Bismillaahirrahmaanirrahiim
KITAB SUCI AL-QURAN
“Kitab Suci Al-Quran
adalah kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak
menyadarinya ”
“Setiap saat hatiku
merindukan untuk mencium Kitab Engkau
dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan Kabahku”
(Al-Masih-al-Mau’ud
a.s.)
Revolusi Ruhani Melalui Suri Teladan Sempurna Nabi Besar Muhammad Saw. & Sikap Ksatria Para Sahabat Beliau Saw.
Bab 27
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan
mengenai makna ayat اُنۡزِلَ اِلَیۡکَ وَ الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِمَاۤ -- “Dan orang-orang yang beriman kepada apa yang diturunkan
kepada engkau, مَاۤ اُنۡزِلَ مِنۡ قَبۡلِکَ وَ -- juga
kepada apa yang telah diturunkan sebelum
engkau وَ بِالۡاٰخِرَۃِ ہُمۡ یُوۡقِنُوۡنَ -- dan kepada
akhirat pun mereka
yakin” (QS.2:5), bahwa iman
kepada Nabi Besar Muhammad saw. – setelah beriman kepada Allah Swt. merupakan inti sejauh menyangkut hubungan
iman kepada Rasul-rasul Allah (QS.2:286; QS.4:66, 137). Bahkan ajaran Islam
(Al-Quran) mewajibkan para
pengikutnya beriman bahwa ajaran semua nabi Allah yang terdahulu bersumber dari Allah Swt., sebab Allah Swt. mengutus
utusan-utusan-Nya kepada semua kaum (QS.13:8; QS.35:25).
Al-ākhirah
(akhirat) dalam ayat وَ بِالۡاٰخِرَۃِ ہُمۡ یُوۡقِنُوۡنَ -- “dan
kepada akhirat pun mereka
yakin.” berarti: (a) tempat tinggal ukhrawi, yaitu kehidupan di hari kemudian; (b) al-akhirah
dapat juga berarti wahyu yang akan
datang. Arti kedua kata itu lebih lanjut diuraikan dalam QS.62:3-4; di sana
Al-Quran menyebut dua kebangkitan Nabi
Besar Muhammad saw., firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ
الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا
مِنۡ قَبۡلُ لَفِیۡ ضَلٰلٍ
مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ
ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ
-- Dan juga akan membangkitkannya
pada kaum lain dari antara mereka,
yang belum bertemu dengan mereka.
Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. ٰلِکَ
فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ -- Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar (Al-Jumu’ah
[62]:3-5).
Kedatangan Nabi Besar Muhammad saw. untuk
pertama kali terjadi di tengah orang-orang
Arab dalam abad ke-7 Masehi, ketika Al-Quran diwahyukan kepada beliau saw., dan yang kedua terjadi di Akhir Zaman ini dalam wujud seorang dari antara para pengikut beliau saw.. Nubuatan ini menjadi sempurna dalam
wujud Mirza Ghulam Ahmad a.s. atau Masih
Mau’ud a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah , yang juga merupakan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58).
Pembukaan Pintu “Keberkatan Ruhani”
Selanjutnya Masih Mau’ud a.s.
menjelaskan mengenai pembukaan pintu “pemahaman
Ilahi” yang ketiga oleh Al-Quran yaitu “pintu
keberhatan ruhani”:
“Pintu ketiga mengenai pemahaman Ilahi yang telah dibukakan
Al-Quran adalah pintu keberkatan ruhani
yang dapat disebut sebagai mukjizat
ikutan. Setiap orang yang berfikir
mengetahui bahwa negeri kelahiran Hadhrat Rasulullah Saw. adalah sebuah semenanjung kecil bernama Arabia yang letaknya terisolasi dari negeri-negeri lainnya.
Seorang lawan yang fanatik
pun tidak akan bisa menyangkal bahwa sebelum
kedatangan Hadhrat Rasulullah Saw. bangsa
Arab di negeri ini hidup secara liar
seperti hewan dan sama sekali tidak mengerti mengenai agama, keimanan, hak-hak Tuhan,
hak-hak manusia dan bahwa selama berabad-abad mereka itu tenggelam dalam penyembahan berhala dan ajaran-ajaran
kotor lainnya, serta telah mencapai puncak
kerusakan dalam kelakuan mereka
seperti perzinahan, mabuk minuman keras, perjudian dan segala bentuk kejahatan lainnya.
Mereka ini tidak menganggap
sebagai perbuatan dosa pelanggaran
atas hak-hak manusia lainnya seperti
tindakan pencurian, perampokan, pembunuhan anak-anak atau memakan
hak anak yatim. Dengan kata lain, segala bentuk kejahatan, kegelapan batin
serta ketidak-acuhan telah menyelimuti
hati bangsa Arab.” (Surma Chasm Arya, Qadian, 1886; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. II, hlm. 75-76, London, 1984).
Berdasarkan firman Allah Swt. dalam surah Al-Jumu’ah sebelumnya dikerahui
bahwa “masa jahiliyah” yang terjadi di zaman menjelang diutusnya Nabi
Besar Muhammad saw. tersebut (QS.62:3) akan kembali terulang di Akhir Zaman
yaitu di zaman menjelang pengutusan
kedua kali beliau saw.
secara ruhani, firman-Nya: وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ
ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ
-- Dan juga akan membangkitkannya
pada kaum lain dari antara mereka,
yang belum bertemu dengan mereka.
Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. ٰلِکَ
فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ -- Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar (Al-Jumu’ah
[62]:4-5).
Sehubungan dengan kesuksesan
Nabi Besar Muhammad saw. melakukan “revolusi
ruhani” di kalangan bangsa Arab
jahiliyah yang dikemukakan ayat
sebelumnya, firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾
Dia-lah Yang
telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang
rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata(Al-Jumu’ah
[62]:3).
Dua Penyebab Terjadinya Revolusi
Akhlak dan Ruhani di Kalangan
Bangsa Arab Jahiliyah
Sehubungan dengan revolusi ruhani yang dilakukan oleh Nabi Besar Muhammad saw.
tersebut Masih Mau’ud a.s. bersabda:
“Kemudian setelah itu, mereka para lawan
Islam, juga harus mengakui bahwa
bangsa yang bodoh, liar dan tidak beriman tersebut lalu memeluk agama Islam dan beriman kepada Kitab Suci
Al-Quran, dimana mereka selanjutnya mengalami
perubahan secara drastis dan menyeluruh.
Efektivitas
dari firman Ilahi dan kedekatan
dengan sosok suci sang Nabi telah mengubah total hati mereka dalam jangka
waktu yang singkat, dimana setelah periode kebodohan (jahiliyah) itu
mereka lalu mengalami pengkayaan batin
dengan wawasan-wawasan keimanan dan
meninggalkan kecintaan terhadap dunia.
Mereka itu demikian fananya (tenggelam) dalam kecintaan kepada Allah Swt., sehingga
mereka bersedia meninggalkan rumah
dan keluarga yang dikasihi, kehormatan kedudukan sosial dan ketentraman mereka demi memperoleh
ridha Allah Yang Maha Agung.
Kedua gambaran tentang keadaan
awal dan setelah memperoleh kehidupan
baru yang didapat dengan menganut agama
Islam, semuanya jelas diungkapkan dalam Al-Quran, sehingga seorang
yang bertakwa dan saleh akan berlinang air mata
membacanya.
Apakah sebenarnya yang telah menarik
mereka dari suatu dunia untuk
memasuki dunia lain dalam waktu
demikian cepat? Untuk itu ada dua hal,
yaitu pertama, Hadhrat Rasulullah Saw. sangat efektif dalam menerapkan kekuatan suci beliau sedemikian
rupa, sehingga tidak mungkin bisa dipadani oleh yang lainnya. Kedua,
adalah pengaruh ajaib dan luar biasa
firman suci Allah Yang Maha
Hidup dan Maha Kuasa yang telah menarik ribuan manusia dari kegelapan kepada pencerahan.
Tidak bisa diragukan bahwa pengaruh
Al-Quran ini merupakan mukjizat
karena manusia tidak akan bisa menemukan contoh
lain pengaruh sebuah Kitab samawi yang sama efektifnya. Siapakah yang dapat memberikan bukti bahwa ada Kitab Samawi lain yang dapat membawa perubahan dan pembaharuan demikian besar
seperti yang telah dibawa oleh Kitab
Suci Al-Quran?
Ratusan ribu orang yang telah mengalami
bahwa dengan mengikuti Kitab Suci Al-Quran
maka rahmat Ilahi telah turun ke
kalbu mereka dan kemudian tercipta hubungan yang indah dengan Tuhan mereka. Nur dan wahyu Ilahi
turun ke dalam hati mereka,
sedangkan wacana wawasan dan mutiara-mutiara hikmah meluncur dari bibir mereka.
Mereka memperoleh kepercayaan,
kepastian serta kenikmatan cinta kepada Tuhan
yang dihidupi oleh kegembiraan pertemuan
dengan Wujud tersebut. Jika raga mereka misalnya lumat di giling dalam kancah
bencana dan dikempa dalam tekanan
yang amat kuat, inti pokok yang tersisa
dari mereka adalah tetap kecintaan
kepada Allah Swt..
Dunia tidak mengenal mereka, sedangkan martabat mereka berada jauh
di atas dunia. Perlakuan Tuhan
terhadap mereka sungguh luar biasa.
Mereka telah memperoleh bukti kalau Tuhan itu benar eksis (ada) dan bahwa Dia
itu Maha Esa. Bila mereka berdoa
kepada-Nya maka Dia mendengarkan, dan ketika mereka memohon pertolongan maka Dia
menolong mereka. Ketika mereka memohon
perlindungan kepada-Nya maka Dia
berlari menghampiri.
Dia mencintai mereka lebih
dari cinta seorang ayah kepada anaknya. Dia menurunkan hujan
rahmat di atas rumah-rumah
mereka. Mereka itu menjadi dikenal
karena bantuan yang terbuka dan tersembunyi, duniawi
atau pun ruhaniah yang diberikan
oleh-Nya. Dia membantu mereka di semua
bidang karena mereka itu adalah
milik-Nya dan Dia itu milik mereka.
Semua hal ini bisa dibuktikan.” (Surma
Chasm Arya, Qadian, 1886; sekarang dicetak
dalam Ruhani
Khazain, jld.
II, hlm. 77-79, London, 1984).
Suri-teladan Sempurna Nabi Besar Muhammad Saw.
Pernyataan Allah Swt.
dalam firman-Nya berikut ini menggambarkan betapa luarbiasanya daya
pensucian ruhani Nabi Besar Muhammad
saw. dan petunjuk sempurna Al-Quran telah
menimbulkan “revolusi ruhani” yang
paling sempurna di kalangan bangsa Arab
jahiliyah tersebut:
لَقَدۡ
کَانَ لَکُمۡ فِیۡ رَسُوۡلِ اللّٰہِ اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ
الۡیَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَ ذَکَرَ
اللّٰہَ کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾ وَ لَمَّا رَاَ
الۡمُؤۡمِنُوۡنَ الۡاَحۡزَابَ ۙ قَالُوۡا ہٰذَا مَا وَعَدَنَا اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ
وَ صَدَقَ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ ۫ وَ مَا زَادَہُمۡ اِلَّاۤ اِیۡمَانًا وَّ
تَسۡلِیۡمًا ﴿ؕ﴾ مِنَ
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ رِجَالٌ صَدَقُوۡا مَا عَاہَدُوا اللّٰہَ عَلَیۡہِ ۚ فَمِنۡہُمۡ
مَّنۡ قَضٰی نَحۡبَہٗ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ
یَّنۡتَظِرُ ۫ۖ وَ مَا بَدَّلُوۡا تَبۡدِیۡلًا ﴿ۙ﴾ لِّیَجۡزِیَ اللّٰہُ
الصّٰدِقِیۡنَ بِصِدۡقِہِمۡ وَ یُعَذِّبَ الۡمُنٰفِقِیۡنَ اِنۡ شَآءَ
اَوۡ یَتُوۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ کَانَ غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا ﴿ۚ﴾ وَ رَدَّ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا
بِغَیۡظِہِمۡ لَمۡ یَنَالُوۡا خَیۡرًا ؕ
وَ کَفَی اللّٰہُ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ
الۡقِتَالَ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ قَوِیًّا عَزِیۡزًا ﴿ۚ﴾ وَ اَنۡزَلَ الَّذِیۡنَ ظَاہَرُوۡہُمۡ مِّنۡ اَہۡلِ
الۡکِتٰبِ مِنۡ صَیَاصِیۡہِمۡ وَ قَذَفَ فِیۡ
قُلُوۡبِہِمُ الرُّعۡبَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ وَ تَاۡسِرُوۡنَ فَرِیۡقًا ﴿ۚ﴾ وَ اَوۡرَثَکُمۡ اَرۡضَہُمۡ وَ دِیَارَہُمۡ وَ اَمۡوَالَہُمۡ وَ
اَرۡضًا لَّمۡ تَطَـُٔوۡہَا ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ
عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ
قَدِیۡرًا﴿٪﴾
Sungguh dalam diri Rasulullah benar-benar terdapat suri
teladan yang sebaik-baiknya bagi kamu,
yaitu bagi orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir, dan bagi yang banyak mengingat Allah. Dan ketika orang-orang beriman melihat lasykar-lasykar persekutuan mereka berkata: “Inilah yang telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kami, dan Allah
serta Ra-sul-Nya telah mengatakan yang benar.” Dan hal itu tidak menambah ke-pada mereka kecuali keimanan dan kepatuhan. Di
antara orang-orang yang beriman
ada orang-orang
yang telah menggenapi apa yang
dijanjikannya kepada Allah,
maka dari
antara mereka ada yang telah menyempurna-kan sumpahnya, yakni mati
syahid, dan di antara mereka ada yang masih menunggu, dan mereka sekali-kali tidak mengubah sedikit pun. Supaya Allah mengganjar orang-orang yang benar itu atas kebe-naran mereka,
dan mengazab orang-orang munafik jika
Dia menghendaki, atau menerima
taubat mereka. Sesungguhnya Allah
itu Maha Pengam-pun, Maha Penyayang. Dan Allah telah mengembali-kan orang-orang
kafir dalam kemarah-an mereka,
mereka tidak memper-oleh kebaikan apapun. Dan Allah mencukupi orang-orang beriman dalam perang itu. Dan Allah Maha Kuat, Maha Perkasa. Dan Dia
telah menurunkan orang-orang dari antara Ahlikitab yang menolong mereka, yakni orang-orang musyrik dari
benteng-benteng mereka dan melontarkan
rasa gentar ke dalam hati mereka. Sebagian dari mereka kamu
bunuh dan sebagian kamu tawan.
Dan Dia
mewariskan kepada kamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta
mereka, dan suatu daerah yang kamu belum
menginjak-nya, dan
Allah berkuasa atas sega-la sesuatu.
(Al-Ahzāb
[33]:22-28).
Sehubungan dengan ayat 22 mengenai “suri teladan terbaik” yang diperagakan
oleh Nabi Besar Muhammad saw. selama 23
tahun masa kenabian beliau saw., di antara sekiab banyak peperangan yang beliau saw. alami
pertempuran Khandak mungkin merupakan percobaan paling pahit di dalam seluruh jenjang kehidupan Nabi Besar Muhammad saw., dan beliau saw. keluar
dari ujian yang paling berat itu dengan keadaan akhlak
dan wibawa yang lebih tinggi lagi.
Berikut ini adalah firman Allah Swt. mengenai kesulitan besar yang dihadapi oleh Nabi
Besar Muhammad saw. dan umat Islam di Madinah ketika menghadapi kepungan musuh yang datang dari luar
Madinah pimpinan Abu Sufyan dan juga
qabilah-qabilah orang-orang Yahudi -- yang disebut al-ahzāb (pasukan persekutuan) yang jumlahnya diperkirakan sebanyak 10.000 orang
-- dan musuh dari dalam berupa pengkhianatan
orang-orang munafik Madinah --
firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اذۡکُرُوۡا نِعۡمَۃَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ اِذۡ جَآءَتۡکُمۡ جُنُوۡدٌ فَاَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِمۡ رِیۡحًا وَّ
جُنُوۡدًا لَّمۡ تَرَوۡہَا ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ بَصِیۡرًا ۚ﴿﴾ اِذۡ
جَآءُوۡکُمۡ مِّنۡ
فَوۡقِکُمۡ وَ مِنۡ اَسۡفَلَ
مِنۡکُمۡ وَ اِذۡ زَاغَتِ الۡاَبۡصَارُ وَ بَلَغَتِ الۡقُلُوۡبُ الۡحَنَاجِرَ وَ
تَظُنُّوۡنَ بِاللّٰہِ الظُّنُوۡنَا ﴿﴾ ہُنَالِکَ ابۡتُلِیَ
الۡمُؤۡمِنُوۡنَ وَ زُلۡزِلُوۡا زِلۡزَالًا شَدِیۡدًا ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman,
ingatlah nikmat Allah atas kamu, اذۡکُرُوۡا نِعۡمَۃَ
اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ اِذۡ جَآءَتۡکُمۡ
جُنُوۡدٌ -- ketika datang menyerang kepada kamu
lasykar-lasykar, فَاَرۡسَلۡنَا
عَلَیۡہِمۡ رِیۡحًا وَّ جُنُوۡدًا لَّمۡ تَرَوۡہَا -- dan Kami pun
mengirimkan kepada mereka angin taufan dan lasykar-lasykar yang kamu tidak
melihatnya. وَ کَانَ اللّٰہُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ بَصِیۡرًا ۚ -- Dan Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan. اِذۡ جَآءُوۡکُمۡ مِّنۡ فَوۡقِکُمۡ وَ مِنۡ اَسۡفَلَ مِنۡکُمۡ -- Ketika
mereka datang kepada kamu dari atas kamu serta dari bawah kamu, وَ اِذۡ زَاغَتِ الۡاَبۡصَارُ وَ بَلَغَتِ الۡقُلُوۡبُ الۡحَنَاجِرَ -- dan
ketika mata kamu melantur dan hati sampai tenggorokan, وَ تَظُنُّوۡنَ بِاللّٰہِ
الظُّنُوۡنَا -- dan kamu
berprasangka terhadap Allah dengan bermacam-macam
prasangka. ہُنَالِکَ ابۡتُلِیَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ وَ زُلۡزِلُوۡا
زِلۡزَالًا شَدِیۡدًا -- Di
situlah orang-orang ber-iman diuji,
dan mereka digoncangkan dengan suatu goncangan yang dahsyat (Al-Ahzāb
[33]:10-12).
Pengepungan
Golongan Persekutuan (Al-Ahzāb) Terhadap Nabi Besar Muhammad saw. dan Umat Islam di Madinah
Dengan ayat 10 ceritera dimulai tentang Pertempuran Khandak (Pertempuran Parit),
yang terjadi dalam tahun ke-5 Hijrah dan merupakan pertarungan paling sengit di antara semua pertarungan yang sampai
saat itu dihadapi kaum Muslimin. Seluruh bangsa
Arab bersatu padu melawan Islam.
Kabilah Quraisy di Mekkah, sekutu-sekutu mereka, kabilah-kabilah Ghathfan,
Asyja’, Murrah, Fararah, Sulaim, Banu Sa’ad, dan Banu Asad, kabilah-kabilah
penghuni padang pasir Arabia Tengah, dibantu dan dihasut oleh pengkhianat-pengkhianat — orang-orang Yahudi dan orang-orang munafik — dari Medinah, bergabung dalam suatu persekutuan
besar (al-ahzāb) melawan Nabi Besar Muhammad saw..
Suatu kekuatan raksasa dengan tenaga berjumlah
sekitar 10.000 sampai 20.000 orang dipasang menghadapi 1.200 orang Muslim (menurut beberapa penulis ada
3.000 orang Muslim, termasuk
perempuan dan anak-anak dipekerjakan menggali parit), dengan perlengkapan dan
perbekalan serba darurat. Pengepungan kota Medinah itu berlangsung selama 15
hari sampai 4 minggu. Tetapi kemudian
berkat pertolongan Allah Swt. Islam
muncul dari kesulitan yang hebat ini dan jadi lebih
kuat, dan sebaliknya orang-orang kafir Quraisy tidak pernah mampu lagi
berderap maju melawan Islam.
Makna ayat
فَاَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِمۡ رِیۡحًا وَّ
جُنُوۡدًا لَّمۡ تَرَوۡہَا
– “dan Kami pun mengirimkan
kepada mereka angin taufan dan lasykar-lasykar yang ka-mu tidak melihatnya”
mengisyaratkan kepada tenaga-tenaga alam — angin, hujan, dan dingin
— membuat orang-orang kafir yang
beberapa minggu mengepung kota Madinah kepayahan
dan melesukan semangat mereka.
Kata-kata itu dapat juga menunjuk kepada lasykar malaikat yang memasukkan rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir dan menguatkan
hati serta menambah keberanian
orang-orang Muslim. William Muir
berkata: “Ransum diperoleh dengan
susah-payah; perbekalan makin berkurang, dan unta serta kuda setiap hari mati
dalam jumlah besar, letih dan semangat melesu, dalam keadaan demikian malam pun
datang, dingin dan angin berhembus bagai taufan serta hujan menggasak tanpa
ampun perkemahan-perkemahan tak terlindung. Badai berubah menjadi taufan samun.
Api-api unggun padam, tenda-tenda tertiup hingga roboh, alat-alat masak-memasak
dan perkakas lainnya berantakan” (“Life
of Mohammad”).
Orang-orang kafir menyergap orang-orang Muslim
dari setiap penjuru — dari tempat-tempat ketinggian Medinah dan begitu juga
dari dataran-dataran rendah. Isyarat dalam kata-kata “dan kamu berprasangka
terhadap Allah dengan bermacam-macam prasangka” ditujukan kepada kaum munafikin dan bukan kepada
orang-orang Muslim yang tulus dan sabar. Itulah makna ayat selanjutnya: اِذۡ جَآءُوۡکُمۡ مِّنۡ فَوۡقِکُمۡ وَ مِنۡ اَسۡفَلَ مِنۡکُمۡ -- “Ketika
mereka datang kepada kamu dari atas kamu serta dari bawah kamu, وَ اِذۡ زَاغَتِ الۡاَبۡصَارُ وَ بَلَغَتِ الۡقُلُوۡبُ الۡحَنَاجِرَ -- dan ketika mata kamu melantur dan hati sampai tenggorokan, وَ تَظُنُّوۡنَ بِاللّٰہِ
الظُّنُوۡنَا -- dan kamu
berprasangka terhadap Allah dengan bermacam-macam
prasangka.”
Kesempurnaan Akhlak dan Ruhani
Nabi Besar Muhammad Saw.
Sesungguhnyalah pada saat yang sangat
berbahayalah, yakni ketika di sekitar gelap gelita, atau dalam waktu mengenyam
sukses dan kemenangan, yakni ketika musuh bertekuk lutut di hadapannya, watak
dan perangai yang sesungguhnya seseorang diuji; dan sejarah memberi kesaksian
yang jelas kepada kenyataan bahwa Nabi
Besar Muhammad saw. -- baik dalam keadaan dukacita karena
dirundung kesengsaraan dan pada saat sukacita karena meraih kemenangan — beliau
saw. tetap menunjukkan kepribadian agung
lagi mulia.
Pertempuran Khandak, Uhud, dan Hunain menjelaskan dengan
seterang-seterangnya satu watak
beliau saw. yang indah, dan peristiwa Fatah Mekkah (Kemenangan atas Mekkah)
memperlihatkan watak beliau saw. lainnya. Mara bahaya tidak mengurangi semangat beliau saw. atau mengecutkan hati beliau saw., begitu
pula kemenangan dan sukses tidak merusak watak beliau saw..
Ketika Nabi Besar Muhammad saw. ditinggalkan hampir seorang diri pada hari Pertempuran Hunain, sedang nasib Islam berada di antara hidup dan
mati, beliau saw. tanpa gentar
sedikit pun dan seorang diri belaka maju ke tengah barisan musuh seraya berseru dengan kata-kata yang patut dikenang
selama-lamanya: “Aku nabi Allah dan aku tidak berkata dusta. Aku anak Abdul
Muthalib.” Dan tatkala Mekkah
jatuh dan seluruh tanah Arab bertekuk
lutut maka kekuasaan yang mutlak dan tak tersaingi itu tidak kuasa
merusak Nabi Besar Muhammad saw..Beliau
saw. menunjukkan keluhuran budi yang
tiada taranya terhadap musuh-musuh
beliau saw..
Kesaksian
lebih besar mana lagi yang mungkin ada terhadap keagungan watak Nabi Besar
Muhammad saw. selain kenyataan bahwa pribadi-pribadi
yang paling akrab dengan beliau dan yang paling mengenal beliau, mereka itulah
yang paling mencintai beliau dan merupakan yang pertama-tama percaya akan misi
beliau, yakni, istri beliau yang tercinta, Sitti Khadijah r.a.; sahabat beliau
sepanjang hayat, Abu Bakar r.a.; saudara sepupu yang juga menantu beliau, Ali bin
Abi Thalib r.a.; dan bekas budak beliau yang telah dimerdekakan, Zaid bin Haritsah r.a..
Nabi Besar Muhammad saw. merupakan contoh kemanusiaan yang paling mulia dan model yang paling sempurna dalam keindahan dan kebajikan.
Dalam segala segi kehidupan dan watak Nabi Besar Muhammad saw. yang
beraneka ragam, tidak ada duanya dan merupakan contoh yang tiada
bandingannya bagi umat manusia untuk ditiru
dan diikuti (QS.3:32). Seluruh
kehidupan beliau saw. nampak dengan jelas dan nyata dalam cahaya lampu-sorot
sejarah.
Nabi Besar Muhammad saw. mengawali
kehidupan beliau sebagai anak yatim
dan mengakhirinya dengan berperan
sebagai wasit yang menentukan nasib seluruh bangsa. Sebagai
kanak-kanak beliau penyabar lagi gagah, dan di ambang pintu usia remaja, beliau
saw. tetap merupakan contoh yang sempurna dalam akhlak, ketakwaan, dan kesabaran. Pada usia setengah-baya
beliau saw. mendapat julukan Al-Amīn (si Jujur dan setia kepada amanat)
dan selaku seorang niagawan beliau terbukti paling jujur dan cermat.
Nabi Besar Muhammad saw. menikah
dengan perempuan-perempuan yang di antaranya ada yang jauh lebih tua daripada beliau saw. sendiri dan ada juga yang jauh lebih muda, namun semuanya bersedia memberi kesaksian dengan mengangkat sumpah mengenai kesetiaan, kecintaan,
dan kekudusan beliau saw.. Sebagai ayah
Nabi Besar Muhammad saw. penuh
dengan kasih-sayang, dan sebagai sahabat
beliau sangat setia dan murah hati.
Ketika Nabi Besar Muhammad saw. diamanati tugas
yang amat besar dan berat dalam usaha memperbaiki suatu masyarakat
yang sudah rusak, beliau saw. menjadi
sasaran derita aniaya dan pembuangan, namun beliau saw. memikul semua penderitaan itu dengan sikap agung
dan budi luhur.
Komentar Bosworth Smith dalam
bukunya “Muhammad and Muhammadanism”
Nabi Besar Muhammad saw. bertempur
sebagai prajurit gagah-berani dan juga
memimpin pasukan-pasukan. Beliau saw.
menghadapi kekalahan – misalnya dalam
perang Uhud -- dan beliau memperoleh kemenangan-kemenangan. Beliau menghakimi dan mengambil serta menjatuhkan keputusan dalam berbagai perkara. Nabi Besar Muhammad saw. adalah seorang negarawan, seorang pendidik,
dan seorang pemimpin.
Sehubungan dengan kenyataan tersebut karya
Bosworth Smith dalam bukunya “Muhammad and Muhammadanism”
menulis:
“Kepala negara merangkap Penghulu Agama,
beliau adalah Kaisar dan Paus sekaligus. Tetapi beliau adalah Paus yang tidak
berlaga Paus, dan Kaisar tanpa pasukan-pasukan yang megah. Tanpa balatentara
tetap, tanpa pengawal, tanpa istana yang megah, tanpa pungutan pajak tetap dan
tertentu, sehingga jika ada orang berhak mengatakan bahwa ia memerintah dengan
hak ketuhanan, maka orang itu hanyalah Muhammad, sebab beliau mempunyai
kekuasaan tanpa alat-alat kekuasaan dan tanpa bantuan kekuasaan. Beliau biasa
melakukan pekerjaan rumah tangga dengan tangan beliau sendiri, biasa tidur di
atas sehelai tikar kulit, dan makanan beliau terdiri dari kurma dan air putih
atau roti jawawut, dan setelah melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh,
beliau biasa melewatkan malam hari dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga
kedua belah kaki beliau bengkak-bengkak. Tidak ada orang yang dalam keadaan dan
suasana yang begitu banyak berubah telah berubah begitu sedikitnya.”
Itulah berbagai kenyataan mengenai kesuri-teladanan
sempurna Nabi Besar Muhammad saw.
yang dirangkum secara ringkas dalam firman Allah Swt.:
لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ فِیۡ رَسُوۡلِ
اللّٰہِ اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ الۡیَوۡمَ الۡاٰخِرَ
وَ ذَکَرَ اللّٰہَ کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Sungguh dalam diri Rasulullah benar-benar terdapat suri
teladan yang sebaik-baiknya bagi kamu,
yaitu bagi orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir, dan bagi yang banyak mengingat Allah (Al-Ahzāb [33]:22).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran
Anyar, 2 Februari
2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar