Bismillaahirrahmaanirrahiim
KITAB SUCI AL-QURAN
“Kitab Suci Al-Quran adalah
kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak
menyadarinya ”
“Setiap saat hatiku
merindukan untuk mencium Kitab Engkau
dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan
Kabahku”
(Al-Masih-al-Mau’ud
a.s.)
Berbagai Penyebab
Bani Israil Mendapat Hukuman Allah
Swt. & Fitnah Para Pemuka Kaum Yahudi Mengenai Kehamilan Maryam binti ‘Imran yang Misterius
Bab 40
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam Bab
sebelumnya telah kemukakan ayat mengenai
beberapa penyebab Bani Israil mendapat kemurkaan Allah Swt., firman-Nya:
فَبِمَا
نَقۡضِہِمۡ مِّیۡثَاقَہُمۡ وَ کُفۡرِہِمۡ بِاٰیٰتِ اللّٰہِ وَ قَتۡلِہِمُ
الۡاَنۡۢبِیَآءَ بِغَیۡرِ حَقٍّ وَّ قَوۡلِہِمۡ قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ طَبَعَ
اللّٰہُ عَلَیۡہَا بِکُفۡرِہِمۡ فَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ اِلَّا قَلِیۡلًا ﴿﴾۪ وَّ بِکُفۡرِہِمۡ وَ قَوۡلِہِمۡ عَلٰی مَرۡیَمَ
بُہۡتَانًا عَظِیۡمًا ﴿﴾ۙ وَّ قَوۡلِہِمۡ
اِنَّا قَتَلۡنَا الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ رَسُوۡلَ اللّٰہِ ۚ وَ مَا
قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ
شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ
اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ یَقِیۡنًۢا ﴿﴾ۙ بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ
عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿﴾
Maka Kami
mengazab mereka disebabkan
pelanggaran mereka atas perjanjian
mereka, dan kekafiran mereka kepada Tanda-tanda Allah, dan mereka
membunuh nabi-nabi
tanpa hak, dan karena ucapan mereka:
قُلُوۡبُنَا
غُلۡفٌ -- ”Hati kami terselubung!” بَلۡ طَبَعَ اللّٰہُ
عَلَیۡہَا بِکُفۡرِہِمۡ -- Tidak
demikian, bahkan Allah
telah memeterai hati mereka disebabkan kekafiran mereka, فَلَا
یُؤۡمِنُوۡنَ اِلَّا قَلِیۡلًا -- maka tidaklah mereka
beriman kecuali sedikit. وَّ بِکُفۡرِہِمۡ وَ قَوۡلِہِمۡ عَلٰی مَرۡیَمَ
بُہۡتَانًا عَظِیۡمًا -- Dan
juga mereka Kami azab karena kekafiran mereka dan ucapan
mereka terhadap Maryam berupa tuduhan
palsu yang besar, وَّ قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ
رَسُوۡلَ اللّٰہِ -- Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya
kami telah membunuh Al-Masih, Isa
Ibnu Maryam, Rasul Allah,” وَ مَا
قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ -- padahal mereka tidak membunuhnya secara biasa dan tidak pula mematikannya melalui penya-liban, akan tetapi ia disamarkan kepada
mereka seperti telah mati di atas salib. وَ اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا
فِیۡہِ لَفِیۡ شَکٍّ مِّنۡہُ
-- Dan sesungguhnya orang-orang
yang berselisih dalam hal ini niscaya ada
dalam keraguan mengenai ini, مَا لَہُمۡ
بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ اِلَّا اتِّبَاعَ
الظَّنِّ -- mereka
tidak memiliki pengetahuan yang
pasti mengenai ini melainkan menuruti dugaan belaka وَ مَا
قَتَلُوۡہُ یَقِیۡنًۢا -- dan mereka tidak yakin telah membunuhnya بَلۡ
رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ -- Bahkan Allah telah
mengangkatnya kepada-Nya وَ کَانَ
اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا -- dan Allah Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. (An-Nisā [4]:156-159).
Upaya Membunuh Nabi-nabi & Kutukan Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s.
Mengenai “pembunuhan nabi-nabi”
dalam ayat 146: فَبِمَا نَقۡضِہِمۡ مِّیۡثَاقَہُمۡ وَ
کُفۡرِہِمۡ بِاٰیٰتِ اللّٰہِ وَ قَتۡلِہِمُ الۡاَنۡۢبِیَآءَ بِغَیۡرِ حَقٍّ وَّ
قَوۡلِہِمۡ قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ طَبَعَ اللّٰہُ عَلَیۡہَا بِکُفۡرِہِمۡ فَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ
اِلَّا قَلِیۡلًا
-- “Maka Kami mengazab mereka
disebabkan pelanggaran mereka atas perjanjian mereka, dan kekafiran mereka kepada Tanda-tanda Allah, dan mereka
membunuh nabi-nabi
tanpa hak, dan karena ucapan mereka:
”Hati kami terselubung!” Tidak demikian, bahkan Allah
telah memeterai hati mereka disebabkan kekafiran mereka, maka tidaklah mereka beriman kecuali sedikit,“ dijelaskan dalam QS.2:88-89
firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا مُوۡسَی
الۡکِتٰبَ وَ قَفَّیۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ بِالرُّسُلِ ۫ وَ اٰتَیۡنَا عِیۡسَی ابۡنَ
مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ اَفَکُلَّمَا
جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ فَفَرِیۡقًا کَذَّبۡتُمۡ ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ ﴿﴾ وَ قَالُوۡا
قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَمَّا
جَآءَہُمۡ کِتٰبٌ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَہُمۡ ۙ وَ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ یَسۡتَفۡتِحُوۡنَ عَلَی
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ۚۖ فَلَمَّا جَآءَہُمۡ مَّا عَرَفُوۡا کَفَرُوۡا بِہٖ ۫
فَلَعۡنَۃُ اللّٰہِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah berikan Alkitab kepada Musa dan Kami mengikutkan
rasul-rasul di belakangnya, dan Kami
berikan kepada Isa Ibnu Maryam Tanda-tanda yang nyata, dan juga
Kami memper-kuatnya dengan Ruhulqudus. Maka apakah
patut setiap datang kepada kamu seorang rasul dengan membawa apa yang tidak disukai oleh dirimu kamu berlaku
takabur, lalu sebagian kamu dustakan dan sebagian
lainnya kamu bunuh? Dan mereka berkata: ”Hati kami tertutup.” بَلۡ
لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ
فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ -- Tidak, bahkan Allah
telah mengutuk mereka karena kekafiran
mereka maka sedikit sekali apa yang mereka imani. Dan tatkala datang kepada mereka sebuah Kitab
yakni Al-Quran dari Allah menggenapi apa yang ada pada mereka,
sedangkan sebelum itu mereka senantiasa
memohon kemenangan atas orang-orang kafir, tetapi tatkala datang kepada mereka apa yang mereka kenali itu lalu mereka kafir kepadanya فَلَعۡنَۃُ
اللّٰہِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ -- maka laknat Allāh atas orang-orang kafir. (Al-Baqarah [2]:88-90).
Akibat kepada berulang-kalinya orang-orang kafir di kalangan Bani Israil melakukan kedurhakaan terhadap Allah Swt. dan para Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka, sehingga mereka
mendapat kutukan dari Nabi Daud a.s. dan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,
firman-Nya:
لُعِنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡۢ بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ عَلٰی لِسَانِ دَاوٗدَ وَ عِیۡسَی ابۡنِ مَرۡیَمَ ؕ ذٰلِکَ بِمَا
عَصَوۡا وَّ کَانُوۡا یَعۡتَدُوۡنَ ﴿﴾
کَانُوۡا لَا یَتَنَاہَوۡنَ عَنۡ مُّنۡکَرٍ فَعَلُوۡہُ
ؕ لَبِئۡسَ مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾
Orang-orang yang kafir dari
kalangan Bani Israil telah dilaknat
oleh lidah Daud dan Isa ibnu Maryam,
hal demikian itu karena mere-ka
senantiasa durhaka dan melampaui
batas. Mereka tidak pernah saling
mencegah dari kemungkaran yang dikerjakannya, benar-benar sangat buruk apa yang
senantiasa mereka kerjakan. (Al-Māidah
[5]:79-80).
Dari antara semua nabi Bani Israil, Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tergolong paling menderita di tangan orang-orang
Yahudi. Penderitaan serta kepapaan
yang dialami oleh Nabi Daud a.s. dari kaum yang tak mengenal terima kasih itu tercermin di dalam Mazmurnya yang
sangat merawankan hati. Penzaliman
orang-orang Yahudi terhadap Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. mencapai
puncaknya ketika beliau dipakukan
pada kayu salib. Dari lubuk hati yang penuh kepedihan Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mengutuk
mereka.
Kutukan Nabi Daud a.s. mengakibatkan orang-orang Bani Israil dihukum oleh Nebukadnezar raja dari Babilonia yang menghancurluluhkan Yerusalem dan membawa orang-orang Bani Israil sebagai tawanan
pada tahun 556 sebelum Masehi (QS.2:260), sedangkan akibat kutukan Nabi Isa a.s. mereka ditimpa bencana dahsyat, karena Titus yang menaklukkan Yerusalem dalam tahun ± 70 Masehi, serta
membinasakan kota dan menodai rumah-ibadah dengan jalan
menyembelih babi — binatang yang
sangat dibenci oleh orang-orang
Yahudi — di dalam rumah-ibadah itu
(QS.17:5-9).
Salah
satu di antara dosa-dosa besar yang
membangkitkan amarah Tuhan atas kaum Yahudi ialah, mereka tidak melarang satu sama lain, terhadap kejahatan yang begitu merajalela di tengah-tengah mereka, yang
untuk itu Allah Swt. telah mengutus para nabi
Allah di kalangan mereka, tetapi mereka selalu menentangnya dan berusaha membunuhnya
(QS.:88-90).
Penyebab Kedua: Melontarkan Fitnah Mengenai Maryam
binti ‘Imran Sebagai Pezina
Penyebab kedua Allah Swt. menghukum orang-orang Yahudi adalah karena mereka
telah menuduh Maryam binti ‘Imran
melakukan zina sehingga
mengandung dan melahirkan Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. (QS.3:43-48; QS.19:17-27),
padahal Maryam binti Imran -- sesuai nazar ibunya (QS.3:36-38)
-- akan tetap menggadis selama hidupnya, firman-Nya:
وَّ بِکُفۡرِہِمۡ وَ قَوۡلِہِمۡ عَلٰی مَرۡیَمَ
بُہۡتَانًا عَظِیۡمًا -- “Dan
juga mereka Kami azab karena kekafiran mereka dan ucapan
mereka terhadap Maryam berupa tuduhan
palsu yang besar” (An-Nisā [4]:157).
Orang-orang Yahudi menuduh Maryam binti ‘Imran berbuat zina ("Yewish Life of Yesus" oleh Panther). Kenyataan bahwa
orang-orang Yahudi mengemukakan
"tuduhan palsu" Maryam binti ‘Imran merupakan bukti yang terang mengenai lahirnya
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa ayah. Sebab seandainya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s mempunyai ayah, lalu "tuduhan palsu" apakah yang
dikemukakan orang-orang Yahudi
terhadap Maryam binti ‘Imran?
Hanya
semata-mata mencerca Maryam binti
‘Imran karena pengakuan-pengakuan yang dikemukakan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tidak dapat disebut tuduhan palsu. Di lain tempat Al-Quran membantah tuduhan orang-orang Yahudi itu dengan mengatakan
bahwa ibunda Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. itu seorang perempuan yang bertakwa (QS.3:43; QS.5:76).
Berikut adalah
firman Allah Swt. mengenai tuduhan palsu para pemuka kaum Yahudi terhadap Maryam binti
‘Imran:
فَاَتَتۡ
بِہٖ قَوۡمَہَا تَحۡمِلُہٗ ؕ
قَالُوۡا یٰمَرۡیَمُ لَقَدۡ جِئۡتِ شَیۡئًا فَرِیًّا ﴿﴾ یٰۤاُخۡتَ ہٰرُوۡنَ
مَا کَانَ اَبُوۡکِ امۡرَ اَ سَوۡءٍ وَّ
مَا کَانَتۡ اُمُّکِ
بَغِیًّا ﴿ۖۚ﴾
Maka
Maryam membawa dia kepada kaumnya dengan menunggangkannya. Mereka berkata: "Hai Maryam,
sungguh engkau benar-benar telah berbuat sesuatu hal yang keji. Hai saudara perempuan Harun, ayah engkau sama sekali bukan seorang
buruk dan ibu engkau sekali-kali bukan
seorang pezina!" (Maryam [19]:28-29).
Dari Injil
nampak bahwa sesudah kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di Bethlehem, Yusuf telah membawa Maryam binti ‘Imran ke Mesir
untuk memenuhi perintah Ilahi. Perlu
diketahui bahwa Yusuf yang diminta kesediaannya oleh para pemuka agama
Yahudi untuk menikahi Maryam yang sedang mengandung -- guna meredam kehebohan yang mungkin
timbul oleh kasus hamilnya Maryam binti ‘Imran” – ia telah memiliki istri,
firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
ذٰلِکَ مِنۡ
اَنۡۢبَآءِ الۡغَیۡبِ نُوۡحِیۡہِ اِلَیۡکَ ؕ وَ مَا کُنۡتَ لَدَیۡہِمۡ اِذۡ
یُلۡقُوۡنَ اَقۡلَامَہُمۡ اَیُّہُمۡ یَکۡفُلُ مَرۡیَمَ ۪ وَ مَا کُنۡتَ
لَدَیۡہِمۡ اِذۡ یَخۡتَصِمُوۡنَ ﴿﴾
Yang
demikian itu sebagian dari kabar-kabar
gaib yang Kami mewahyukannya kepada engkau. وَ مَا کُنۡتَ لَدَیۡہِمۡ اِذۡ
یُلۡقُوۡنَ اَقۡلَامَہُمۡ اَیُّہُمۡ یَکۡفُلُ مَرۡیَمَ -- Dan engkau sekali-kali tidak bersama mereka
ketika mereka melemparkan panah-panah
mereka untuk mengundi siapa di antara mereka yang akan memelihara
Maryam, وَ مَا کُنۡتَ لَدَیۡہِمۡ اِذۡ یَخۡتَصِمُوۡنَ -- dan engkau sekali-kali tidak bersama mereka
ketika mereka berbantah (Ali ‘Imran [3]:45).
Kabar
Gaib yang Dibukakan Al-Quran Mengenai “Kasus Pernikahan” Maryam binti ‘Imran yang Sedang Hamil dengan Yusuf
Banyak
fakta yang telah dijelaskan oleh Al-Quran mengenai Maryam binti ‘Imran, dan tidak terdapat
dalam Kitab-kitab Suci sebelumnya.
Oleh karena itu fakta-fakta itu dibicarakan di sini sebagai hal-hal yang “gaib.” Seperti dituturkan dalam
ayat-ayat berikutnya, Maryam binti Imran telah menjadi hamil, padahal beliau sedang hidup mewakafkan diri dan tinggal di tempat
peribadatan, sehingga menimbulkan kehebohan dan perbantahan
di kalangan pemuka agama Yahudi: وَ مَا کُنۡتَ
لَدَیۡہِمۡ اِذۡ یَخۡتَصِمُوۡنَ -- dan engkau
sekali-kali tidak bersama mereka ketika mereka berbantah.”
Para pendeta menjadi resah
ketika mereka mengetahui kenyataan yang mengejutkan itu. Mereka khawatir jangan-jangan telah terjadi perbuatan tidak senonoh dan perselisihan pun terjadi di antara
mereka sendiri, lalu mereka mengadakan undian
untuk menentukan siapa harus mengurus
Maryam binti ‘Imran dan mengatur pernikahan beliau dengan seseorang.
Seorang tukang kayu yang bernama Yusuf, seperti disebut dalam Injil, dianggap cocok untuk menjadi suaminya. Dibujuklah ia agar menerima keadaan yang kisruh itu. Tentu saja
semuanya itu dilakukan secara rahasia dan
dengan demikian hal itu merupakan sesuatu
yang gaib dan telah disingkapkan
oleh Al-Quran.
Dalam rangka menyelamatkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dari upaya pembunuhan
yang diperintahkan oleh
Herodes, Yusuf dan Maryam bin Imran
serta Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. – yang
masih kecil -- untuk
beberapa tahun lamanya mereka tinggal di
Mesir, dan baru sesudah Herodes mati
keluarga itu pulang kembali ke Nazaret dan bermukim di sana (Matius 2:13-23).
Terdapat pula
satu nubuatan dalam Bible
bahwa Yesus akan datang kepada
kaumnya bersama ibunda beliau dengan menunggang seekor keledai (Matius 21:4-7). Yesus dan Maryam sungguh-sungguh menunggang keledai tatkala mereka memasuki Yerusalem. Ungkapan tahmiluhū
dalam Surah Maryam [19]:28-29 sebelum
ini mungkin pula menunjuk kepada nubuatan
Bible tersebut, firman-Nya:
فَاَتَتۡ
بِہٖ قَوۡمَہَا تَحۡمِلُہٗ ؕ قَالُوۡا یٰمَرۡیَمُ لَقَدۡ جِئۡتِ شَیۡئًا فَرِیًّا ﴿﴾ یٰۤاُخۡتَ ہٰرُوۡنَ
مَا کَانَ اَبُوۡکِ امۡرَ اَ سَوۡءٍ وَّ
مَا کَانَتۡ اُمُّکِ
بَغِیًّا ﴿ۖۚ﴾
Maka
Maryam membawa dia kepada kaumnya dengan menunggangkannya. Mereka berkata: "Hai Maryam,
sungguh engkau benar-benar telah berbuat sesuatu hal yang keji. Hai saudara
perempuan Harun, ayah
engkau sama sekali bukan seorang buruk dan ibu
engkau sekali-kali bukan
seorang pezina!" (Maryam [19]:28-29).
Peristiwa tersebut menunjuk kepada masa sebelum Yesus mencapai tingkat kenabian seperti nampak dari Surah Maryam ayat 31-34.
Tuduhan
Keji (Fitnah) Terhadap Maryam binti ‘Imran
Jadi, kembali
kepada tuduhan keji para pemuka kaum
Yahudi terhadap Maryam binti ‘Imran dalam firman Allah Swt.:
فَاَتَتۡ
بِہٖ قَوۡمَہَا تَحۡمِلُہٗ ؕ
قَالُوۡا یٰمَرۡیَمُ لَقَدۡ جِئۡتِ شَیۡئًا فَرِیًّا ﴿﴾ یٰۤاُخۡتَ ہٰرُوۡنَ
مَا کَانَ اَبُوۡکِ امۡرَ اَ سَوۡءٍ وَّ
مَا کَانَتۡ اُمُّکِ
بَغِیًّا ﴿ۖۚ﴾
Maka
Maryam membawa dia kepada kaumnya dengan menunggangkannya. Mereka berkata: "Hai Maryam,
sungguh engkau benar-benar telah berbuat sesuatu hal yang keji. Hai saudara
perempuan Harun, ayah
engkau sama sekali bukan seorang buruk dan ibu
engkau sekali-kali bukan
seorang pezina!" (Maryam [19]:28-29).
Kata fariy dalam ayat قَالُوۡا
یٰمَرۡیَمُ لَقَدۡ جِئۡتِ شَیۡئًا
فَرِیًّا -- Mereka berkata: "Hai Maryam, sungguh engkau
benar-benar telah berbuat sesuatu hal yang keji,” berarti pula orang yang mengada-adakan dusta (Lexicon
Lane). Dengan mempergunakan kata fariy ini para pemuka Yahudi menuduh secara halus bahwa Maryam binti
‘Imran seorang perempuan yang tidak baik dan Isa Al-Masih tukang mengada-adakan dusta dan seorang nabi palsu.
Makna ayat
یٰۤاُخۡتَ ہٰرُوۡنَ -- “Hai saudara perempuan Harun” dalam ayat tersebut mengenai
Maryam binti ‘Imran telah disebut
sebagai saudara perempuan Nabi Harun a.s. dalam Al-Quran, hal itu pernah diajukan oleh seorang sahabat ke
hadapan Nabi Besar Muhammad saw. sendiri,
karena ia tidak dapat menjawab pertanyaan seseorang mengenai hal itu, dan
beliau saw. balik bertanya kepada si penanya itu: “Apakah ia tidak mengetahui
bahwa Bani Israil biasa menamakan anak-anak mereka menurut nama nabi-nabi dan wali-wali mereka?” (Bayan,
jilid 6, halaman 16; Jarir,
jilid 16. halaman 52).
Maryam binti ‘Imran di sini disebut saudara
perempuan Nabi Harun a.s. dan
bukan saudara perempuan Nabi Musa a.s., meskipun kedua-duanya
bersaudara, sebab sementara Nabi Musa a.s. adalah pendiri
syariat Yahudi, sedangkan Nabi Harun
a.s. itu adalah kepala (imam) golongan pendeta agama Yahudi (Encyclopaedia Biblica & Encyclopaedia
Britannica, pada kata
"Āron"), dan Maryam binti ‘Imran pun adalah dari kalangan pendeta juga, itulah sebab dalam ayat
tersebut beliau disebut “saudara perempuan Harun.”
Thabari telah menguraikan satu kejadian dalam
kehidupan Nabi Besar Muhammad saw. yang memberi penjelasan mengenai hikmah
arti kata-kata dalam bahasa Arab demikian seperti: ab, 'am, ukht,
dan sebagainya. Ketika Shafiyah, istri beliau saw. -- dan kebetulan seorang keturunan Yahudi -- pada
suatu ketika mengadu kepada Nabi Besar
Muhammad saw. bahwa beberapa istri beliau lainnya dengan sikap benci telah menamakannya seorang perempuan Yahudi, lalu beliau saw. mengatakan untuk mengembalikan ejekan itu dengan mengatakan bahwa Nabi
Harun a.s. adalah ayahnya,
Nabi Musa a.s. adalah pamannya, dan Muhammad saw. adalah suaminya. Beliau saw. tentu
mengetahui bahwa Nabi Harun a.s. bukanlah
ayah Shafiyah, begitu pula Nabi Musa
a.s. bukanlah pamannya. Isyarat kepada tuduhan ini terdapat pula dalam Al-Quran
dalam QS.33:70.
Pemuka-pemuka kaum Yahudi, dengan menyebut Maryam
binti Maryam "saudara perempuan
Harun" mungkin bermaksud mengatakan bahwa sebagaimana Maryam, yaitu saudara perempuan Nabi
Harun a.s., yang menuduh
Nabi Musa a.s. menikahi
seorang perempuan dengan cara tidak sah, telah melakukan dosa yang keji (isyarat kepada tuduhan
itu terdapat dalam QS.33:70); demikian pula Maryam
binti ‘Imran seperti perempuan yang senama
dengan beliau melakukan perbuatan keji
dengan melahirkan seorang bayi dengan jalan tidak sah.
Demikianlah
penjelasan firman Allah Swt.
sebelumnya mengenai tuduhan dusta (fitnah)
para pemuka agama Yahudi terhadap
Mayam binti ‘Imran: وَّ بِکُفۡرِہِمۡ وَ قَوۡلِہِمۡ عَلٰی مَرۡیَمَ
بُہۡتَانًا عَظِیۡمًا -- “Dan juga
mereka Kami azab karena kekafiran mereka dan ucapan mereka terhadap Maryam berupa
tuduhan palsu yang besar” (An-Nisā
[4]:157).
Dialog Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dengan Para pemuka Yahudi
Dalam merespon tuduhan dusta para pemuka kaum Yahudi terhadap Maryam binti ‘Imran
tersebut selanjutnya Allah Swt. menjelaskan, firman-Nya:
فَاَشَارَتۡ
اِلَیۡہِ ؕ قَالُوۡا کَیۡفَ نُکَلِّمُ مَنۡ
کَانَ فِی الۡمَہۡدِ صَبِیًّا ﴿﴾ قَالَ اِنِّیۡ عَبۡدُ اللّٰہِ ۟ؕ اٰتٰنِیَ الۡکِتٰبَ
وَ جَعَلَنِیۡ نَبِیًّا ﴿ۙ﴾ وَّ جَعَلَنِیۡ مُبٰرَکًا اَیۡنَ مَا کُنۡتُ ۪ وَ
اَوۡصٰنِیۡ بِالصَّلٰوۃِ وَ الزَّکٰوۃِ
مَا دُمۡتُ حَیًّا ﴿۪ۖ﴾ وَّ بَرًّۢا
بِوَالِدَتِیۡ ۫ وَ لَمۡ یَجۡعَلۡنِیۡ
جَبَّارًا شَقِیًّا ﴿﴾ وَ السَّلٰمُ
عَلَیَّ یَوۡمَ وُلِدۡتُّ وَ یَوۡمَ اَمُوۡتُ
وَ یَوۡمَ اُبۡعَثُ
حَیًّا ﴿﴾ ذٰلِکَ عِیۡسَی
ابۡنُ مَرۡیَمَ ۚ قَوۡلَ الۡحَقِّ الَّذِیۡ
فِیۡہِ یَمۡتَرُوۡنَ ﴿﴾
Maka
ia, Maryam, memberi isyarah kepadanya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan bercakap dengan seorang anak masih dalam buaian?"
Ia, Ibnu Maryam, berkata:
"Sesungguhnya aku seorang hamba Allah,
Dia telah menganugerahkan kepadaku Kitab
itu dan Dia telah menjadikanku seorang
nabi, dan Dia telah menjadikanku diberkati di mana pun aku berada, dan telah memerintahkanku mendirikan shalat dan membayar zakat selama aku hidup. Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang
yang sewenang-wenang lagi sial, dan selamat-sejahtera atasku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku mati, dan pada hari aku akan dibangkitkan hidup kembali."
Itulah
Isa ibnu Maryam, suatu perkataan
haq yang mengenainya mereka saling berbantah. (Maryam
[19]:30-35).
Kata-kata فَاَشَارَتۡ اِلَیۡہِ -- "ia memberi isyarah kepadanya"
menyatakan bahwa Maryam binti ‘Imran mengetahui
jawaban apa yang akan diberikan oleh
putranya, Nabi Isa a.s., ketika para
pemuka kaum Yahudi mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mereka kepada beliau.
Kata-kata ini mungkin pula menyatakan bahwa Maryam binti Maryam mengetahui bahwa jika
beliau menyatakan diri beliau tidak
bersalah maka tidak ada seorang pun akan mempercayai beliau, satu-satunya bukti mengenai kesucian beliau adalah anaknya.
Jadi, maksud beliau
mengisyaratkan kepada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., bahwa anak
yang begitu suci dan saleh
dan oleh Allah Swt. telah
dianugerahi sifat-sifat yang begitu mulia
tidak mungkin lahir dari akibat
hubungan serong (zina), dan bahwa kebaikan-kebaikan
dan sifat-sifat beliau yang utama dengan sendirinya merupakan bukti yang cukup kuat bagi kesucian Maryam
binti Maryam, karena itu beliau menunjuk kepada anak beliau: فَاَشَارَتۡ اِلَیۡہِ -- “maka
ia, Maryam, memberi isyarah
kepadanya. ”
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran
Anyar, 18 Februari
2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar