Sabtu, 06 Februari 2016

"Tiang Penunjang" Bangunan Alam Semesta yang Gaib (Tidak Kelihatan) & Tanda-tanda Orang-orang yang Bertakwa



Bismillaahirrahmaanirrahiim


KITAB SUCI AL-QURAN

Kitab Suci Al-Quran adalah kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak menyadarinya

“Setiap saat hatiku merindukan untuk mencium Kitab  Engkau dan melaksanakan tawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan
Kabahku”

 (Al-Masih-al-Mau’ud a.s.)


  Tiang Penunjang” Bangunan  Alam Semesta  yang Gaib   (Tidak Kelihatan)  & Tanda-tanda  Orang-orang yang Bertakwa   

Bab 26


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya  telah dijelaskan mengenai   proses terjadinya    bulan purnama dalam firman-Nya:  
فَلَاۤ  اُقۡسِمُ  بِالشَّفَقِ ﴿ۙ﴾  وَ الَّیۡلِ وَ مَا وَسَقَ ﴿ۙ﴾  وَ الۡقَمَرِ اِذَا اتَّسَقَ ﴿ۙ﴾  لَتَرۡکَبُنَّ  طَبَقًا عَنۡ طَبَقٍ ﴿ؕ﴾  فَمَا لَہُمۡ  لَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ اِذَا قُرِئَ عَلَیۡہِمُ الۡقُرۡاٰنُ  لَا یَسۡجُدُوۡنَ ﴿ؕٛ﴾  بَلِ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡا یُکَذِّبُوۡنَ ﴿۫ۖ﴾ وَ اللّٰہُ  اَعۡلَمُ  بِمَا یُوۡعُوۡنَ ﴿۫ۖ﴾  فَبَشِّرۡہُمۡ بِعَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿ۙ﴾  اِلَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَہُمۡ  اَجۡرٌ  غَیۡرُ  مَمۡنُوۡنٍ ﴿٪﴾
Maka   tidak demikian, sesungguhnya aku bersumpah dengan cahaya senja,    dan demi malam serta apa yang diliputinya, وَ الۡقَمَرِ اِذَا اتَّسَقَ  --   dan demi bulan apabila menjadi purnama.  Niscaya kamu akan naik satu tingkat ke tingkat lain.  Maka  apa yang terjadi atas mereka  hingga mereka tidak beriman?         وَ اِذَا قُرِئَ عَلَیۡہِمُ الۡقُرۡاٰنُ  لَا یَسۡجُدُوۡنَ -- Dan apabila Al-Quran dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud.  بَلِ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡا یُکَذِّبُوۡنَ  -- Bahkan orang-orang kafir mereka   mendustakanوَ اللّٰہُ  اَعۡلَمُ  بِمَا یُوۡعُوۡنَ     --  dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka sembunyikan. فَبَشِّرۡہُمۡ بِعَذَابٍ اَلِیۡمٍ  --     Maka kabarkanlah kepada mereka mengenai azab yang pedih, اِلَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَہُمۡ  اَجۡرٌ  غَیۡرُ  مَمۡنُوۡنٍ  --  kecuali terhadap  orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka pahala yang tidak ada putus-putusnya.  (Al-Insyiqaq [84]:17-25).

Munculnya “Bulan Purnama Ruhani” di Akhir Zaman

   Ayat-ayat 17-19 berisikan nubuatan mengenai kemunduran sementara umat Islam (QS:32:6) serta kebangunan kembali mereka melalui seorang wujud  wakil agung Nabi Besar Muhammad saw. – yaitu   Masih Mau’ud a.s. – yang bagaikan bulan purnama akan memantul dalam diri beliau cahaya gemilang sang Matahari (Nabi Besar Muhammad saw – QS.33:46-48) dengan sepenuhnya serta seutuhnya.
  Makna ayat لَتَرۡکَبُنَّ  طَبَقًا عَنۡ طَبَقٍ -- “Niscaya kamu akan naik satu tingkat ke tingkat lain” bahwa orang-orang Islam akan melalui semua keadaan yang telah disinggung dalam ayat-ayat sebelumnya,  bagaikan manzilah-manzilah (tingkat-tingkatan peredalan) bulan sehingga menjadi  bulan purnama: وَ الۡقَمَرِ اِذَا اتَّسَقَ  --   dan “demi bulan apabila menjadi purnama.”   
  Mengapa orang-orang kafir berputus asa mengenai terlaksananya bagian ketiga nubuatan itu, setelah menyaksikan terlaksananya dua bagian pertama? Mereka telah menyaksikan cahaya pijar kemerah-merahan matahari Islam terbenam, yang disusul oleh kekelaman malam ruhani selama 1000 tahun (QS.32:6), namun demikian mereka masih tidak mempercayai bahwa bulan purnama malam keempat belas  akan menghalau kegelapan itu, yakni kemunculan Rasul Akhir Zaman  pada abad 14 Hijriyah dalam wujud Masih Mau’ud a.s.guna mewujudkan kembali kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman (QS.61:10; QS.24:56).
 Dalam ayat       فَبَشِّرۡہُمۡ بِعَذَابٍ اَلِیۡمٍ  --       ”Maka kabarkanlah kepada mereka mengenai azab yang pedih, orang-orang kafir diperingatkan bahwa Allah Swt. benar-benar mengetahui permusuhan dan kebencian yang dipendam di dalam hati mereka terhadap Rasul Allah; Dia mengetahui pula komplotan-komplotan rahasia yang direncanakan mereka untuk memusnahkan misi beliau dan untuk menghancurkan usaha beliau menegakkan kebenaran: وَ اللّٰہُ  اَعۡلَمُ  بِمَا یُوۡعُوۡنَ     --  “dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka sembunyikan.” (Al-Insyiqaq [84]:25).
   Jadi, kembali    kepada pernyataan  Allah Swt. dalam  Surah Ya Sin ayat 39-41 mengenai  peredaran benda-benda langit dalam orbit-orbit yang telah ditetapkan Allah Swt., firman-Nya:
 وَ الشَّمۡسُ تَجۡرِیۡ لِمُسۡتَقَرٍّ  لَّہَا ؕ ذٰلِکَ تَقۡدِیۡرُ  الۡعَزِیۡزِ  الۡعَلِیۡمِ ﴿ؕ ﴾  وَ الۡقَمَرَ قَدَّرۡنٰہُ  مَنَازِلَ حَتّٰی عَادَ کَالۡعُرۡجُوۡنِ  الۡقَدِیۡمِ ﴿﴾  لَا الشَّمۡسُ یَنۡۢبَغِیۡ لَہَاۤ اَنۡ تُدۡرِکَ الۡقَمَرَ  وَ لَا الَّیۡلُ سَابِقُ النَّہَارِ ؕ وَ کُلٌّ فِیۡ  فَلَکٍ  یَّسۡبَحُوۡنَ ﴿﴾ 
Dan matahari beredar ke arah tujuan yang telah ditetapkan baginya, demikian itulah takdir Tuhan Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui. وَ الۡقَمَرَ قَدَّرۡنٰہُ  مَنَازِلَ حَتّٰی عَادَ کَالۡعُرۡجُوۡنِ  الۡقَدِیۡمِ --   Dan   Kami telah   menetapkan bagi bulan tingkat-tingkatnya,  hingga ia kembali lagi seperti bentuk tandan korma yang tua. لَا الشَّمۡسُ یَنۡۢبَغِیۡ لَہَاۤ اَنۡ تُدۡرِکَ الۡقَمَرَ  وَ لَا الَّیۡلُ سَابِقُ النَّہَارِ  --   Matahari tidak mungkin  menyusul bulan,  dan tidak pula malam mendahului siang. وَ کُلٌّ فِیۡ  فَلَکٍ  یَّسۡبَحُوۡنَ --  Dan semua itu terus beredar pada tempat peredarannya.   (Yā Siīn [36]:39-41).
    Ayat-ayat tersebut tertuju kepada peredaran benda-benda langit dalam ruang angkasa atau ruang ether. Al-Quran menentang pendapat yang lama dianut bahwa seluruh langit itu padat dalam susunannya. Telah menjadi ciri khas Al-Quran bahwa Kitab itu memakai ungkapan-ungkapan yang bukan saja menolak pandangan dan gagasan yang keliru, melainkan juga mendahului penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat.

Keberadaan “Tiang Penunjang” Alam Semesta yang Gaib

      Ayat ini menunjuk pula kepada rencana dan tertib sempurna yang meliputi seluruh alam semesta, semua benda langit dan bumi melaksanakan bagian tugasnya masing-masing dengan teratur, tepat sekali tanpa kekeliruan, tanpa langgar melanggari ruang gerak masing-masing.
     Tata surya itu hanyalah merupakan salah satu dari milyaran  susunan benda langit, yang beberapa di antaranya tidak terperikan jauh lebih besar dari tata surya kita. Namun milyaran matahari dan bintang yang tidak terhitung banyaknya itu tersebar bertaburan di dalam ruang kosong, yang luasnya tidak terbatas, begitu teraturnya dan terbagi dalam kelompok-kelompok dalam hubungannya satu sama lain untuk menjamin kelestarian secara keseluruhan dan untuk menimbulkan keserasian dan keindahan di mana-mana.
      Tiap-tiap benda langit mempengaruhi orbit (jalan peredaran) lain, namun masing-masing benda langit itu beredar terus dengan aman pada jalan yang telah ditakdirkan dan semua benda langit sebagai keseluruhan merupakan suatu keserasian agung dalam struktur dan gerakan. Sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt berfirman:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾   الٓـمّٓرٰ ۟ تِلۡکَ اٰیٰتُ الۡکِتٰبِ ؕ وَ الَّذِیۡۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡکَ مِنۡ رَّبِّکَ الۡحَقُّ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ  النَّاسِ لَا  یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾   اَللّٰہُ الَّذِیۡ رَفَعَ السَّمٰوٰتِ بِغَیۡرِ عَمَدٍ تَرَوۡنَہَا ثُمَّ  اسۡتَوٰی عَلَی الۡعَرۡشِ وَ سَخَّرَ الشَّمۡسَ وَ الۡقَمَرَ ؕ کُلٌّ یَّجۡرِیۡ لِاَجَلٍ مُّسَمًّی ؕ یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ یُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ بِلِقَآءِ رَبِّکُمۡ تُوۡقِنُوۡنَ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. الٓـمّٓرٰ   --   Aku Allah Yang Maha Mengetahui, Maha Melihat.  Inilah ayat-ayat kitab yang sempurna, dan yang telah diturunkan kepada engkau dari Rabb (Tuhan) engkau adalah haq (kebenaran) tetapi kebanyakan manusia tidak beriman. اَللّٰہُ الَّذِیۡ رَفَعَ السَّمٰوٰتِ بِغَیۡرِ عَمَدٍ تَرَوۡنَہَا --   Allah, Dia-lah Yang telah meninggikan seluruh langit tanpa suatu tiang pun yang kamu melihatnya,  kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy.  Dan Dia  telah menundukkan bagi kamu matahari dan bulan, masing-masing beredar menurut arah perjalanannya  hingga suatu masa yang telah ditetapkan. یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ یُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ بِلِقَآءِ رَبِّکُمۡ تُوۡقِنُوۡنَ --   Dia mengatur segala urusan dan Dia menjelaskan Tanda-tanda itu, supaya kamu berkeyakinan teguh mengenai pertemuan dengan Rabb (Tuhan) kamu. (Ar-Ra’d [13]:1-3).
      Kata-kata   اَللّٰہُ الَّذِیۡ رَفَعَ السَّمٰوٰتِ بِغَیۡرِ عَمَدٍ تَرَوۡنَہَا -- “Allah, Dia-lah Yang telah meninggikan seluruh langit tanpa suatu tiang pun yang kamu melihatnya”  itu berarti:  (1) Kamu  melihat bahwa seluruh langit berdiri tanpa tiang-tiang; (2) bahwa seluruh langit berdiri tidak atas tiang-tiang yang dapat kamu lihat; artinya, seluruh langit itu mempunyai pendukung, tetapi kamu tidak dapat melihatnya. Secara harfiah ayat itu berarti  bahwa seluruh langit berdiri tanpa ditunjang oleh tiang-tiang.
      Secara kiasan ayat itu berarti, bahwa seluruh langit atau benda-benda langit memang memerlukan penopang, tetapi penopang-penopang itu tidak nampak kepada mata manusia, umpamanya daya tarik atau tenaga magnetis atau gerakan-gerakan khusus planit-planit atau cara-cara lain, yang ilmu pengetahuan telah menemukannya hingga saat ini atau yang mungkin akan ditemukan lagi di hari depan.

Tanda Pertama Orang Bertakwa: Beriman Kepada yang Gaib

      Selanjutnya Allah Swt. berfirman:  ثُمَّ  اسۡتَوٰی عَلَی الۡعَرۡشِ  -- “kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy.   Kata ‘Arsy (singgasana) telah dipakai dalam Al-Quran untuk menyatakan proses membawa hukum-hukum ruhani atau jasmani kepada kesempurnaannya. Penggunaan ungkapan itu selaras dengan kebiasaan raja-raja dunia, mereka itu menyatakan proklamasi-proklamasi penting “dari singgasana”.
       Selanjutnya Allah Swt. berfirman lagi:  وَ سَخَّرَ الشَّمۡسَ وَ الۡقَمَرَ ؕ کُلٌّ یَّجۡرِیۡ لِاَجَلٍ مُّسَمًّی  --   Dan Dia  telah menundukkan bagi kamu matahari dan bulan, masing-masing beredar menurut arah perjalanannya  hingga suatu masa yang telah ditetapkan. یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ یُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ Dia mengatur segala urusan dan Dia menjelaskan Tanda-tanda itu, لَعَلَّکُمۡ بِلِقَآءِ رَبِّکُمۡ تُوۡقِنُوۡنَ  -- supaya kamu berkeyakinan teguh mengenai pertemuan dengan Rabb (Tuhan) kamu. (Ar-Ra’d [13]:1-3).
        Jadi, sebagaimana sabda Masih Mau’ud a.s.  bahwa seluruh    firman Allah Swt. dalam Al-Quran tersebut  membuktikan keberadaan (eksistensi)  Wujud Allah Swt. Yang Maha Gaib, yang keberadaan dan kekuasaan-Nya yang sempurna  diimani  (dipercayai) oleh orang-orang  yang bertakwa, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾   الٓـمّٓ ۚ﴿﴾ ذٰلِکَ  الۡکِتٰبُ لَا رَیۡبَ ۚۖۛ فِیۡہِ ۚۛ ہُدًی  لِّلۡمُتَّقِیۡنَ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡغَیۡبِ وَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ  مِمَّا رَزَقۡنٰہُمۡ  یُنۡفِقُوۡنَ ۙ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِمَاۤ  اُنۡزِلَ اِلَیۡکَ وَ مَاۤ اُنۡزِلَ مِنۡ قَبۡلِکَ ۚ وَ بِالۡاٰخِرَۃِ ہُمۡ یُوۡقِنُوۡنَ ؕ﴿﴾ اُولٰٓئِکَ عَلٰی ہُدًی مِّنۡ رَّبِّہِمۡ ٭ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Alif Lām Mīm. Inilah Kitab yang sempurna itu,  tidak ada keraguan di dalamnya, ہُدًی  لِّلۡمُتَّقِیۡنَ --  petunjuk bagi orang-orang yang bertakwaالَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡغَیۡبِ --   Yaitu orang-orang yang beriman kepada  yang gaib, dan   mendirikan shalat, dan mereka  membelanjakan sebagian dari apa  yang Kami rezekikan  kepada mereka.   Dan orang-orang  yang beriman kepada apa yang  diturunkan kepada engkau, juga kepada apa yang telah diturunkan sebelum engkau  dan kepada  akhirat  pun mereka   yakin.   Mereka itulah orang-orang yang  berada di atas  petunjuk dari Rabb (Tuhan) mereka  dan mereka itulah  orang-orang yang  berhasil. (Al-Baqarah [2]:1-6).
    Sehubungan dengan hal tersebut Masih Mau’ud a.s. bersabda mengenai wawasan keimanan yang dikemukakan Al-Quran:
    Pintu kedua pemahaman Ilahi yang dibuka lebar oleh Al-Quran adalah mutiara hikmah intelektual yang karena sifatnya yang luar biasa bisa dianggap sebagai mukjizat intelektual. Bentuknya ada berbagai macam:
    Pertama, pengetahuan mengenai wawasan keimanan, dengan pengertian bahwa semua wawasan luhur yang berkaitan dengan keimanan dan semua kebenaran sucinya serta mutiara hikmah pengetahuan tentang Ilahi yang dibutuhkan di dunia guna penyempurnaan batin manusia, semuanya ada tersedia di dalam Al-Quran.
    Begitu juga dengan semua keburukan batin yang merangsang munculnya  keinginan melakukan dosa dan nafsu yang melambarinya serta cara-cara pensucian batin berikut semua tanda-tanda, karakteristik dan sifat-sifat dari  akhlak luhur. Tidak ada seorang pun yang akan mampu mengemukakan kebenaran, hikmah Ke-Ilahi-an, cara-cara mencapai Tuhan, bentuk atau disiplin suci ibadah Ilahi lainnya yang belum termaktub di dalam Kitab Suci Al-Quran.
      Kedua, di dalamnya juga terkandung pengetahuan mengenai tentang sifat-sifat batin dan tentang psikologi yang terdapat secara komprehensif dalam firman ajaib ini,  sehingga mereka yang mau berfikir akan sampai pada kesimpulan bahwa Kitab ini bukanlah hasil kerja siapa pun kecuali Allah Yang Maha Perkasa.
      Ketiga, di dalamnya terkandung ilmu mengenai awal dunia, mengenai akhirat dan hal-hal tersembunyi lainnya yang merupakan bagian pokok dari firman Allah Yang Maha Mengetahui tentang hal-hal yang tersembunyi sehingga hati manusia akan tenteram jadinya.  Semua pengetahuan demikian akan bisa ditemui banyak sekali dan secara rinci di dalam Kitab Suci Al-Quran sehingga tidak ada Kitab Samawi lainnya yang akan mampu menyamainya.
      Disamping itu Al-Quran juga mengungkapkan pengetahuan keimanan dari subyek lainnya dengan cara yang indah. Dalam hal ini, Kitab tersebut tetap memperhatikan logika, fisika, filosofi, astronomi, psikologi, medikal, matematika dan pengetahuan tentang komposisi yang digunakan untuk menguraikan dan menjelaskan pengetahuan tentang keimanan, guna memudahkan pemahamannya, menarik konklusi darinya,  atau untuk menyangkal keberatan dari orang-orang yang bodoh.
      Dengan kata lain, semua subyek ini dikemukakan Kitab Suci Al-Quran bagi kepentingan keimanan manusia dengan cara sedemikian rupa,  sehingga setiap bentuk intelektualitas manusia akan dapat menyerap kemaslahatannya.” (Surma Chasm Arya, Qadian, 1886; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain,  jld. II, hlm.  73-75, London, 1984).

Tanda Kedua Orang-orang yang Bertakwa:  Mendirikan Shalat

     Tanda kedua dari “orang-orang yang bertakwa” adalah: وَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ – “dan mereka mendirikan shalat.” Anak kalimat “mendirikan shalat” berarti: mereka melakukan shalat dengan segala syarat yang telah ditetapkan; aqama berarti ia menempatkan benda atau perkara itu pada keadaan yang tepat (Lexicon Lane).
      Beribadah itu merupakan ungkapan lahiriah dari perhubungan batin manusia   -- dalam bentuk iman  -- dengan Allah Swt.   Tambahan pula  karunia Ilahi  meliputi baik jasmani  maupun ruh. Jadi ibadah yang sempurna adalah saat ketika jasmani dan ruhani manusia keduanya sama-sama berperan. Tanpa keduanya jiwa sejati ibadah   tidak dapat dipelihara, sebab meskipun pemujaan oleh hati itu merupakan isinya dan pemujaan oleh jasmani hanya kulitnya, namun isi tidak dapat dipelihara tanpa kulit. Jika kulit binasa isinya pun  pasti  mengalami nasib yang sama.
      Jadi, pada hakikatnya melakukan ibadah yang dilakukan oleh orang-orang yang  benar-benar memiliki makrifat Ilahi  berupa     pengetahuan tentang Allah Swt. mengenai kesempurnaan Sifat-sifat-Nya dan kesempurnaan perbuatan-Nya    -- sebagaimana yang dikemukakan dalam berbagai Surah Al-Quran, antara lain Surah Al-Fatihah   --   melaksanakan ibadah tersebut  merupakan suatu tuntutan fitrahnya yang suci tersebut (QS.7:173-174; QS.30:31-33). Contoh yang paling nyata mengenai hal tersebut adalah para rasul (nabi) Allah, terutama Nabi Ibrahim a.s. (QS.2:125 & 131-134) dan  terutama sekali Nabi Besar Muhammad saw. (QS.6:162-164).
      Kewajiban atau kerinduan orang-orang yang bertakwa melakukan hubungan (komunikasi) langsung dengan  Allah Swt. – yakni   Wujud Yang Maha Gaib  tersebut – berupa   mendirikan   shalat tersebut pada hakikatnya merupakan salah satu dari dua tanda atau “dua sayap” orang-orang  bertakwa yang benar-benar mencintai Allah Swt. yaitu melaksanakan Haququllāh (Hablun-minallāh) dan Haququl ‘ibād (hablun- minan-nās).
      Itulah sebabnya Allah Swt.  dalam Al-Quran telah menyatakan bahwa orang-orang yang melaksanakan kewajiban  haququllah – antara  lain berupa melaksanakan shalat fardu mau pun salat-salat nafal --   tetapi jika dalam pribadi  para pelaku shalat tersebut tidak terjadi perubahan dalam segi akhlak dan ruhani ke arah yang lebih baik, sebagaimana salah satu fungsi (khasiat)  shalat  adalah mencegah dari perbuatan keji dan munkar (QS.29:47)  serta timbulnya kecintaan atau kepedulian terhadap sesama hamba Allah, terutama  anak-anak yatim dan orang-orang miskin (QS.51:16-20; QS.70:23-26; QS.92:1-22); maka Allah Swt.  bukannya  memuji orang-orang yang seperti itu melainkan malah melaknat mereka, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ اَرَءَیۡتَ  الَّذِیۡ یُکَذِّبُ بِالدِّیۡنِ ؕ﴿﴾  فَذٰلِکَ الَّذِیۡ یَدُعُّ  الۡیَتِیۡمَ ۙ﴿﴾  وَ لَا یَحُضُّ عَلٰی طَعَامِ الۡمِسۡکِیۡنِ ؕ﴿﴾  فَوَیۡلٌ  لِّلۡمُصَلِّیۡنَ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡنَ ہُمۡ عَنۡ صَلَاتِہِمۡ سَاہُوۡنَ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡنَ ہُمۡ  یُرَآءُوۡنَ ۙ﴿﴾   وَ یَمۡنَعُوۡنَ الۡمَاعُوۡنَ ٪﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.  Apakah engkau melihat orang yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang meng-usir anak yatim,  dan  tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.        فَوَیۡلٌ  لِّلۡمُصَلِّیۡنَ  -- Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, الَّذِیۡنَ ہُمۡ عَنۡ صَلَاتِہِمۡ سَاہُوۡنَ  --  yaitu orang-orang yang lalai dari  shalatnyaالَّذِیۡنَ ہُمۡ  یُرَآءُوۡنَ  --  yaitu orang-orang yang berbuat  pamer. وَ یَمۡنَعُوۡنَ الۡمَاعُوۡنَ  --    dan mencegah diri mereka un-tuk memberi barang-barang kecil kepada orang-orang miskin. (Al-Ma’ūn [107]:1-8).

 Melaksanakan Haququl ‘ibād (Hablun- Minan-nās)

       Sehubungan dengan pentingnya melaksanakan Haququl ‘ibād (Hablun- ninan-nās) itulah selanjutnya Allah Swt. mengemukakan tanda berikutnya dari orang-orang yang bertakwa yang telah mendirikan shalat yang hakiki tersebut, firman-Nya:  یُنۡفِقُوۡنَ  مِمَّا رَزَقۡنٰہُمۡ     وَ -- “dan mereka  membelanjakan sebagian dari apa  yang Kami rezekikan  kepada mereka.”
     Rizq berarti  sesuatu yang dianugerahkan  Allah Swt.   kepada manusia, baik anugerah itu, bersifat kebendaan atau selain itu (Al-Mufradat).   Dengan demikian   Surah Al-Baqarah ayat 2-5    menentukan tiga petunjuk dan menjelaskan tiga tingkat kesejahteraan ruhani manusia:
      (1) Ia harus beriman kepada kebenaran yang tersembunyi dari pandangan mata dan di luar jangkauan pancaindera, sebab kepercayaan demikian  menunjukkan bahwa ia mempunyai ketakwaan yang sejati.
    (2) Bila ia merenungkan keajaiban alam semesta dan tertib serta rancangan menakjubkan yang terdapat di dalamnya, dan bila  sebagai hasil dari renungan itu ia menjadi yakin akan adanya (eksitensi) Dzat Yang menciptakan tatanan alam semesta yang sangat sempurna  maka suatu hasrat yang tidak dapat ditahan untuk mempunyai perhubungan nyata dan benar dengan Dzat itu menguasai dirinya. Hasrat  tersebut terpenuhi dengan mendirikan shalat.
       (3) Akhirnya, ketika orang beriman itu berhasil menegakkan perhubungan yang hidup dengan Khāliq-nya (Pencipta-nya), ia merasakan adanya dorongan batin untuk berbakti kepada sesama manusia  dalam bentuk “menafkahkan”  apa pun yang Allah Swt  rezekikan kepada mereka  sesuai petunjuk agama (Al-Quran) dan Sunnah Nabi Besar Muhammad  saw., firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾   الٓـمّٓ ۚ﴿﴾ ذٰلِکَ  الۡکِتٰبُ لَا رَیۡبَ ۚۖۛ فِیۡہِ ۚۛ ہُدًی  لِّلۡمُتَّقِیۡنَ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡغَیۡبِ وَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ  مِمَّا رَزَقۡنٰہُمۡ  یُنۡفِقُوۡنَ ۙ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِمَاۤ  اُنۡزِلَ اِلَیۡکَ  وَ مَاۤ اُنۡزِلَ مِنۡ قَبۡلِکَ ۚ وَ بِالۡاٰخِرَۃِ ہُمۡ یُوۡقِنُوۡنَ ؕ﴿﴾ اُولٰٓئِکَ عَلٰی ہُدًی مِّنۡ رَّبِّہِمۡ ٭ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Alif Lām Mīm. Inilah Kitab yang sempurna itu,  tidak ada keraguan di dalamnya, ہُدًی  لِّلۡمُتَّقِیۡنَ -- petunjuk bagi orang-orang yang bertakwaالَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡغَیۡبِ --   Yaitu orang-orang yang beriman kepada  yang gaib, dan   mendirikan shalat, dan mereka membelanjakan sebagian dari apa  yang Kami rezekikan  kepada mereka. Dan orang-orang  yang beriman kepada apa yang  diturunkan kepada engkau, juga kepada apa yang telah diturunkan sebelum engkau, dan kepada  akhirat  pun mereka   yakin.  Mereka itulah orang-orang yang  berada di atas  petunjuk dari Rabb (Tuhan) mereka dan mereka itulah  orang-orang yang  berhasil. (Al-Baqarah [2]:1-6).
      Makna ayat اُنۡزِلَ اِلَیۡکَ   وَ الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِمَاۤ  -- “Dan orang-orang  yang beriman kepada apa yang  diturunkan kepada engkau, مَاۤ اُنۡزِلَ مِنۡ قَبۡلِکَ وَ --  juga kepada apa yang telah diturunkan sebelum engkau وَ بِالۡاٰخِرَۃِ ہُمۡ یُوۡقِنُوۡنَ  --   dan kepada  akhirat  pun mereka   yakin,” bahwa iman kepada   Nabi Besar Muhammad saw. – setelah beriman  kepada Allah Swt.   merupakan inti sejauh menyangkut hubungan iman kepada Rasul-rasul  Allah (QS.2:286; QS.4:66, 137).
      Bahkan ajaran  Islam (Al-Quran) mewajibkan para pengikutnya beriman bahwa ajaran semua nabi  Allah  yang terdahulu bersumber dari Allah Swt.,  sebab Allah Swt.    mengutus utusan-utusan-Nya kepada semua kaum (QS.13:8; QS.35:25).
      Al-ākhirah (akhirat) dalam ayat  وَ بِالۡاٰخِرَۃِ ہُمۡ یُوۡقِنُوۡنَ  -- “dan kepada  akhirat  pun mereka   yakin.” berarti: (a) tempat tinggal ukhrawi, yaitu  kehidupan di hari kemudian; (b) al-akhirah dapat juga berarti wahyu yang akan datang. Arti kedua kata itu lebih lanjut diuraikan dalam QS.62:3-4; di sana Al-Quran menyebut dua kebangkitan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾       وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾   ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾ 
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nyamensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah  walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata,    وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ   --  Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  ٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ -- Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki.  Dan Allah mempunyai karunia yang besar  (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
      Kedatangan Nabi Besar Muhammad saw.   untuk pertama kali terjadi di tengah orang-orang Arab dalam abad ke-7 Masehi, ketika Al-Quran diwahyukan kepada beliau saw., dan yang kedua terjadi di Akhir Zaman  ini dalam wujud seorang dari antara para pengikut beliau saw.. Nubuatan ini menjadi sempurna dalam wujud  Mirza Ghulam Ahmad a.s. atau  Masih Mau’ud a.s.,  Pendiri Jemaat Ahmadiyah ,  yang juga merupakan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran Anyar,   30 Januari 2016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar