Senin, 08 Februari 2016

Revolusi Ruhani Melalui Suri Teladan Sempurna Nabi Besar Muhammad Saw. & Sikap Ksatria Para Sahabat Beliau Saw.



Bismillaahirrahmaanirrahiim


KITAB SUCI AL-QURAN

Kitab Suci Al-Quran adalah kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak menyadarinya

“Setiap saat hatiku merindukan untuk mencium Kitab  Engkau dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan Kabahku”

 (Al-Masih-al-Mau’ud a.s.)


Revolusi Ruhani  Melalui Suri Teladan Sempurna  Nabi Besar Muhammad Saw.  & Sikap Ksatria Para Sahabat Beliau Saw.

Bab 27


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya  telah dijelaskan mengenai    makna ayat اُنۡزِلَ اِلَیۡکَ   وَ الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِمَاۤ  -- “Dan orang-orang  yang beriman kepada apa yang  diturunkan kepada engkau, مَاۤ اُنۡزِلَ مِنۡ قَبۡلِکَ وَ --  juga kepada apa yang telah diturunkan sebelum engkau وَ بِالۡاٰخِرَۃِ ہُمۡ یُوۡقِنُوۡنَ  --   dan kepada  akhirat  pun mereka   yakin” (QS.2:5), bahwa iman kepada   Nabi Besar Muhammad saw. – setelah beriman  kepada Allah Swt.   merupakan inti sejauh menyangkut hubungan iman kepada Rasul-rasul  Allah (QS.2:286; QS.4:66, 137).  Bahkan ajaran  Islam (Al-Quran) mewajibkan para pengikutnya beriman bahwa ajaran semua nabi  Allah  yang terdahulu bersumber dari Allah Swt.,  sebab Allah Swt.    mengutus utusan-utusan-Nya kepada semua kaum (QS.13:8; QS.35:25).
     Al-ākhirah (akhirat) dalam ayat  وَ بِالۡاٰخِرَۃِ ہُمۡ یُوۡقِنُوۡنَ  -- “dan kepada  akhirat  pun mereka   yakin.” berarti: (a) tempat tinggal ukhrawi, yaitu  kehidupan di hari kemudian; (b) al-akhirah dapat juga berarti wahyu yang akan datang. Arti kedua kata itu lebih lanjut diuraikan dalam QS.62:3-4; di sana Al-Quran menyebut dua kebangkitan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾       وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾   ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾ 
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nyamensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah  walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata,    وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ   --  Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  ٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ -- Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki.  Dan Allah mempunyai karunia yang besar  (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
     Kedatangan Nabi Besar Muhammad saw.   untuk pertama kali terjadi di tengah orang-orang Arab dalam abad ke-7 Masehi, ketika Al-Quran diwahyukan kepada beliau saw., dan yang kedua terjadi di Akhir Zaman  ini dalam wujud seorang dari antara para pengikut beliau saw.. Nubuatan ini menjadi sempurna dalam wujud  Mirza Ghulam Ahmad a.s. atau  Masih Mau’ud a.s.,  Pendiri Jemaat Ahmadiyah ,  yang juga merupakan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58).

Pembukaan Pintu “Keberkatan Ruhani”

  Selanjutnya Masih Mau’ud a.s. menjelaskan mengenai pembukaan pintu  “pemahaman Ilahi” yang ketiga oleh Al-Quran yaitu “pintu keberhatan ruhani”:
   “Pintu ketiga mengenai pemahaman Ilahi yang telah dibukakan Al-Quran adalah pintu keberkatan ruhani yang dapat disebut sebagai mukjizat ikutan. Setiap orang yang berfikir mengetahui bahwa negeri kelahiran Hadhrat Rasulullah Saw. adalah sebuah semenanjung kecil bernama Arabia yang letaknya terisolasi dari negeri-negeri lainnya.
      Seorang lawan yang fanatik pun tidak akan bisa menyangkal bahwa sebelum kedatangan Hadhrat Rasulullah Saw. bangsa Arab di negeri ini hidup secara liar seperti hewan dan sama sekali tidak mengerti mengenai agama, keimanan, hak-hak Tuhan, hak-hak manusia dan bahwa selama berabad-abad mereka itu tenggelam dalam penyembahan berhala dan ajaran-ajaran kotor lainnya, serta telah mencapai puncak kerusakan dalam kelakuan mereka seperti perzinahan, mabuk minuman keras, perjudian dan segala bentuk kejahatan lainnya.
      Mereka ini tidak menganggap sebagai perbuatan dosa pelanggaran atas hak-hak manusia lainnya seperti tindakan pencurian, perampokan, pembunuhan anak-anak atau memakan hak anak yatim. Dengan kata lain, segala bentuk kejahatan, kegelapan batin serta ketidak-acuhan telah menyelimuti hati bangsa Arab.”  (Surma Chasm Arya, Qadian, 1886; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain,  jld. II, hlm.  75-76, London, 1984).
    Berdasarkan firman Allah Swt. dalam surah Al-Jumu’ah sebelumnya dikerahui bahwa  “masa jahiliyah” yang terjadi di zaman menjelang diutusnya Nabi Besar Muhammad saw. tersebut (QS.62:3) akan kembali terulang di Akhir Zaman   yaitu di zaman menjelang pengutusan  kedua kali beliau saw.   secara ruhani, firman-Nya:  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ   --  Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  ٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ -- Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki.  Dan Allah mempunyai karunia yang besar  (Al-Jumu’ah [62]:4-5).
      Sehubungan dengan  kesuksesan Nabi Besar Muhammad saw. melakukan “revolusi ruhani” di kalangan bangsa Arab jahiliyah  yang dikemukakan ayat sebelumnya, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾  
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nyamensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah  walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata(Al-Jumu’ah [62]:3).

Dua Penyebab Terjadinya  Revolusi Akhlak dan Ruhani di Kalangan Bangsa Arab Jahiliyah    

       Sehubungan dengan revolusi ruhani  yang dilakukan oleh Nabi Besar Muhammad saw. tersebut Masih Mau’ud a.s. bersabda:
     “Kemudian setelah itu, mereka para lawan Islam, juga harus mengakui bahwa bangsa yang bodoh, liar dan tidak beriman tersebut lalu memeluk agama Islam dan beriman kepada Kitab Suci Al-Quran, dimana mereka selanjutnya mengalami perubahan secara drastis dan menyeluruh.
     Efektivitas dari  firman Ilahi dan kedekatan dengan sosok suci sang Nabi telah mengubah total hati mereka dalam jangka waktu yang singkat, dimana setelah periode kebodohan (jahiliyah) itu mereka lalu mengalami pengkayaan batin dengan wawasan-wawasan keimanan dan meninggalkan kecintaan terhadap dunia.
     Mereka itu demikian fananya (tenggelam) dalam kecintaan kepada Allah Swt., sehingga mereka bersedia meninggalkan rumah dan keluarga yang dikasihi, kehormatan kedudukan sosial dan ketentraman mereka demi memperoleh ridha Allah Yang Maha Agung.
    Kedua gambaran tentang keadaan awal dan setelah memperoleh kehidupan baru yang didapat dengan menganut agama Islam, semuanya jelas diungkapkan dalam Al-Quran, sehingga seorang yang bertakwa  dan saleh akan berlinang air mata membacanya.
   Apakah sebenarnya yang telah menarik mereka dari suatu dunia untuk memasuki dunia lain dalam waktu demikian cepat? Untuk itu ada dua hal,  yaitu pertama,  Hadhrat Rasulullah Saw. sangat efektif dalam menerapkan kekuatan suci beliau sedemikian rupa,  sehingga tidak mungkin bisa dipadani oleh yang lainnya. Kedua, adalah pengaruh ajaib dan luar biasa   firman suci Allah Yang Maha Hidup dan Maha Kuasa yang telah menarik ribuan manusia dari kegelapan kepada pencerahan.
   Tidak bisa diragukan bahwa pengaruh Al-Quran ini merupakan mukjizat karena manusia tidak akan bisa menemukan contoh lain pengaruh sebuah Kitab samawi yang sama efektifnya. Siapakah yang dapat memberikan bukti bahwa ada Kitab Samawi lain yang dapat membawa perubahan dan pembaharuan demikian besar seperti yang telah dibawa oleh Kitab Suci Al-Quran?
    Ratusan ribu orang yang telah mengalami bahwa dengan mengikuti Kitab Suci Al-Quran maka rahmat Ilahi telah turun ke kalbu mereka dan kemudian tercipta hubungan yang indah dengan Tuhan mereka. Nur dan wahyu Ilahi turun ke dalam hati mereka, sedangkan wacana wawasan dan mutiara-mutiara hikmah meluncur dari bibir mereka.
  Mereka memperoleh kepercayaan, kepastian serta kenikmatan cinta kepada Tuhan yang dihidupi oleh kegembiraan pertemuan dengan Wujud tersebut. Jika raga mereka misalnya lumat di giling dalam kancah bencana dan dikempa dalam tekanan yang amat kuat, inti pokok yang tersisa dari mereka adalah tetap kecintaan kepada Allah Swt..
     Dunia tidak mengenal mereka, sedangkan martabat mereka berada jauh di atas dunia. Perlakuan Tuhan terhadap mereka sungguh luar biasa. Mereka telah memperoleh bukti kalau Tuhan itu benar eksis (ada) dan bahwa Dia itu Maha Esa. Bila mereka berdoa kepada-Nya maka Dia mendengarkan, dan ketika mereka memohon pertolongan maka Dia menolong mereka. Ketika mereka memohon perlindungan kepada-Nya maka Dia berlari menghampiri.
   Dia mencintai mereka lebih dari cinta seorang ayah kepada anaknya. Dia menurunkan hujan rahmat di atas rumah-rumah mereka. Mereka itu menjadi dikenal karena bantuan yang terbuka dan tersembunyi, duniawi atau pun ruhaniah yang diberikan oleh-Nya. Dia membantu mereka di semua bidang karena mereka itu adalah milik-Nya dan Dia itu milik mereka. Semua hal ini bisa dibuktikan.” (Surma Chasm Arya, Qadian, 1886; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain,  jld. II, hlm.  77-79, London, 1984).

Suri-teladan Sempurna Nabi Besar Muhammad Saw.

   Pernyataan Allah Swt. dalam firman-Nya berikut ini menggambarkan betapa luarbiasanya  daya pensucian ruhani  Nabi Besar Muhammad saw. dan petunjuk sempurna Al-Quran telah menimbulkan “revolusi ruhani” yang paling sempurna di kalangan bangsa Arab jahiliyah tersebut:
لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ  فِیۡ رَسُوۡلِ اللّٰہِ  اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ  لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ الۡیَوۡمَ  الۡاٰخِرَ  وَ ذَکَرَ  اللّٰہَ  کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾  وَ لَمَّا رَاَ  الۡمُؤۡمِنُوۡنَ الۡاَحۡزَابَ ۙ قَالُوۡا ہٰذَا مَا وَعَدَنَا اللّٰہُ  وَ رَسُوۡلُہٗ  وَ صَدَقَ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ ۫ وَ مَا زَادَہُمۡ  اِلَّاۤ اِیۡمَانًا  وَّ  تَسۡلِیۡمًا ﴿ؕ﴾  مِنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ رِجَالٌ صَدَقُوۡا مَا عَاہَدُوا اللّٰہَ عَلَیۡہِ ۚ فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ قَضٰی نَحۡبَہٗ  وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ یَّنۡتَظِرُ ۫ۖ وَ مَا بَدَّلُوۡا تَبۡدِیۡلًا ﴿ۙ﴾  لِّیَجۡزِیَ اللّٰہُ  الصّٰدِقِیۡنَ بِصِدۡقِہِمۡ وَ یُعَذِّبَ الۡمُنٰفِقِیۡنَ  اِنۡ شَآءَ  اَوۡ یَتُوۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ کَانَ غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا ﴿ۚ﴾  وَ رَدَّ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا بِغَیۡظِہِمۡ  لَمۡ یَنَالُوۡا خَیۡرًا ؕ وَ کَفَی اللّٰہُ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الۡقِتَالَ ؕ وَ کَانَ  اللّٰہُ   قَوِیًّا عَزِیۡزًا ﴿ۚ﴾  وَ اَنۡزَلَ الَّذِیۡنَ ظَاہَرُوۡہُمۡ مِّنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ مِنۡ صَیَاصِیۡہِمۡ وَ قَذَفَ فِیۡ  قُلُوۡبِہِمُ الرُّعۡبَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ وَ تَاۡسِرُوۡنَ فَرِیۡقًا  ﴿ۚ﴾  وَ اَوۡرَثَکُمۡ  اَرۡضَہُمۡ وَ دِیَارَہُمۡ وَ اَمۡوَالَہُمۡ وَ اَرۡضًا لَّمۡ تَطَـُٔوۡہَا ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ  عَلٰی  کُلِّ  شَیۡءٍ  قَدِیۡرًا﴿٪﴾
Sungguh dalam  diri Rasulullah benar-benar terdapat  suri teladan yang sebaik-baiknya  bagi kamu, yaitu bagi  orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir,  dan bagi yang banyak mengingat Allah.  Dan ketika orang-orang beriman melihat lasykar-lasykar persekutuan  mereka berkata: “Inilah yang telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kami,  dan Allah serta  Ra-sul-Nya telah mengatakan yang benar.” Dan hal itu tidak menambah ke-pada mereka kecuali keimanan dan kepatuhan.   Di antara orang-orang yang beriman ada  orang-orang yang  telah menggenapi apa yang dijanjikannya kepada Allah,  maka  dari antara mereka ada yang telah menyempurna-kan sumpahnya, yakni mati syahid,  dan di antara mereka ada yang masih menunggu, dan mereka sekali-kali tidak mengubah sedikit pun.    Supaya Allah mengganjar orang-orang yang benar itu atas kebe-naran mereka, dan mengazab orang-orang munafik jika Dia menghendaki, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah itu Maha Pengam-pun, Maha Penyayang.   Dan Allah telah mengembali-kan orang-orang kafir dalam kemarah-an mereka,  mereka tidak memper-oleh kebaikan apapun. Dan Allah mencukupi orang-orang beriman dalam perang itu. Dan Allah Maha Kuat, Maha Perkasa.   Dan Dia telah menurunkan orang-orang dari antara Ahlikitab yang menolong mereka, yakni  orang-orang musyrik   dari benteng-benteng mereka dan melontarkan  rasa gentar ke dalam hati mereka. Sebagian dari mereka kamu bunuh dan sebagian kamu tawan.  Dan  Dia mewariskan kepada kamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan  suatu daerah yang kamu belum  menginjak-nya,  dan Allah berkuasa atas sega-la sesuatu. (Al-Ahzāb [33]:22-28).
 Sehubungan dengan ayat 22 mengenai “suri teladan terbaik” yang diperagakan oleh Nabi Besar Muhammad saw.  selama 23 tahun masa kenabian beliau saw., di antara sekiab banyak peperangan yang beliau saw. alami     pertempuran Khandak mungkin merupakan percobaan paling pahit di dalam seluruh jenjang kehidupan  Nabi Besar Muhammad saw., dan beliau saw. keluar dari ujian yang paling berat itu dengan keadaan akhlak dan wibawa yang lebih tinggi lagi.
   Berikut ini adalah firman Allah Swt. mengenai kesulitan besar yang dihadapi oleh Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam di Madinah ketika menghadapi kepungan musuh yang datang dari  luar Madinah pimpinan  Abu Sufyan  dan juga  qabilah-qabilah orang-orang Yahudi  -- yang disebut al-ahzāb (pasukan persekutuan) yang jumlahnya  diperkirakan sebanyak  10.000 orang  -- dan musuh dari dalam berupa pengkhianatan orang-orang munafik Madinah  --  firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اذۡکُرُوۡا نِعۡمَۃَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ  اِذۡ جَآءَتۡکُمۡ جُنُوۡدٌ  فَاَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِمۡ رِیۡحًا وَّ جُنُوۡدًا لَّمۡ تَرَوۡہَا ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ بَصِیۡرًا ۚ﴿﴾  اِذۡ  جَآءُوۡکُمۡ  مِّنۡ فَوۡقِکُمۡ  وَ مِنۡ اَسۡفَلَ مِنۡکُمۡ  وَ  اِذۡ زَاغَتِ الۡاَبۡصَارُ وَ  بَلَغَتِ الۡقُلُوۡبُ الۡحَنَاجِرَ وَ تَظُنُّوۡنَ بِاللّٰہِ  الظُّنُوۡنَا ﴿﴾  ہُنَالِکَ ابۡتُلِیَ  الۡمُؤۡمِنُوۡنَ وَ زُلۡزِلُوۡا زِلۡزَالًا  شَدِیۡدًا ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, ingatlah nikmat Allah atas kamu, اذۡکُرُوۡا نِعۡمَۃَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ  اِذۡ جَآءَتۡکُمۡ جُنُوۡدٌ    -- ketika datang menyerang kepada kamu lasykar-lasykar,  فَاَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِمۡ رِیۡحًا وَّ جُنُوۡدًا لَّمۡ تَرَوۡہَا -- dan Kami pun mengirimkan kepada mereka angin taufan dan lasykar-lasykar yang kamu tidak melihatnya. وَ کَانَ اللّٰہُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ بَصِیۡرًا ۚ -- Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. اِذۡ  جَآءُوۡکُمۡ  مِّنۡ فَوۡقِکُمۡ  وَ مِنۡ اَسۡفَلَ مِنۡکُمۡ     -- Ketika mereka datang kepada kamu dari atas kamu serta dari bawah kamuوَ  اِذۡ زَاغَتِ الۡاَبۡصَارُ وَ  بَلَغَتِ الۡقُلُوۡبُ الۡحَنَاجِرَ --   dan ketika mata kamu melantur dan hati sampai tenggorokan, وَ تَظُنُّوۡنَ بِاللّٰہِ  الظُّنُوۡنَا --  dan kamu berprasangka terhadap Allah dengan bermacam-macam prasangka. ہُنَالِکَ ابۡتُلِیَ  الۡمُؤۡمِنُوۡنَ وَ زُلۡزِلُوۡا زِلۡزَالًا  شَدِیۡدًا --  Di situlah orang-orang ber-iman diuji,  dan mereka digoncangkan dengan suatu goncangan yang dahsyat   (Al-Ahzāb [33]:10-12).

Pengepungan Golongan Persekutuan (Al-Ahzāb)  Terhadap  Nabi Besar Muhammad saw. dan Umat Islam di Madinah

   Dengan ayat  10 ceritera dimulai tentang Pertempuran Khandak (Pertempuran Parit), yang terjadi dalam tahun ke-5 Hijrah dan merupakan pertarungan paling sengit di antara semua pertarungan yang sampai saat itu dihadapi kaum Muslimin. Seluruh bangsa Arab bersatu padu melawan Islam. Kabilah Quraisy di Mekkah, sekutu-sekutu mereka, kabilah-kabilah Ghathfan, Asyja’, Murrah, Fararah, Sulaim, Banu Sa’ad, dan Banu Asad, kabilah-kabilah penghuni padang pasir Arabia Tengah, dibantu dan dihasut oleh pengkhianat-pengkhianat — orang-orang Yahudi dan orang-orang munafik — dari Medinah, bergabung dalam suatu persekutuan besar (al-ahzāb) melawan  Nabi Besar Muhammad saw..
   Suatu kekuatan raksasa dengan tenaga berjumlah sekitar 10.000 sampai 20.000 orang dipasang menghadapi 1.200 orang Muslim (menurut beberapa penulis ada 3.000 orang Muslim, termasuk perempuan dan anak-anak dipekerjakan menggali parit), dengan perlengkapan dan perbekalan serba darurat. Pengepungan kota Medinah itu berlangsung selama 15 hari sampai 4 minggu.  Tetapi kemudian berkat pertolongan Allah Swt. Islam muncul dari kesulitan yang hebat ini  dan jadi lebih kuat, dan  sebaliknya orang-orang kafir Quraisy tidak pernah mampu lagi berderap maju melawan Islam.
  Makna ayat    فَاَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِمۡ رِیۡحًا وَّ جُنُوۡدًا لَّمۡ تَرَوۡہَا – “dan Kami pun mengirimkan kepada mereka angin taufan dan lasykar-lasykar yang ka-mu tidak melihatnya  mengisyaratkan kepada  tenaga-tenaga alam — angin, hujan, dan dingin — membuat orang-orang kafir  yang beberapa minggu  mengepung kota  Madinah kepayahan dan melesukan semangat mereka.
     Kata-kata itu dapat juga menunjuk kepada lasykar malaikat yang memasukkan rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir dan menguatkan hati serta menambah keberanian orang-orang Muslim. William Muir berkata: “Ransum diperoleh dengan susah-payah; perbekalan makin berkurang, dan unta serta kuda setiap hari mati dalam jumlah besar, letih dan semangat melesu, dalam keadaan demikian malam pun datang, dingin dan angin berhembus bagai taufan serta hujan menggasak tanpa ampun perkemahan-perkemahan tak terlindung. Badai berubah menjadi taufan samun. Api-api unggun padam, tenda-tenda tertiup hingga roboh, alat-alat masak-memasak dan perkakas lainnya berantakan” (“Life of Mohammad”).
   Orang-orang kafir menyergap orang-orang Muslim dari setiap penjuru — dari tempat-tempat ketinggian Medinah dan begitu juga dari dataran-dataran rendah. Isyarat dalam kata-kata “dan kamu berprasangka terhadap Allah dengan bermacam-macam prasangka” ditujukan kepada kaum munafikin dan bukan kepada orang-orang Muslim yang tulus dan sabar. Itulah makna ayat selanjutnya: اِذۡ  جَآءُوۡکُمۡ  مِّنۡ فَوۡقِکُمۡ  وَ مِنۡ اَسۡفَلَ مِنۡکُمۡ     -- “Ketika mereka datang kepada kamu dari atas kamu serta dari bawah kamuوَ  اِذۡ زَاغَتِ الۡاَبۡصَارُ وَ  بَلَغَتِ الۡقُلُوۡبُ الۡحَنَاجِرَ --     dan ketika mata kamu melantur dan hati sampai tenggorokan, وَ تَظُنُّوۡنَ بِاللّٰہِ  الظُّنُوۡنَا --  dan kamu berprasangka terhadap Allah dengan bermacam-macam prasangka.”

Kesempurnaan Akhlak  dan Ruhani Nabi Besar Muhammad Saw.

 Sesungguhnyalah pada saat yang sangat berbahayalah, yakni ketika di sekitar gelap gelita, atau dalam waktu mengenyam sukses dan kemenangan, yakni ketika musuh bertekuk lutut di hadapannya, watak dan perangai yang sesungguhnya seseorang diuji; dan sejarah memberi kesaksian yang jelas kepada kenyataan bahwa  Nabi Besar Muhammad saw.  --  baik dalam keadaan dukacita karena dirundung kesengsaraan dan pada saat sukacita karena meraih kemenangan — beliau saw. tetap menunjukkan kepribadian agung lagi mulia.
 Pertempuran Khandak, Uhud, dan Hunain menjelaskan dengan seterang-seterangnya satu watak beliau saw. yang indah, dan peristiwa  Fatah Mekkah (Kemenangan atas Mekkah) memperlihatkan watak beliau  saw. lainnya. Mara bahaya tidak mengurangi semangat beliau saw. atau mengecutkan hati beliau saw., begitu pula kemenangan dan sukses tidak merusak watak beliau saw..
 Ketika Nabi Besar Muhammad saw.   ditinggalkan hampir seorang diri pada hari Pertempuran Hunain, sedang nasib Islam berada di antara hidup dan mati, beliau saw. tanpa gentar sedikit pun dan seorang diri belaka maju ke tengah barisan musuh seraya berseru dengan kata-kata yang patut dikenang selama-lamanya: “Aku nabi Allah dan aku tidak berkata dusta. Aku anak Abdul Muthalib.” Dan tatkala Mekkah jatuh dan seluruh tanah Arab bertekuk lutut maka kekuasaan yang mutlak dan tak tersaingi itu tidak kuasa merusak  Nabi Besar Muhammad saw..Beliau saw. menunjukkan keluhuran budi yang tiada taranya terhadap musuh-musuh beliau saw..
  Kesaksian lebih besar mana lagi yang mungkin ada terhadap keagungan watak Nabi Besar Muhammad saw.     selain kenyataan bahwa pribadi-pribadi yang paling akrab dengan beliau dan yang paling mengenal beliau, mereka itulah yang paling mencintai beliau dan merupakan yang pertama-tama percaya akan misi beliau, yakni, istri beliau yang tercinta, Sitti Khadijah r.a.; sahabat beliau sepanjang hayat, Abu Bakar r.a.; saudara sepupu yang juga menantu beliau, Ali bin Abi Thalib r.a.; dan bekas budak beliau yang telah dimerdekakan, Zaid bin Haritsah r.a..  Nabi Besar Muhammad saw.   merupakan contoh kemanusiaan yang paling mulia dan model yang paling sempurna dalam keindahan dan kebajikan.
  Dalam segala segi kehidupan dan watak  Nabi Besar Muhammad saw.    yang beraneka ragam, tidak ada duanya dan merupakan contoh yang tiada bandingannya bagi umat manusia untuk ditiru dan diikuti (QS.3:32). Seluruh kehidupan beliau saw. nampak dengan jelas dan nyata dalam cahaya lampu-sorot sejarah.  
  Nabi Besar Muhammad saw.   mengawali kehidupan beliau sebagai anak yatim dan mengakhirinya dengan berperan sebagai wasit yang menentukan nasib seluruh bangsa. Sebagai kanak-kanak beliau penyabar lagi gagah, dan di ambang pintu usia remaja, beliau saw. tetap merupakan contoh yang sempurna dalam akhlak, ketakwaan, dan kesabaran. Pada usia setengah-baya beliau saw. mendapat julukan Al-Amīn (si Jujur dan setia kepada amanat) dan selaku seorang niagawan beliau terbukti paling jujur dan cermat.
 Nabi Besar Muhammad saw.   menikah dengan perempuan-perempuan yang di antaranya ada yang jauh lebih tua daripada beliau saw. sendiri dan ada juga yang jauh lebih muda, namun semuanya  bersedia memberi kesaksian dengan mengangkat sumpah mengenai kesetiaan, kecintaan, dan kekudusan beliau saw.. Sebagai ayah  Nabi Besar Muhammad saw.    penuh dengan kasih-sayang, dan sebagai sahabat beliau sangat setia dan murah hati.
 Ketika   Nabi Besar Muhammad saw.    diamanati tugas yang amat besar dan berat dalam usaha memperbaiki suatu masyarakat yang sudah rusak, beliau saw. menjadi sasaran derita aniaya dan pembuangan, namun beliau saw. memikul semua penderitaan itu dengan sikap agung dan budi luhur.

Komentar Bosworth Smith dalam bukunya “Muhammad and Muhammadanism

 Nabi Besar Muhammad saw.  bertempur sebagai prajurit gagah-berani dan juga memimpin pasukan-pasukan. Beliau saw. menghadapi kekalahan – misalnya dalam perang Uhud -- dan beliau memperoleh kemenangan-kemenangan. Beliau menghakimi dan mengambil serta menjatuhkan keputusan dalam berbagai perkara.  Nabi Besar Muhammad saw.   adalah seorang negarawan, seorang pendidik, dan seorang pemimpin.
  Sehubungan dengan kenyataan tersebut karya Bosworth Smith  dalam bukunya “Muhammad and Muhammadanism” menulis:
  “Kepala negara merangkap Penghulu Agama, beliau adalah Kaisar dan Paus sekaligus. Tetapi beliau adalah Paus yang tidak berlaga Paus, dan Kaisar tanpa pasukan-pasukan yang megah. Tanpa balatentara tetap, tanpa pengawal, tanpa istana yang megah, tanpa pungutan pajak tetap dan tertentu, sehingga jika ada orang berhak mengatakan bahwa ia memerintah dengan hak ketuhanan, maka orang itu hanyalah Muhammad, sebab beliau mempunyai kekuasaan tanpa alat-alat kekuasaan dan tanpa bantuan kekuasaan. Beliau biasa melakukan pekerjaan rumah tangga dengan tangan beliau sendiri, biasa tidur di atas sehelai tikar kulit, dan makanan beliau terdiri dari kurma dan air putih atau roti jawawut, dan setelah melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh, beliau biasa melewatkan malam hari dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga kedua belah kaki beliau bengkak-bengkak. Tidak ada orang yang dalam keadaan dan suasana yang begitu banyak berubah telah berubah begitu sedikitnya.”
     Itulah berbagai kenyataan  mengenai kesuri-teladanan sempurna  Nabi Besar Muhammad saw. yang dirangkum secara ringkas dalam firman Allah Swt.:  
لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ  فِیۡ رَسُوۡلِ اللّٰہِ  اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ  لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ الۡیَوۡمَ  الۡاٰخِرَ  وَ ذَکَرَ  اللّٰہَ  کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Sungguh dalam  diri Rasulullah benar-benar terdapat  suri teladan yang sebaik-baiknya  bagi kamu, yaitu bagi  orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir,  dan bagi yang banyak mengingat Allah  (Al-Ahzāb [33]:22).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran Anyar,   2 Februari  2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar