kasymir untuk menyampaikan amanat Ilahi kepada suku-suku Bani Israil yang hilang dan
tinggal di bagian-bagian negeri itu.
Gelar Masih berarti pula “yang diurapi”,
karena kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tidak
sebagaimana lazimnya dan mudah
dipandang tidak sah, maka untuk
melenyapkan tuduhan yang mungkin
dilancarkan maka beliau disebut “Al-Masih” yang salah satu artinya “telah diurapi” dengan urapan Allah Swt. Sendiri,
sama seperti para nabi Allah semuanya
telah diurapi (disucikan).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran
Anyar, 20 Februari
2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar