Bismillaahirrahmaanirrahiim
KITAB SUCI AL-QURAN
“Kitab Suci Al-Quran adalah
kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak
menyadarinya ”
“Setiap saat hatiku
merindukan untuk mencium Kitab Engkau
dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan
Kabahku”
(Al-Masih-al-Mau’ud a.s.)
Makna Berbagai Tantangan Membuat Tandingan Al-Quran & Munculnya
Para Ahli Kebatinan di Masa Kemunduran Umat Beragama
Bab 35
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam Bab sebelumnya Masih Mau’ud a.s. menjelaskan
mengenai bungkamnya para penentang Al-Quran
terhadap tantangan untuk membuat tandingan kesempurnaan Al-Quran:
“…..Mereka yang karena bernasib
sial sebab tidak memperoleh karunia
berupa keimanan Islam, nyatanya
juga kagum oleh komposisi
yang demikian luar biasa
tersebut, sehingga dalam kerancuan jalan fikiran, mereka
menganggapnya sebagai sihir belaka.
Seorang yang jujur akan menemukan argumentasi yang menguatkan ketiadaan tara Kitab Suci Al-Quran, kenyataan bahwa meskipun sudah 1300 tahun
lamanya Kitab ini menantang para lawan untuk membuat padanannya
serta menyebut mereka yang tetap
saja menentang sebagai orang-orang yang jahat, kotor, terkutuk dan calon pengisi (penghuni) neraka, namun nyatanya para lawan tersebut pasrah mendapat penistaan dan julukan
pendusta, jahat, durhaka, kafir serta kandidat (calon
penghuni) neraka, karena ketidak-mampuan
mereka mencipta -- bahkan satu Surah singkat saja -- sebagai perbandingan.
Mereka juga tidak mampu menemukan
kesalahan dalam keunggulan, sifat-sifat, keagungan dan kebenaran
yang dikemukakan oleh firman Allah Swt..
Mereka masih tetap ditantang bahwa
selama mereka tidak meninggalkan agama
dan kekurangan keimanan mereka, sepatutnya mereka mencoba membuat satu saja padanan
Surah dari Al-Quran dengan
kata-kata yang berisi semua sifat-sifat
internal dan eksternal tersebut seperti
yang terdapat di dalam Al-Quran.” (Brahin-i-Ahmadiyah,
sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. I,
hlm. 409-410, London, 1984).
Sehubungan dengan tantangan
tersebut berikut ini firman Allah Swt. mengenai berbagai bentuk tantangan yang dikemukakan:
وَ اِنۡ کُنۡتُمۡ فِیۡ رَیۡبٍ مِّمَّا
نَزَّلۡنَا عَلٰی عَبۡدِنَا فَاۡتُوۡا بِسُوۡرَۃٍ مِّنۡ مِّثۡلِہٖ ۪ وَ ادۡعُوۡا
شُہَدَآءَکُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اِنۡ
کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ فَاِنۡ لَّمۡ تَفۡعَلُوۡا وَ لَنۡ
تَفۡعَلُوۡا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِیۡ وَقُوۡدُہَا النَّاسُ وَ
الۡحِجَارَۃُ ۚۖ اُعِدَّتۡ لِلۡکٰفِرِیۡنَ
﴿﴾
Dan jika kamu
dalam keraguan mengenai apa
yang telah Kami turunkan kepada hamba
Kami, maka buatlah satu Surah yang semisalnya, dan
panggillah penolong-penolong kamu
selain Allah jika kamu adalah orang-orang
yang benar. فَاِنۡ لَّمۡ تَفۡعَلُوۡا --
Tetapi jika kamu tidak mampu melakukannya, وَ لَنۡ تَفۡعَلُوۡ -- dan kamu tidak akan pernah mampu melakukannya,
فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِیۡ وَقُوۡدُہَا النَّاسُ وَ
الۡحِجَارَۃُ -- maka
peliharalah diri kamu dari Api yang bahan bakarnya manusia dan batu
اُعِدَّتۡ
لِلۡکٰفِرِیۡنَ -- yang disediakan bagi orang-orang kafir (Al-Baqarah [2]:24-25), lihat pula Surah Yunus
[10]:39.
Hikmah Berbagai Macam Tuntutan (Tantangan) Membuat Tandingan
Al-Quran
Masalah
keindahan Al-Quran yang tiada bandingannya telah dibicarakan
pada lima tempat yang berlainan, yaitu dalam QS.2:24; QS.10:39; QS.11:14;
QS.17: 89; dan QS.52:34-35. Dalam dua dari kelima ayat itu (QS.2:24 dan
QS.10:39) tantangannya serupa, sedang
dalam tiga ayat lainnya tiga tuntutan
terpisah dan berbeda telah dimintakan
dari kaum kafir.
Sepintas lalu perbedaan dalam bentuk tantangan di tempat yang berlainan
itu nampaknya seolah-olah tidak sama.
Tetapi keadaan yang sebenarnya tidak demikian. Pada hakikatnya ayat-ayat itu
mengandung tuntutan-tuntutan tertentu
yang berlaku untuk selama-lamanya. Tantangan itu berlaku bahkan hingga sekarang
juga dalam semua bentuk yang berbeda-beda itu, seperti tertera dalam Al-Quran
sebagaimana dahulu berlaku di zaman Nabi
Besar Muhammad saw..
Sebelum menerangkan berbagai
bentuk tantangan itu, baiklah
diperhatikan bahwa disebutnya tantangan-tantangan
dalam Al-Quran senantiasa disertai
oleh pembicaraan mengenai harta kekayaan
dan kekuasaan, kecuali dalam ayat
ini seperti telah dinyatakan di atas,
tidak berisikan tantangan baru tetapi
hanya mengulangi tantangan yang dikemukakan
dalam QS.10:39, firman-Nya:
اَمۡ یَقُوۡلُوۡنَ افۡتَرٰىہُ ؕ قُلۡ فَاۡتُوۡا بِسُوۡرَۃٍ مِّثۡلِہٖ وَ ادۡعُوۡا مَنِ
اسۡتَطَعۡتُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾
Ataukah
mereka mengatakan: “Ia, Rasulullah, telah mengada-adakannya?”
Katakanlah: “Datangkanlah sebuah surah yang semisalnya, dan panggillah
siapa saja selain Allah yang
dapat menolong kamu jika kamu sungguh orang yang benar (Yunus [10]:39).
Ayat-ayat ini memberi tantangan kepada orang-orang kafir, bahwa seandainya sebuah kitab dengan keindahannya
seperti yang dimiliki Al-Quran, dapat
saja dibuat oleh manusia, maka mengapakah mereka tidak
membuat sendiri kitab semacam itu? Tantangan
ini berlaku untuk sepanjang masa.
Dari kenyataan itu dapat diambil kesimpulan dengan aman bahwa ada perhubungan erat antara perkara kekayaan dan kekuasaan dengan tantangan untuk membuat kitab
seperti Al-Quran atau sebagiannya.
Perhubungan itu terletak dalam kenyataan bahwa Al-Quran ditawarkan kepada orang-orang
kafir sebagai khazanah yang sangat berharga.
Al-Quran merupakan “Khazanah
Kekayaan” yang Tak Terhingga
Ketika orang-orang kafir
meminta kekayaan yang bersifat kebendaan dari Nabi Besar Muhammad saw.
(QS.11:13), mereka diberi penjelasan bahwa beliau saw. mempunyai kekayaan yang tidak ada bandingannya dalam bentuk Al-Quran. Dan ketika mereka bertanya: “Mengapakah
tidak diturunkan kepadanya suatu khazanah atau datang bersamanya seorang
malaikat?” (QS.11:13), dikatakan kepada mereka sebagai jawaban bahwa para malaikat
memang telah turun kepada beliau saw., sebab tugas mereka adalah membawa firman Allah Swt. dan memang firman itu telah dilimpahkan
(diwahyukan) kepada beliau saw.
(QS.2:98-100; QS.26:193-198), firman-Nya:
فَلَعَلَّکَ
تَارِکٌۢ بَعۡضَ مَا یُوۡحٰۤی اِلَیۡکَ وَ ضَآئِقٌۢ بِہٖ صَدۡرُکَ اَنۡ یَّقُوۡلُوۡا لَوۡ لَاۤ
اُنۡزِلَ عَلَیۡہِ کَنۡزٌ اَوۡ جَآءَ مَعَہٗ مَلَکٌ ؕ اِنَّمَاۤ اَنۡتَ نَذِیۡرٌ ؕ وَ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ
شَیۡءٍ وَّکِیۡلٌ ﴿ؕ﴾
Maka boleh
jadi orang-orang kafir
mengharap engkau akan meninggalkan
sebahagian dari apa yang diwahyukan
kepada engkau, وَ ضَآئِقٌۢ بِہٖ صَدۡرُکَ -- supaya dada engkau menjadi sempit karenanya, اَنۡ یَّقُوۡلُوۡا
لَوۡ لَاۤ اُنۡزِلَ عَلَیۡہِ کَنۡزٌ اَوۡ جَآءَ مَعَہٗ مَلَکٌ -- karena mereka berkata: ”Mengapa tidak diturunkan kepadanya suatu khazanah atau datang bersamanya seorang malaikat?” اِنَّمَاۤ اَنۡتَ نَذِیۡرٌ ؕ وَ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ
شَیۡءٍ وَّکِیۡلٌ -- Sesungguhnya
engkau hanya seorang pemberi peringatan,
dan Allah adalah Pe-melihara atas segala
sesuatu. (Hūd [11]:13).
Kata la’alla
dipakai untuk menyatakan keadaan yang mengandung harapan maupun ketakutan,
baik keadaan itu bertalian dengan pembicaraan atau orang yang diajak bicara
ataupun dengan seorang orang lain.
Adalah
suatu keistimewaan dalam gubahan Al-Quran, bahwa kadang-kadang banyak pertanyaan ditinggalkan dan hanya jawabannya saja yang diberikan, sedang pertanyaan itu tersimpul dalam jawaban itu sendiri. Ayat ini merupakan
contoh dari keistimewaan semacam itu.
Dalam ayat sebelumnya (QS.11:12) orang-orang yang beriman dijanjikan pengampunan dan ganjaran yang besar. Atas janji
itu orang-orang kafir bertanya kepada
Nabi Besar Muhammad saw. dengan nada mengejek: “Mengapa ganjaran
yang dijanjikan itu, yang tanda-tandanya
kami tidak dapat melihat sedikit pun? Engkau bahkan tidak punya uang yang
sangat diperlukan, dan tidak pula para
malaikat turun dari langit untuk menolong engkau.” Itulah makna
ayat: اَنۡ یَّقُوۡلُوۡا لَوۡ لَاۤ اُنۡزِلَ
عَلَیۡہِ کَنۡزٌ اَوۡ جَآءَ مَعَہٗ مَلَکٌ -- karena mereka berkata: ”Mengapa tidak diturunkan kepadanya suatu khazanah atau datang bersamanya seorang malaikat?”
Provokasi Fir’aun
Terhadap Kaumnya & Jawaban
Al-Quran
Fir’aun pun mengemukakan provokasi hal yang sama mengenai Nabi Musa a.s. dalam mempengaruhi kaumnya agar tidak
mempercayai pendakwaan Nabi Musa
a.s., firman-Nya:
وَ نَادٰی
فِرۡعَوۡنُ فِیۡ قَوۡمِہٖ قَالَ یٰقَوۡمِ اَلَیۡسَ لِیۡ مُلۡکُ مِصۡرَ وَ
ہٰذِہِ الۡاَنۡہٰرُ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِیۡ ۚ اَفَلَا تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ اَمۡ اَنَا
خَیۡرٌ مِّنۡ ہٰذَا الَّذِیۡ ہُوَ مَہِیۡنٌ ۬ۙ وَّ لَا یَکَادُ یُبِیۡنُ ﴿﴾ فَلَوۡ لَاۤ اُلۡقِیَ عَلَیۡہِ اَسۡوِرَۃٌ
مِّنۡ ذَہَبٍ اَوۡ جَآءَ مَعَہُ
الۡمَلٰٓئِکَۃُ مُقۡتَرِنِیۡنَ ﴿﴾ فَاسۡتَخَفَّ
قَوۡمَہٗ فَاَطَاعُوۡہُ ؕ اِنَّہُمۡ
کَانُوۡا قَوۡمًا فٰسِقِیۡنَ ﴿﴾ فَلَمَّاۤ
اٰسَفُوۡنَا انۡتَقَمۡنَا مِنۡہُمۡ فَاَغۡرَقۡنٰہُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ ﴿ۙ﴾ فَجَعَلۡنٰہُمۡ سَلَفًا وَّ
مَثَلًا لِّلۡاٰخِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan Fir’aun mengumumkan kepada kaumnya
dengan berkata: "Hai kaumku, bukankah
kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan sungai-sungai
ini mengalir di bawah kekuasanku? Maka apakah kamu tidak melihat? Atau tidakkah aku lebih baik daripada
orang yang hina ini dan ia
tidak dapat menjelaskan? Mengapakah
tidak dianugerahkan kepadanya
gelang-gelang dari emas, atau datang
bersamanya malaikat-malaikat
yang berkumpul di sekelilingnya?"
فَاسۡتَخَفَّ قَوۡمَہٗ فَاَطَاعُوۡہُ ؕ اِنَّہُمۡ کَانُوۡا قَوۡمًا
فٰسِقِیۡنَ -- Demikianlah ia memperbodoh kaumnya lalu mereka
patuh kepada-nya, sesungguhnya mereka
adalah kaum durhaka. فَلَمَّاۤ اٰسَفُوۡنَا انۡتَقَمۡنَا
مِنۡہُمۡ فَاَغۡرَقۡنٰہُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ -- Maka ketika
mereka membuat Kami murka, Kami menuntut balas dari mereka dan Kami menenggelamkan mereka semua, فَجَعَلۡنٰہُمۡ سَلَفًا وَّ
مَثَلًا لِّلۡاٰخِرِیۡنَ -- Dan Kami
menjadikan mereka kisah yang lalu dan misal
bagi kaum yang akan datang (Az-Zukhruf
[43]:52-57).
Karena Nabi Besar Muhammad saw.
merupakan misal Nabi Musa a.s.
(QS.46:11) maka beliau saw. pun
mengalami tuntutan yang sama dari Abu Jahal dan para pemuka kaum kafir
Quraisy lainnya: اَنۡ یَّقُوۡلُوۡا
لَوۡ لَاۤ اُنۡزِلَ عَلَیۡہِ کَنۡزٌ اَوۡ جَآءَ مَعَہٗ مَلَکٌ -- karena
mereka berkata: ”Mengapa tidak diturunkan kepadanya suatu
khazanah atau datang bersamanya
seorang malaikat?” (Hūd
[11]:13).
Al-Quran menjawab sindiran itu dengan sindiran
pula, katanya: “Wah, alangkah ‘hebatnya’ keberatan yang dikemukakan kaum itu dan
barangkali, hai Nabi, karena takut
tidak mampu menjawabnya maka engkau akan
menyembunyikan sebagian dari wahyu
Kami yang mengandung nubuatan-nubuatan
mengenai kesejahteraan dan keunggulan Islam, itu hanya harapan
mereka belaka, harapan kosong yang sia-sia. Hal demikian tak akan pernah
terjadi.”: فَلَعَلَّکَ تَارِکٌۢ بَعۡضَ مَا یُوۡحٰۤی اِلَیۡکَ -- Maka
boleh jadi orang-orang
kafir mengharap engkau akan
meninggalkan sebahagian dari apa
yang diwahyukan kepada engkau, وَ ضَآئِقٌۢ بِہٖ صَدۡرُکَ -- supaya
dada engkau menjadi sempit karenanya.”
Jadi kedua tuntutan
untuk harta kekayaan dan untuk
turunnya para malaikat telah bersama-sama
dipenuhi oleh Al-Quran, yang
merupakan khazanah yang tidak ada
tara bandingannya diturunkan oleh
para malaikat, dan tantangan untuk membuat semisalnya diajukan sebagai bukti keagungannya yang tiada taranya.
Makna Bermacam-macam Tantangan
Membuat Tandingan Al-Quran
Sekarang mari kita bahas berbagai ayat yang berisi tantangan itu satu persatu. Tuntutan terbesar telah dibuat pada
QS.17:89 yang di dalamnya orang-orang
kafir diminta untuk membuat kitab
seperti Al-Quran seutuhnya dengan
segala sifatnya yang beraneka-ragam itu, firman-Nya:
قُلۡ لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا
بِمِثۡلِ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ وَ لَوۡ کَانَ بَعۡضُہُمۡ
لِبَعۡضٍ ظَہِیۡرًا ﴿﴾
Katakanlah:
“Jika manusia dan jin
benar-benar berhimpun untuk mendatangkan
yang semisal Al-Quran ini, mereka tidak
akan sanggup mendatangkan yang sama seperti ini, walaupun
sebagian mereka membantu sebagian
yang lain” (Bani Israil [17]:89).
Dalam ayat itu orang-orang kafir tidak diminta
mengemukakan buatan mereka seperti Kalamullāh. Mereka boleh mengajukannya
sebagai gubahannya sendiri, dan
menyatakannya sama atau lebih baik daripada Al-Quran. Tetapi oleh karena pada waktu tantangan itu dibuat Al-Quran
belum seluruhnya diwahyukan maka orang-orang kafir tidak diminta untuk
mendatangkan tandingan Al-Quran pada
waktu itu juga, sehingga dengan demikian
tantangan tersebut berisikan nubuatan
bahwa mereka tidak akan mampu membuat
yang serupanya, tidak dalam bentuk yang ada pada waktu itu dan tidak pula
sesudah Al-Quran menjadi lengkap. Lagi pula tantangan itu tidak terbatas kepada orang-orang kafir di zaman Nabi Besar Muhammad saw. saja, tetapi meluas kepada semua orang yang ragu-ragu dan menaruh keberatan
di setiap zaman.
Alasan mengapa orang-orang kafir dalam QS.11:14 diminta
membuat hanya 10 Surah saja
dan bukan seluruh Al-Quran adalah karena persoalan dalam ayat itu tidak
bertalian dengan kesempurnaan Al-Quran
seutuhnya dalam segala segi, melainkan hanya dengan sebagian saja.
Orang-orang kafir telah menuduh bahwa
beberapa bagiannya cacat. Oleh karena
itu mereka tidak diminta membuat kitab
yang lengkap seperti Al-Quran
seutuhnya melainkan hanya 10 Surah
sebagai ganti bagian-bagian Al-Quran yang dianggap mereka cacat agar kebenaran dari pernyataan mereka dapat diuji, firman-Nya:
اَمۡ
یَقُوۡلُوۡنَ افۡتَرٰىہُ ؕ قُلۡ فَاۡتُوۡا بِعَشۡرِ سُوَرٍ مِّثۡلِہٖ مُفۡتَرَیٰتٍ
وَّ ادۡعُوۡا مَنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ فَاِلَّمۡ
یَسۡتَجِیۡبُوۡا لَکُمۡ فَاعۡلَمُوۡۤا اَنَّمَاۤ اُنۡزِلَ بِعِلۡمِ اللّٰہِ وَ
اَنۡ لَّاۤ اِلٰہَ
اِلَّا ہُوَ ۚ فَہَلۡ
اَنۡتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Ataukah
mereka mengatakan: ”Ia telah membuat-buatnya!” Katakanlah:
“Datangkanlah sepuluh surah yang dibuat-buat
semisal itu, dan panggillah siapa
saja yang dapat kamu panggil selain Allah, jika kamu sungguh orang-orang yang benar.” Tetapi jika mereka tidak menerima tantangan kamu maka ketahuilah,
bahwa Al-Quran itu telah
diturunkan dengan ilmu Allah dan bahwa tidak
ada Tuhan kecuali Dia, maka maukah kamu menjadi orang yang berserah diri? (Hūd [11]:14-15).
Adapun
mengenai pemilihan jumlah khusus 10 surah
untuk tujuan itu, baik diperhatikan di sini, bahwa oleh karena dalam QS.17:89 Al-Quran seutuhnya didakwakan Kitab yang sempurna, maka para penentangnya diminta membuat yang serupa seutuhnya,
tetapi karena dalam QS.11:14 pokok
persoalannya ialah bagian-bagiannya
yang tertentu dicela maka mereka diminta memilih sepuluh bagian demikian yang nampaknya kepada mereka sangat cacat dan kemudian membuat suatu gubahan yang seperti bagian-bagian Al-Quran yang dicela itu.
Lima Sifat Al-Quran yang Menonjol
Dalam QS.10:39 orang-orang kafir
diminta membuat yang serupa dengan hanya satu
Surah Al-Quran. Hal itu disebabkan bahwa berlainan dengan dua ayat tersebut
di atas, tantangan dalam ayat itu
berupa dukungan pada pengakuan Al-Quran sendiri dan bukan
sebagai bantahan terhadap suatu tuduhan dari orang-orang kafir.
Dalam QS.10:38 Al-Quran mendakwakan memiliki 5 sifat yang menonjol. Sebagai dukungan kepada pengakuan tersebut ayat
QS.10:39 mengajukan tantangan kepada
mereka yang menolak atau meragukannya untuk membuat satu Surah saja, yang mengandung sifat-sifat itu sama sempurnanya seperti yang ada dalam Surah
ke-10, firman-Nya:
وَ مَا کَانَ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنُ اَنۡ یُّفۡتَرٰی مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ لٰکِنۡ تَصۡدِیۡقَ الَّذِیۡ بَیۡنَ یَدَیۡہِ وَ تَفۡصِیۡلَ الۡکِتٰبِ لَا رَیۡبَ فِیۡہِ مِنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿۟﴾ اَمۡ یَقُوۡلُوۡنَ افۡتَرٰىہُ ؕ قُلۡ فَاۡتُوۡا بِسُوۡرَۃٍ مِّثۡلِہٖ وَ ادۡعُوۡا مَنِ
اسۡتَطَعۡتُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾
Dan sekali-kali tidak mungkin bahwa Al-Quran itu diada-adakan oleh
wujud selain Allah, akan tetapi ia
menggenapi Kitab
yang diturunkan sebelumnya dan menjelaskan
Kitab itu, tidak ada keraguan di dalamnya, berasal dari Rabb
(Tuhan) seluruh alam. Ataukah mereka mengatakan: “Ia, Rasulullah, telah mengada-adakannya?”
Katakanlah: “Datangkanlah sebuah surah yang semisalnya,
dan panggillah siapa saja
selain Allah yang dapat menolong kamu jika kamu sungguh orang yang benar (Yunus [10]:38-39).
Ayat ini memberikan lima alasan yang sangat jelas untuk
memperlihatkan bahwa Al- Quran itu firman Allah Swt. yang diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad
saw.
(a) Al-Quran membahas masalah-masalah yang ada di luar kemampuan manusia untuk mengetahuinya, dan hanya mungkin diwahyukan oleh Allah Swt. saja (QS.18:110; QS.32:28; QS.21:31-34);
QS.47:25).
(b) Nubuatan-nubuatan nabi-nabi terdahulu mengenai Al-Quran dan Nabi Besar Muhammad saw. membuktikan bahwa asal-muasal Al-Quran itu dari Allah Swt.. (QS.2:147;
QS.6:21).
(c) Al-Quran menerangkan dan
menguraikan ajaran kitab-kitab suci
terdahulu dengan cara yang begitu jelas dan luas, sehingga tidak ada kitab suci lain mana pun yang pernah
melakukannya dengan cara demikian (QS.87:15-20).
(d) Al-Quran mengandung segala alasan dan dalil yang diperlukan untuk membuktikan bahwa asal-muasalnya dari Allah
Swt. dan tidak memerlukan pertolongan
atau dukungan dari orang luar atau
dari kitab lain mana pun untuk tujuan
itu (QS.4:83; QS.47:25).
(e) Berbeda dengan kitab-kitab suci
lainnya Al-Quran memenuhi kepentingan dan keperluan akhlak seluruh umat
manusia dalam segala keadaan (QS.2:186; QS.2:20 & 86; QS.7:159;
QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29).
Jadi, ayat-ayat
ini (Yunus
[10]:38-39) memberi tantangan kepada orang-orang kafir, bahwa seandainya
sebuah kitab dengan keindahannya seperti yang dimiliki Al-Quran dapat saja dibuat oleh manusia, maka
mengapakah mereka tidak membuat sendiri
kitab semacam itu? Tantangan ini
berlaku untuk sepanjang masa: صٰدِقِیۡنَ کُنۡتُمۡ اِنۡ قُلۡ فَاۡتُوۡا بِسُوۡرَۃٍ مِّثۡلِہٖ وَ ادۡعُوۡا مَنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ -- “Katakanlah: “Datangkanlah sebuah surah yang semisalnya, dan panggillah
siapa saja selain Allah yang dapat menolong kamu
jika kamu sungguh orang yang benar.”
Tidak Akan Pernah Mampu Menggubah Tandingan
Al-Quran
Tantangan kelima ialah agar membuat tandingan
Al-Quran seperti terkandung dalam ayat ini (QS.2:24), dan di sini pun
seperti dalam QS.10:39 orang-orang kafir
diminta mengemukakan satu Surah yang serupa dengan salah satu Surah Al-Quran, firman-Nya:
وَ اِنۡ کُنۡتُمۡ فِیۡ رَیۡبٍ مِّمَّا
نَزَّلۡنَا عَلٰی عَبۡدِنَا فَاۡتُوۡا بِسُوۡرَۃٍ مِّنۡ مِّثۡلِہٖ ۪ وَ ادۡعُوۡا
شُہَدَآءَکُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اِنۡ
کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ فَاِنۡ لَّمۡ تَفۡعَلُوۡا وَ لَنۡ
تَفۡعَلُوۡا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِیۡ وَقُوۡدُہَا النَّاسُ وَ
الۡحِجَارَۃُ ۚۖ اُعِدَّتۡ لِلۡکٰفِرِیۡنَ
﴿﴾
Dan jika kamu
dalam keraguan mengenai apa
yang telah Kami turunkan kepada hamba
Kami, maka buatlah satu Surah yang semisalnya, dan
panggillah penolong-penolong kamu
selain Allah jika kamu adalah orang-orang
yang benar. فَاِنۡ لَّمۡ تَفۡعَلُوۡا --
Tetapi jika kamu tidak mampu melakukannya, وَ لَنۡ تَفۡعَلُوۡ -- dan kamu tidak akan pernah mampu melakukannya,
فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِیۡ وَقُوۡدُہَا النَّاسُ وَ
الۡحِجَارَۃُ -- maka
peliharalah diri kamu dari Api yang bahan bakarnya manusia dan batu
اُعِدَّتۡ
لِلۡکٰفِرِیۡنَ -- yang disediakan bagi orang-orang kafir (Al-Baqarah [2]:24-25),
Tantangan ini didahului oleh
pengakuan bahwa Al-Quran membimbing orang-orang bertakwa ke tingkat-tingkat tertinggi kemajuan ruhani. Orang-orang kafir
diseru bahwa bila mereka ada dalam keraguan
mengenai berasalnya Al-Quran dari Allah
Swt. maka mereka hendaknya
menampilkan satu Surah yang kiranya
dapat menandinginya dalam pengaruh ruhani terhadap para pengikutnya.
Keterangan-keterangan di atas
memperlihatkan bahwa semua tantangan
yang menyeru orang-orang kafir membuat buku
sebagai tandingan Al-Quran itu berbeda sekali dan terpisah dari satu sama lain, dan semuanya berlaku untuk sepanjang zaman,
tidak ada yang melebihi atau membatalkan yang lain.
Tetapi karena Al-Quran itu mengandung gagasan-gagasan yang mulia dan agung, maka tidak dapat tidak sudah seharusnya dipilih kata-kata yang sangat indah dan tepat serta gaya bahasa
yang paling murni, sebagai wahana untuk membawakan gagasan-gagasan itu, sebab jika tidak demikian maka pokok pembahasannya mungkin akan tetap gelap dan penuh keragu-raguan
serta keindahan paripurna Al-Quran niscaya akan ternoda.
Jadi, dalam bentuk dan segi apa pun orang-orang kafir telah ditantang untuk mengemukakan suatu gubahan seperti Al-Quran, tuntutan akan keindahan gaya bahasa dan kecantikan
pilihan kata-katanya yang setanding dengan Al-Quran, merupakan pula bagian tantangan
itu, firman-Nya:
اَمۡ یَقُوۡلُوۡنَ تَقَوَّلَہٗ ۚ
بَلۡ لَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۚ﴾ فَلۡیَاۡتُوۡا
بِحَدِیۡثٍ مِّثۡلِہٖۤ اِنۡ کَانُوۡا صٰدِقِیۡنَ ﴿ؕ﴾
Apakah
mereka berkata: “Ia telah mengada-adakan hal itu?” Tidak, bahkan mereka tidak beriman. Maka
hendaknya mereka mendatangkan suatu firman lain seperti ini, jika mereka orang-orang benar (Ath-Thūr
[52]:34-35).
Taqawwala berarti: ia berbohong; ia
menisbahkan kepada seseorang menga-takan sesuatu yang tidak dikatakan olehnya (Al-Aqrab-ul-Mawarid). Ayat ini menyangkal
tuduhan orang-orang kafir
terhadap Nabi Besar Muhammad saw., bahwa beliau saw. pemalsu.
Keunikan Sempurna Al-Quran &
Munculnya Ahli-ahli Kebatinan di Masa
Kemunduran
Umat Beragama
Seandainya Nabi Besar Muhammad saw. – seperti nampaknya
ayat ini memberikan tantangan kepada
mereka – tidak menerima wahyu dari Tuhan dan Al-Quran hanya merupakan gubahan
beliau saw. sendiri, maka hendaknya mereka membuat
suatu kitab seperti itu, dan
hendaknya digubah dalam gaya bahasa demikian
indahnya dan pilihan kata-katanya
yang indah tidak ada taranya seperti
Al-Quran, dan seperti Al-Quran pula hendaknya membahas dengan teliti
dan secara jitu segala persoalan akhlak dan keruhanian manusia yang rumit lagi
pelik, serta memenuhi keperluan dan hasrat manusia yang banyak serta beraneka ragam, lalu memberikan pengaruh yang demikian kuat
atas kehidupan para pe-nganutnya, dan di atas itu semua itu harus menjadi gudang segala kebenaran yang
kekal dan ajaran-ajaran abadi.
Lebih lanjut orang-orang kafir ditantang supaya membuat sebuah kitab menyerupai Al-Quran, dengan mengerjakan
segala usaha mereka memanggil “semua manusia dan jin” untuk mengerahkan serta menyatukan daya-upaya mereka. Tetapi dengan tegas Al-Quran menyatakan bahwa mereka tidak akan mampu membuat sebuah kitab semacam itu, sebab Al-Quran adalah firman Allāh Swt. Sendiri yang diwahyukan.
Firman Allah Swt. berikut
mempertegas lagi mengenai kesia-siaan para penentang Al-Quran untuk membuat gubahan
yang serupa dengan kesempurnaan Al-Quran
dalam segala seginya, diantaranya
memiliki kemampuan “menghidupkan” akhlak
dan ruhani umat manusia, firman-Nya:
وَ
یَسۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ الرُّوۡحِ ؕ قُلِ الرُّوۡحُ مِنۡ اَمۡرِ رَبِّیۡ وَ مَاۤ اُوۡتِیۡتُمۡ مِّنَ الۡعِلۡمِ اِلَّا قَلِیۡلًا ﴿﴾ وَ لَئِنۡ شِئۡنَا
لَنَذۡہَبَنَّ بِالَّذِیۡۤ اَوۡحَیۡنَاۤ
اِلَیۡکَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَکَ بِہٖ عَلَیۡنَا
وَکِیۡلًا ﴿ۙ﴾ اِلَّا رَحۡمَۃً
مِّنۡ رَّبِّکَ ؕ اِنَّ
فَضۡلَہٗ کَانَ عَلَیۡکَ کَبِیۡرًا ﴿﴾ قُلۡ لَّئِنِ
اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا
الۡقُرۡاٰنِ لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ وَ لَوۡ کَانَ بَعۡضُہُمۡ لِبَعۡضٍ ظَہِیۡرًا ﴿﴾
Dan mereka bertanya kepada engkau mengenai ruh, katakanlah: “Ruh telah diciptakan atas perintah Rabb-ku (Tuhan-ku), dan kamu sama sekali tidak diberi ilmu mengenai itu melainkan sedikit.” وَ لَئِنۡ شِئۡنَا لَنَذۡہَبَنَّ بِالَّذِیۡۤ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَکَ
بِہٖ عَلَیۡنَا وَکِیۡلًا -- Dan jika
Kami benar-benar menghendaki,
niscaya Kami mengam-bil kembali apa
yang telah Kami wahyukan kepada engkau kemudian engkau
tidak akan memperoleh penjaga baginya terhadap Kami dalam hal itu. اِلَّا
رَحۡمَۃً مِّنۡ رَّبِّکَ -- Kecuali karena rahmat dari Rabb (Tuhan) engkau, اِنَّ فَضۡلَہٗ کَانَ عَلَیۡکَ کَبِیۡرًا --sesungguhnya
karunia-Nya sangat besar kepada
engkau. قُلۡ لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ
عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ -- Katakanlah:
“Jika manusia dan jin
benar-benar berhimpun untuk mendatangkan
yang semisal Al-Quran ini, لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ -- mereka tidak akan sanggup mendatangkan
yang sama seperti ini, وَ لَوۡ
کَانَ بَعۡضُہُمۡ لِبَعۡضٍ ظَہِیۡرًا -- walaupun
sebagian mereka membantu sebagian yang lain” (Bani
Israil [17]:86-89).
Dalam
masa kemunduran dan kejatuhan ruhani mereka nampaknya orang-orang
Yahudi asyik berkecimpung dalam kebiasaan-kebiasaan ilmu klenik (occult), seperti halnya banyak ahli kebatinan modern, para pengikut gerakan teosofi dan yogi-yogi
Hindu.
Dua Cara Allah Swt. Menciptakan
Nampaknya di masa Nabi Besar
Muhammad saw. pun beberapa orang Yahudi di Medinah telah menempuh cara-cara kebiasaan semacam itu. Itulah sebabnya mengapa ketika orang-orang musyrik Mekkah mencari
bantuan orang-orang Yahudi untuk membungkam Nabi Besar Muhammad saw., mereka memberi saran supaya orang-orang musyrik Mekkah itu menanyakan
kepada beliau saw. hakikat ruh manusia.
Dalam ayat yang sedang dibahas
ini Al-Quran menjawab pertanyaan
mereka dengan mengatakan bahwa ruh memperoleh daya kekuatannya dari perintah
Ilahi, dan apa pun yang menurut kepercayaan orang dapat diperoleh dengan
perantaraan apa yang dikatakan latihan-latihan
batin dan ilmu sihir, adalah
semata-mata tipu dan omong-kosong belaka.
Menurut riwayat pertanyaan-pertanyaan
mengenai sifat ruh manusia
pertama-tama diajukan kepada Nabi Besar Muhammad saw. di kota Mekkah oleh orang-orang Quraisy dan kemudian menurut ‘Abdullah bin Mas’ud r.a oleh orang-orang
Yahudi di Medinah.
Di sini ruh
disebut sesuatu yang diciptakan atas perintah langsung dari Allah Swt.:
قُلِ الرُّوۡحُ مِنۡ
اَمۡرِ رَبِّیۡ وَ مَاۤ
اُوۡتِیۡتُمۡ مِّنَ الۡعِلۡمِ اِلَّا
قَلِیۡلًا -- katakanlah: “Ruh telah diciptakan atas perintah Rabb-ku (Tuhan-ku), dan kamu sama sekali tidak
diberi ilmu mengenai itu melainkan
sedikit.”
Menurut Al-Quran, semua penciptaan
terdiri dari dua jenis: (1) Kejadian permulaan yang dilaksanakan tanpa mempergunakan zat atau benda yang telah
diciptakan sebelumnya. (2) Kejadian selanjutnya yang dilaksanakan dengan
mempergunakan sarana dan benda yang telah diciptakan sebelumnya.
Kejadian macam pertama termasuk jenis amr
(arti harfiahnya ialah perintah: Kun
fayakun) yang untuk itu lihat QS.2:118, dan yang terakhir disebut khalq
(arti harfiahnya ialah menciptakan). Ruh
manusia termasuk jenis penciptaan pertama (amr). Kata ruh itu berarti wahyu Ilahi
(Lexicon Lane). Letaknya kata
ini di sini agaknya mendukung arti demikian.
Ayat 87 nampaknya mengandung nubuatan bahwa akan datang suatu saat ketika ilmu Al-Quran akan lenyap dari bumi (QS.32:6). Nubuatan Nabi Besar Muhammad saw. serupa itu telah diriwayatkan
oleh Mardawaih, Baihaqi, dan Ibn Majah,
ketika ruh dan jiwa ajaran Al-Quran akan
hilang lenyap dari bumi, dan
semua orang yang dikenal sebagai ahli-ahli mistik dan para sufi yang mengakui memiliki kekuatan batin istimewa — seperti pula
diakui oleh segolongan orang-orang Yahudi
dahulu kala yang sifatnya serupa dengan mereka — tidak akan berhasil mengembalikan jiwa ajaran Al-Quran dengan usaha mereka
bersama-sama -- sebagaimana yang terjadi
di Akhir Zaman ini --
firman-Nya: قُلۡ لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ
وَ الۡجِنُّ عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ -- Katakanlah: “Jika manusia
dan jin benar-benar berhimpun untuk mendatangkan
yang semisal Al-Quran ini, لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ -- mereka tidak akan sanggup mendatangkan
yang sama seperti ini, وَ لَوۡ
کَانَ بَعۡضُہُمۡ لِبَعۡضٍ ظَہِیۡرًا -- walaupun
sebagian mereka membantu sebagian yang lain” (Bani
Israil [17]:89).
Tantangan ini pertama-tama diajukan
kepada mereka yang berkecimpung dalam kebiasaan-kebiasaan
klenik, supaya mereka meminta pertolongan
ruh-ruh gaib, yang darinya orang-orang ahli
kebatinan itu — menurut pengakuannya
sendiri — menerima ilmu ruhani. Tetapi
tantangan ini pun berlaku pula untuk semua orang yang menolak Al-Quran
bersumber pada Allah Swt. dan tantangan
tersebut berlaku untuk sepanjang masa.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran
Anyar, 13 Februari
2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar