Selasa, 23 Februari 2016

Berbagai Penyebab Bani Israil Mendapat Hukuman Allah Swt. & Fitnah Para Pemuka Kaum Yahudi Mengenai "Kehamilan" Maryam binti 'Imran yang Misterius



Bismillaahirrahmaanirrahiim

KITAB SUCI AL-QURAN

Kitab Suci Al-Quran adalah kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak menyadarinya

“Setiap saat hatiku merindukan untuk mencium Kitab  Engkau dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan Kabahku”

 (Al-Masih-al-Mau’ud a.s.)


Berbagai  Penyebab Bani Israil  Mendapat Hukuman Allah Swt. &  Fitnah  Para Pemuka Kaum Yahudi Mengenai Kehamilan  Maryam binti ‘Imran yang Misterius

Bab 40


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam Bab sebelumnya telah kemukakan ayat mengenai beberapa penyebab  Bani Israil mendapat kemurkaan Allah Swt., firman-Nya:
فَبِمَا نَقۡضِہِمۡ مِّیۡثَاقَہُمۡ وَ کُفۡرِہِمۡ بِاٰیٰتِ اللّٰہِ وَ قَتۡلِہِمُ الۡاَنۡۢبِیَآءَ بِغَیۡرِ حَقٍّ وَّ قَوۡلِہِمۡ قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ طَبَعَ اللّٰہُ عَلَیۡہَا بِکُفۡرِہِمۡ فَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ  اِلَّا قَلِیۡلًا ﴿﴾۪  وَّ بِکُفۡرِہِمۡ وَ قَوۡلِہِمۡ عَلٰی مَرۡیَمَ  بُہۡتَانًا عَظِیۡمًا ﴿﴾ۙ  وَّ قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ رَسُوۡلَ اللّٰہِ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ ؕ وَ  اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ  اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ  یَقِیۡنًۢا ﴿﴾ۙ  بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿﴾
Maka Kami mengazab mereka disebabkan pelanggaran mereka atas perjanjian mereka, dan   kekafiran  mereka kepada Tanda-tanda Allah,  dan mereka  membunuh nabi-nabi tanpa hak, dan karena ucapan mereka: قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ --  Hati kami terselubung!” بَلۡ طَبَعَ اللّٰہُ عَلَیۡہَا بِکُفۡرِہِمۡ   --  Tidak demikian,   bahkan  Allah telah memeterai  hati mereka disebabkan kekafiran mereka,  فَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ  اِلَّا قَلِیۡلًا -- maka tidaklah mereka beriman kecuali sedikit. وَّ بِکُفۡرِہِمۡ وَ قَوۡلِہِمۡ عَلٰی مَرۡیَمَ  بُہۡتَانًا عَظِیۡمًا  --  Dan juga  mereka  Kami azab karena kekafiran mereka dan ucapan mereka terhadap Maryam berupa tuduhan palsu yang besar, وَّ قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ رَسُوۡلَ اللّٰہِ  --   Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah,”  وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ  -- padahal mereka tidak membunuhnya secara biasa dan tidak pula mematikannya melalui penya-liban,  akan tetapi ia disamarkan  kepada mereka seperti telah mati di atas salib.  وَ  اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ شَکٍّ مِّنۡہُ --  Dan sesungguhnya  orang-orang yang berselisih dalam hal ini niscaya ada dalam keraguan mengenai ini, مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ  اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ  --   mereka tidak memiliki  pengetahuan yang pasti mengenai ini melainkan menuruti dugaan belaka  وَ مَا قَتَلُوۡہُ  یَقِیۡنًۢا -- dan mereka tidak  yakin telah membunuhnya  بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ -- Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا --  dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (An-Nisā [4]:156-159).

Upaya Membunuh  Nabi-nabi & Kutukan Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

        Mengenai  pembunuhan nabi-nabi” dalam   ayat 146:  فَبِمَا نَقۡضِہِمۡ مِّیۡثَاقَہُمۡ وَ کُفۡرِہِمۡ بِاٰیٰتِ اللّٰہِ وَ قَتۡلِہِمُ الۡاَنۡۢبِیَآءَ بِغَیۡرِ حَقٍّ وَّ قَوۡلِہِمۡ قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ طَبَعَ اللّٰہُ عَلَیۡہَا بِکُفۡرِہِمۡ فَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ  اِلَّا قَلِیۡلًا  --  “Maka Kami mengazab mereka disebabkan pelanggaran mereka atas perjanjian mereka, dan  kekafiran  mereka kepada Tanda-tanda Allah,  dan mereka  membunuh nabi-nabi tanpa hak, dan karena ucapan mereka: ”Hati kami terselubung!”  Tidak demikian,   bahkan  Allah telah memeterai  hati mereka disebabkan kekafiran mereka,  maka tidaklah mereka beriman kecuali sedikit,“ dijelaskan dalam QS.2:88-89 firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا مُوۡسَی الۡکِتٰبَ وَ قَفَّیۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ بِالرُّسُلِ ۫ وَ اٰتَیۡنَا عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ  فَفَرِیۡقًا کَذَّبۡتُمۡ  ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ ﴿﴾ وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ  فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَمَّا جَآءَہُمۡ کِتٰبٌ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَہُمۡ  ۙ وَ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ یَسۡتَفۡتِحُوۡنَ عَلَی الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ۚۖ فَلَمَّا جَآءَہُمۡ مَّا عَرَفُوۡا کَفَرُوۡا بِہٖ ۫ فَلَعۡنَۃُ اللّٰہِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan  sungguh   Kami benar-benar telah  berikan Alkitab kepada Musa dan Kami mengikutkan rasul-rasul di belakangnya, dan   Kami  berikan kepada Isa Ibnu Maryam Tanda-tanda yang nyata, dan juga Kami memper-kuatnya dengan  Ruhulqudus.  Maka apakah patut setiap datang kepada kamu seorang rasul dengan membawa apa yang tidak disukai oleh dirimu  kamu berlaku takabur, lalu  sebagian kamu dustakan dan sebagian lainnya kamu bunuh?   Dan mereka berkata:  Hati kami tertutup.” بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ  فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ --  Tidak,  bahkan Allah telah mengutuk mereka karena kekafiran mereka  maka sedikit sekali apa yang mereka imani.   Dan tatkala datang kepada mereka sebuah Kitab yakni  Al-Quran dari Allah menggenapi apa yang ada pada mereka, sedangkan sebelum itu mereka senantiasa memohon kemenangan  atas orang-orang kafir, tetapi tatkala  datang kepada mereka  apa yang mereka  kenali itu lalu mereka kafir  kepadanya  فَلَعۡنَۃُ اللّٰہِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ --   maka laknat Allāh atas orang-orang kafir. (Al-Baqarah [2]:88-90).
     Akibat kepada berulang-kalinya orang-orang kafir di kalangan Bani Israil melakukan kedurhakaan terhadap Allah Swt. dan para Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka, sehingga mereka mendapat  kutukan dari Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., firman-Nya:
لُعِنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡۢ بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ عَلٰی لِسَانِ دَاوٗدَ  وَ عِیۡسَی ابۡنِ مَرۡیَمَ ؕ ذٰلِکَ بِمَا عَصَوۡا وَّ کَانُوۡا یَعۡتَدُوۡنَ ﴿﴾  کَانُوۡا لَا یَتَنَاہَوۡنَ عَنۡ مُّنۡکَرٍ فَعَلُوۡہُ ؕ لَبِئۡسَ مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾
Orang-orang  yang kafir  dari kalangan Bani Israil telah   dilaknat oleh lidah Daud dan Isa ibnu Maryam, hal demikian itu karena mere-ka senantiasa durhaka dan melampaui batas.   Mereka tidak pernah  saling mencegah dari kemungkaran yang dikerjakannya,  benar-benar sangat  buruk apa yang senantiasa  mereka kerjakan. (Al-Māidah [5]:79-80).
      Dari antara semua nabi Bani Israil, Nabi Daud a.s.   dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tergolong paling menderita di tangan orang-orang Yahudi. Penderitaan serta kepapaan yang dialami oleh Nabi Daud a.s. dari kaum yang tak mengenal terima kasih itu  tercermin di dalam Mazmurnya yang sangat merawankan hati. Penzaliman orang-orang Yahudi terhadap Nabi Isa  Ibnu Maryam a.s.  mencapai puncaknya ketika beliau dipakukan pada  kayu salib. Dari lubuk hati yang penuh kepedihan Nabi Daud a.s.  dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  mengutuk mereka.
       Kutukan Nabi Daud a.s. mengakibatkan orang-orang Bani Israil dihukum oleh Nebukadnezar raja dari Babilonia yang menghancurluluhkan Yerusalem dan membawa orang-orang Bani Israil sebagai tawanan pada tahun 556 sebelum Masehi (QS.2:260), sedangkan akibat kutukan Nabi Isa a.s. mereka ditimpa bencana dahsyat, karena Titus yang menaklukkan Yerusalem dalam tahun ± 70 Masehi, serta membinasakan kota dan menodai rumah-ibadah dengan jalan menyembelih babi — binatang yang sangat dibenci oleh orang-orang Yahudi — di dalam rumah-ibadah itu (QS.17:5-9).
     Salah satu di antara dosa-dosa besar yang membangkitkan amarah Tuhan atas kaum Yahudi ialah, mereka tidak melarang satu sama lain, terhadap kejahatan yang begitu merajalela di tengah-tengah mereka, yang untuk itu  Allah Swt. telah mengutus  para nabi Allah di kalangan mereka, tetapi mereka selalu menentangnya dan berusaha membunuhnya  (QS.:88-90).

Penyebab Kedua:   Melontarkan Fitnah  Mengenai Maryam binti ‘Imran Sebagai Pezina

        Penyebab kedua Allah Swt.  menghukum  orang-orang Yahudi adalah   karena mereka telah  menuduh Maryam binti ‘Imran  melakukan zina sehingga mengandung dan melahirkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.3:43-48; QS.19:17-27), padahal Maryam binti Imran  -- sesuai nazar ibunya  (QS.3:36-38)   --  akan tetap menggadis selama hidupnya,  firman-Nya: وَّ بِکُفۡرِہِمۡ وَ قَوۡلِہِمۡ عَلٰی مَرۡیَمَ  بُہۡتَانًا عَظِیۡمًا  --  “Dan juga  mereka  Kami azab karena kekafiran mereka dan ucapan mereka terhadap Maryam berupa tuduhan palsu yang besar” (An-Nisā [4]:157).
   Orang-orang Yahudi menuduh   Maryam binti ‘Imran berbuat zina ("Yewish Life of Yesus" oleh Panther). Kenyataan bahwa orang-orang Yahudi mengemukakan "tuduhan palsu"  Maryam binti ‘Imran  merupakan bukti yang terang  mengenai lahirnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  tanpa ayah. Sebab seandainya  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s   mempunyai ayah, lalu   "tuduhan palsu" apakah yang dikemukakan orang-orang Yahudi terhadap   Maryam binti ‘Imran?
 Hanya semata-mata mencerca Maryam binti ‘Imran  karena pengakuan-pengakuan yang dikemukakan oleh  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.     tidak dapat disebut tuduhan palsu. Di lain tempat Al-Quran membantah tuduhan   orang-orang Yahudi itu dengan mengatakan bahwa ibunda Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   itu seorang perempuan yang bertakwa (QS.3:43; QS.5:76).
Berikut adalah firman Allah Swt.  mengenai tuduhan palsu para pemuka kaum Yahudi terhadap Maryam binti ‘Imran:
فَاَتَتۡ بِہٖ  قَوۡمَہَا تَحۡمِلُہٗ ؕ قَالُوۡا  یٰمَرۡیَمُ لَقَدۡ جِئۡتِ  شَیۡئًا فَرِیًّا ﴿﴾ یٰۤاُخۡتَ ہٰرُوۡنَ مَا کَانَ  اَبُوۡکِ امۡرَ اَ سَوۡءٍ وَّ مَا  کَانَتۡ  اُمُّکِ  بَغِیًّا ﴿ۖۚ﴾  
Maka Maryam membawa dia kepada kaumnya dengan menunggangkannya. Mereka ber­kata: "Hai Maryam,  sungguh  engkau benar-benar telah berbuat sesuatu hal yang keji.   Hai saudara perempuan Harun, ayah engkau sama sekali bukan  seorang buruk dan  ibu engkau   sekali-kali  bukan seorang pezina!" (Maryam [19]:28-29).
  Dari Injil nampak  bahwa sesudah kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di Bethlehem, Yusuf  telah membawa  Maryam binti ‘Imran  ke Mesir untuk memenuhi perintah Ilahi. Perlu diketahui bahwa  Yusuf  yang diminta kesediaannya  oleh para pemuka agama Yahudi untuk menikahi Maryam   yang sedang mengandung  -- guna meredam kehebohan  yang mungkin timbul  oleh  kasus hamilnya  Maryam binti ‘Imran” –  ia telah memiliki   istri,  firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
ذٰلِکَ مِنۡ اَنۡۢبَآءِ الۡغَیۡبِ نُوۡحِیۡہِ اِلَیۡکَ ؕ وَ مَا کُنۡتَ لَدَیۡہِمۡ  اِذۡ  یُلۡقُوۡنَ اَقۡلَامَہُمۡ اَیُّہُمۡ یَکۡفُلُ مَرۡیَمَ ۪ وَ مَا کُنۡتَ لَدَیۡہِمۡ  اِذۡ  یَخۡتَصِمُوۡنَ ﴿﴾
Yang demikian itu sebagian dari kabar-kabar gaib  yang Kami mewahyukannya kepada engkau.  وَ مَا کُنۡتَ لَدَیۡہِمۡ  اِذۡ  یُلۡقُوۡنَ اَقۡلَامَہُمۡ اَیُّہُمۡ یَکۡفُلُ مَرۡیَمَ -- Dan engkau sekali-kali tidak bersama mereka ketika mereka melemparkan panah-panah mereka untuk mengundi  siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam, وَ مَا کُنۡتَ لَدَیۡہِمۡ  اِذۡ  یَخۡتَصِمُوۡنَ  -- dan engkau sekali-kali tidak bersama mereka ketika mereka berbantah (Ali ‘Imran [3]:45).

Kabar Gaib yang Dibukakan Al-Quran Mengenai “Kasus Pernikahan” Maryam binti ‘Imran yang Sedang Hamil dengan Yusuf

      Banyak fakta yang telah dijelaskan oleh Al-Quran mengenai   Maryam binti ‘Imran, dan tidak terdapat dalam Kitab-kitab Suci sebelumnya. Oleh karena itu fakta-fakta itu dibicarakan di sini sebagai hal-hal yang “gaib.” Seperti dituturkan dalam ayat-ayat berikutnya,  Maryam binti Imran  telah menjadi hamil, padahal beliau sedang hidup mewakafkan diri dan tinggal di tempat peribadatan, sehingga menimbulkan kehebohan  dan perbantahan di kalangan pemuka agama Yahudi:  وَ مَا کُنۡتَ لَدَیۡہِمۡ  اِذۡ  یَخۡتَصِمُوۡنَ  -- dan engkau sekali-kali tidak bersama mereka ketika mereka berbantah.”
   Para pendeta menjadi resah ketika mereka mengetahui kenyataan yang mengejutkan itu. Mereka khawatir jangan-jangan telah terjadi perbuatan tidak senonoh dan perselisihan pun terjadi di antara mereka sendiri, lalu mereka mengadakan undian untuk menentukan siapa harus mengurus  Maryam binti ‘Imran  dan mengatur pernikahan beliau dengan seseorang.
     Seorang tukang kayu yang bernama Yusuf, seperti disebut dalam Injil, dianggap cocok untuk menjadi suaminya. Dibujuklah ia agar menerima keadaan yang kisruh itu. Tentu saja semuanya itu dilakukan secara rahasia dan dengan demikian hal itu merupakan sesuatu yang gaib dan telah disingkapkan oleh Al-Quran.
Dalam rangka menyelamatkan  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dari upaya pembunuhan   yang diperintahkan oleh Herodes, Yusuf dan Maryam bin Imran  serta Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  –  yang masih kecil  --   untuk beberapa tahun lamanya mereka  tinggal di Mesir, dan baru sesudah   Herodes mati keluarga itu pulang kembali ke Nazaret dan bermukim di sana (Matius 2:13-23).
Terdapat pula satu nubuatan dalam Bible  bahwa Yesus akan datang kepada kaumnya bersama ibunda beliau dengan menunggang seekor keledai (Matius 21:4-7). Yesus dan   Maryam     sungguh­-sungguh menunggang keledai tatkala mereka memasuki Yerusalem. Ungkapan tahmiluhū   dalam Surah Maryam [19]:28-29  sebelum ini mungkin pula menunjuk kepada nubuatan Bible tersebut, firman-Nya:
فَاَتَتۡ بِہٖ  قَوۡمَہَا تَحۡمِلُہٗ ؕ قَالُوۡا  یٰمَرۡیَمُ لَقَدۡ جِئۡتِ  شَیۡئًا فَرِیًّا ﴿﴾ یٰۤاُخۡتَ ہٰرُوۡنَ مَا کَانَ  اَبُوۡکِ امۡرَ اَ سَوۡءٍ وَّ مَا  کَانَتۡ  اُمُّکِ  بَغِیًّا ﴿ۖۚ﴾  
Maka Maryam membawa dia kepada kaumnya dengan menunggangkannya. Mereka ber­kata: "Hai Maryam,  sungguh  engkau benar-benar telah berbuat sesuatu hal yang keji.   Hai saudara perempuan Harun, ayah engkau sama sekali bukan  seorang buruk dan  ibu engkau   sekali-kali  bukan seorang pezina!" (Maryam [19]:28-29).
    Peristiwa  tersebut menunjuk kepada masa sebelum Yesus mencapai tingkat kenabian seperti nampak dari Surah Maryam ayat  31-34.

Tuduhan Keji (Fitnah) Terhadap Maryam binti ‘Imran

  Jadi, kembali kepada  tuduhan keji para pemuka kaum Yahudi terhadap Maryam binti ‘Imran dalam firman Allah  Swt.:
فَاَتَتۡ بِہٖ  قَوۡمَہَا تَحۡمِلُہٗ ؕ قَالُوۡا  یٰمَرۡیَمُ لَقَدۡ جِئۡتِ  شَیۡئًا فَرِیًّا ﴿﴾ یٰۤاُخۡتَ ہٰرُوۡنَ مَا کَانَ  اَبُوۡکِ امۡرَ اَ سَوۡءٍ وَّ مَا  کَانَتۡ  اُمُّکِ  بَغِیًّا ﴿ۖۚ﴾  
Maka Maryam membawa dia kepada kaumnya dengan menunggangkannya. Mereka ber­kata: "Hai Maryam,  sungguh  engkau benar-benar telah berbuat sesuatu hal yang keji.   Hai saudara perempuan Harun, ayah engkau sama sekali bukan  seorang buruk dan  ibu engkau   sekali-kali  bukan seorang pezina!" (Maryam [19]:28-29).
  Kata fariy dalam ayat قَالُوۡا  یٰمَرۡیَمُ لَقَدۡ جِئۡتِ  شَیۡئًا فَرِیًّا --  Mereka ber­kata: "Hai Maryam,  sungguh  engkau benar-benar telah berbuat sesuatu hal yang keji,”  berarti pula orang yang mengada-adakan dusta (Lexicon Lane). Dengan mempergunakan kata fariy ini para pemuka Yahudi menuduh secara halus  bahwa   Maryam binti ‘Imran seorang perempuan  yang tidak baik dan Isa Al-Masih tukang mengada-adakan dusta dan seorang nabi palsu.
 Makna ayat   یٰۤاُخۡتَ ہٰرُوۡنَ  -- “Hai saudara perempuan Harun”  dalam ayat tersebut   mengenai Maryam binti ‘Imran telah disebut  sebagai saudara perempuan Nabi Harun a.s.  dalam Al-Quran, hal itu  pernah diajukan oleh seorang sahabat ke hadapan  Nabi Besar Muhammad saw. sendiri, karena ia tidak dapat menjawab pertanyaan seseorang mengenai hal itu, dan beliau saw. balik bertanya kepada si penanya itu: “Apakah ia tidak mengetahui bahwa Bani Israil biasa menamakan anak-anak mereka menurut nama nabi-nabi dan wali-wali mereka?” (Bayan, jilid 6, halaman 16; Jarir, jilid 16. halaman 52).
  Maryam  binti ‘Imran di sini disebut saudara perempuan Nabi Harun a.s.  dan bukan saudara perempuan Nabi Musa a.s., meskipun kedua-duanya bersaudara, sebab sementara Nabi Musa a.s.  adalah pendiri syariat  Yahudi, sedangkan Nabi Harun a.s.  itu adalah kepala (imam) golongan pendeta agama Yahudi (Encyclopaedia Biblica  & Encyclopaedia  Britannica, pada kata "Āron"), dan  Maryam  binti ‘Imran pun adalah dari kalangan pendeta juga, itulah sebab dalam ayat tersebut  beliau  disebut “saudara perempuan Harun.”
Thabari telah menguraikan satu kejadian dalam kehidupan  Nabi Besar Muhammad saw.  yang memberi penjelasan mengenai hikmah arti kata-kata dalam bahasa Arab demikian seperti: ab, 'am, ukht, dan sebagainya. Ketika Shafiyah, istri beliau saw. --  dan kebetulan seorang keturunan Yahudi  -- pada suatu ketika mengadu kepada  Nabi Besar Muhammad saw. bahwa beberapa istri beliau lainnya dengan sikap benci telah menamakannya seorang perempuan Yahudi,  lalu beliau saw.  mengatakan untuk mengembalikan ejekan itu dengan mengatakan bahwa Nabi Harun a.s.   adalah ayahnya,  Nabi Musa a.s.  adalah pamannya, dan Muhammad saw.   adalah suaminya.  Beliau saw.   tentu mengetahui bahwa Nabi Harun a.s.   bukanlah ayah Shafiyah, begitu pula Nabi Musa a.s.  bukanlah pamannya. Isyarat kepada tuduhan ini terdapat pula dalam Al-Quran dalam QS.33:70.
Pemuka-pemuka kaum Yahudi, dengan menyebut   Maryam binti Maryam "saudara perempuan Harun" mungkin bermaksud mengatakan bahwa sebagaimana Maryam, yaitu saudara perempuan Nabi Harun a.s., yang menuduh Nabi Musa a.s.   menikahi seorang perempuan dengan cara tidak sah, telah melakukan dosa yang keji (isyarat kepada tuduhan itu terdapat dalam QS.33:70); demikian pula   Maryam binti ‘Imran seperti perempuan yang senama dengan beliau melakukan perbuatan keji dengan melahirkan seorang bayi  dengan jalan tidak sah.
 Demikianlah penjelasan   firman Allah Swt. sebelumnya  mengenai tuduhan dusta (fitnah) para pemuka agama Yahudi terhadap Mayam binti ‘Imran: وَّ بِکُفۡرِہِمۡ وَ قَوۡلِہِمۡ عَلٰی مَرۡیَمَ  بُہۡتَانًا عَظِیۡمًا  --  “Dan juga  mereka  Kami azab karena kekafiran mereka dan ucapan mereka terhadap Maryam berupa tuduhan palsu yang besar” (An-Nisā [4]:157).

Dialog Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dengan Para pemuka Yahudi

 Dalam merespon tuduhan dusta para pemuka kaum Yahudi terhadap Maryam binti ‘Imran tersebut selanjutnya Allah Swt. menjelaskan, firman-Nya:
فَاَشَارَتۡ اِلَیۡہِ ؕ قَالُوۡا کَیۡفَ نُکَلِّمُ مَنۡ  کَانَ فِی  الۡمَہۡدِ  صَبِیًّا ﴿﴾  قَالَ اِنِّیۡ عَبۡدُ اللّٰہِ ۟ؕ اٰتٰنِیَ الۡکِتٰبَ وَ جَعَلَنِیۡ  نَبِیًّا ﴿ۙ﴾  وَّ جَعَلَنِیۡ مُبٰرَکًا اَیۡنَ مَا کُنۡتُ ۪ وَ اَوۡصٰنِیۡ بِالصَّلٰوۃِ  وَ الزَّکٰوۃِ مَا دُمۡتُ  حَیًّا ﴿۪ۖ﴾ وَّ بَرًّۢا بِوَالِدَتِیۡ ۫ وَ لَمۡ  یَجۡعَلۡنِیۡ جَبَّارًا شَقِیًّا ﴿﴾  وَ السَّلٰمُ عَلَیَّ یَوۡمَ وُلِدۡتُّ وَ یَوۡمَ اَمُوۡتُ  وَ  یَوۡمَ  اُبۡعَثُ  حَیًّا ﴿﴾  ذٰلِکَ عِیۡسَی ابۡنُ مَرۡیَمَ ۚ قَوۡلَ الۡحَقِّ الَّذِیۡ  فِیۡہِ  یَمۡتَرُوۡنَ ﴿﴾
Maka ia, Maryam,  memberi isyarah kepadanya.  Mereka berkata: "Bagaimana kami akan bercakap dengan seorang anak masih dalam buaian?"  Ia, Ibnu Maryam, berkata: "Sesungguhnya aku seorang hamba Allah, Dia telah menganugerahkan kepadaku Kitab itu dan Dia telah menjadikanku seorang nabi,   dan Dia telah menjadikan­ku diberkati di mana pun aku ber­ada, dan telah memerintahkanku mendirikan  shalat dan membayar zakat selama aku hidup. Dan  berbakti  kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang   yang sewenang-wenang lagi sial, dan selamat-sejahtera atasku  pada hari aku dilahirkan, pada hari aku mati, dan pada hari aku akan dibangkitkan hidup kembali."    Itulah Isa ibnu Maryam, suatu perkataan  haq yang  mengenainya mereka saling  berbantah.   (Maryam [19]:30-35).
  Kata-kata  فَاَشَارَتۡ اِلَیۡہِ  -- "ia memberi isyarah kepadanya" menyatakan bahwa  Maryam binti ‘Imran mengetahui jawaban apa yang akan diberikan oleh putranya,  Nabi Isa a.s.,  ketika para  pemuka kaum Yahudi mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka kepada beliau.
  Kata-kata ini mungkin pula menyatakan  bahwa   Maryam binti Maryam mengetahui bahwa jika beliau menyatakan diri beliau tidak bersalah maka tidak ada seorang pun akan mempercayai beliau, satu-satunya bukti mengenai kesucian beliau adalah anaknya.
 Jadi, maksud beliau  mengisyaratkan  kepada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,  bahwa anak yang begitu suci dan saleh  dan oleh Allah Swt.  telah dianugerahi sifat-sifat yang begitu mulia  tidak mungkin lahir dari akibat hubungan serong  (zina),  dan bahwa kebaikan-kebaikan dan sifat-sifat beliau yang utama dengan sendirinya merupakan bukti yang cukup kuat bagi kesucian   Maryam binti Maryam, karena itu beliau menunjuk kepada anak beliau: فَاَشَارَتۡ اِلَیۡہِ  -- “maka ia, Maryam,  memberi isyarah kepadanya.  

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo

Pajajaran Anyar,   18 Februari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar