Rabu, 17 Februari 2016

Makna Berbagai "Tantangan" Membuat Tandingan Al-Quran & Munculnya Para Ahli Kebatinan di Masa Kemunduran Umat Beragama



Bismillaahirrahmaanirrahiim



KITAB SUCI AL-QURAN

Kitab Suci Al-Quran adalah kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak menyadarinya

“Setiap saat hatiku merindukan untuk mencium Kitab  Engkau dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan Kabahku”

 (Al-Masih-al-Mau’ud a.s.)


Makna Berbagai Tantangan Membuat  Tandingan   Al-Quran & Munculnya Para Ahli Kebatinan di Masa Kemunduran Umat Beragama 

Bab 35


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam Bab sebelumnya Masih Mau’ud a.s. menjelaskan mengenai  bungkamnya para penentang Al-Quran terhadap  tantangan  untuk membuat tandingan kesempurnaan Al-Quran:
    “…..Mereka yang karena bernasib sial sebab tidak memperoleh karunia berupa keimanan Islam, nyatanya juga  kagum oleh komposisi yang demikian luar biasa tersebut,  sehingga dalam kerancuan jalan fikiran, mereka menganggapnya sebagai sihir belaka.
   Seorang yang jujur akan menemukan argumentasi yang menguatkan ketiadaan tara Kitab Suci Al-Quran, kenyataan bahwa meskipun sudah 1300 tahun lamanya Kitab ini menantang para lawan untuk membuat padanannya serta menyebut mereka yang tetap saja menentang sebagai orang-orang yang jahat, kotor, terkutuk dan calon pengisi (penghuni) neraka, namun nyatanya para lawan tersebut pasrah mendapat penistaan dan julukan pendusta, jahat, durhaka, kafir serta kandidat (calon penghuni) neraka,  karena ketidak-mampuan mereka mencipta -- bahkan satu Surah singkat saja --  sebagai perbandingan.
       Mereka juga tidak mampu menemukan kesalahan dalam keunggulan, sifat-sifat, keagungan dan kebenaran yang dikemukakan oleh firman Allah Swt.. Mereka masih tetap ditantang bahwa selama mereka tidak meninggalkan agama dan kekurangan keimanan mereka, sepatutnya mereka mencoba membuat satu saja padanan Surah dari Al-Quran dengan kata-kata yang berisi semua sifat-sifat internal dan eksternal tersebut seperti yang terdapat di dalam Al-Quran.” (Brahin-i-Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. I, hlm.  409-410, London, 1984).
       Sehubungan dengan  tantangan tersebut  berikut ini  firman Allah Swt.  mengenai berbagai bentuk tantangan  yang dikemukakan:
وَ اِنۡ کُنۡتُمۡ فِیۡ رَیۡبٍ مِّمَّا نَزَّلۡنَا عَلٰی عَبۡدِنَا فَاۡتُوۡا بِسُوۡرَۃٍ مِّنۡ مِّثۡلِہٖ ۪ وَ ادۡعُوۡا شُہَدَآءَکُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ  اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ فَاِنۡ لَّمۡ تَفۡعَلُوۡا وَ لَنۡ تَفۡعَلُوۡا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِیۡ وَقُوۡدُہَا النَّاسُ وَ الۡحِجَارَۃُ  ۚۖ اُعِدَّتۡ لِلۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan jika kamu  dalam keraguan mengenai apa yang telah Kami turunkan kepada hamba Kami, maka  buatlah satu Surah yang semisalnya, dan panggillah penolong-penolong kamu selain Allah jika kamu  adalah orang-orang yang benar.  فَاِنۡ لَّمۡ تَفۡعَلُوۡا -- Tetapi jika kamu  tidak mampu melakukannya, وَ لَنۡ تَفۡعَلُوۡ  -- dan kamu tidak akan pernah mampu melakukannya, فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِیۡ وَقُوۡدُہَا النَّاسُ وَ الۡحِجَارَۃُ    -- maka peliharalah diri kamu dari Api  yang bahan bakarnya  manusia  dan batu  اُعِدَّتۡ لِلۡکٰفِرِیۡنَ  -- yang disediakan bagi orang-orang kafir   (Al-Baqarah [2]:24-25), lihat pula  Surah Yunus [10]:39.

Hikmah Berbagai Macam Tuntutan (Tantangan) Membuat Tandingan Al-Quran

    Masalah keindahan Al-Quran yang tiada bandingannya telah dibicarakan pada lima tempat yang berlainan, yaitu dalam QS.2:24; QS.10:39; QS.11:14; QS.17: 89; dan QS.52:34-35. Dalam dua dari kelima ayat itu (QS.2:24 dan QS.10:39) tantangannya serupa, sedang dalam tiga ayat lainnya tiga tuntutan terpisah dan berbeda telah dimintakan dari kaum kafir.
    Sepintas lalu perbedaan dalam bentuk tantangan di tempat yang berlainan itu  nampaknya seolah-olah tidak sama. Tetapi keadaan yang sebenarnya tidak demikian. Pada hakikatnya ayat-ayat itu mengandung tuntutan-tuntutan tertentu yang berlaku untuk selama-lamanya. Tantangan itu berlaku bahkan hingga sekarang juga dalam semua bentuk yang berbeda-beda itu, seperti tertera dalam Al-Quran sebagaimana dahulu berlaku di zaman  Nabi Besar Muhammad saw..
     Sebelum menerangkan berbagai bentuk tantangan itu, baiklah diperhatikan bahwa disebutnya tantangan-tantangan dalam Al-Quran senantiasa disertai oleh pembicaraan mengenai harta kekayaan dan kekuasaan, kecuali dalam ayat ini  seperti telah dinyatakan di atas, tidak berisikan tantangan baru tetapi hanya mengulangi tantangan yang dikemukakan dalam QS.10:39, firman-Nya:
اَمۡ یَقُوۡلُوۡنَ افۡتَرٰىہُ ؕ قُلۡ فَاۡتُوۡا بِسُوۡرَۃٍ مِّثۡلِہٖ وَ ادۡعُوۡا مَنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ  اِنۡ  کُنۡتُمۡ  صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾
Ataukah mereka mengatakan: “Ia, Rasulullah,  telah mengada-adakannya?” Katakanlah:  Datangkanlah sebuah surah yang semisalnya,  dan panggillah siapa saja selain Allah yang dapat menolong kamu  jika  kamu sungguh orang yang benar   (Yunus [10]:39).
       Ayat-ayat ini memberi tantangan kepada orang-orang kafir, bahwa seandainya sebuah kitab dengan keindahannya seperti yang dimiliki Al-Quran, dapat saja dibuat oleh manusia, maka mengapakah mereka tidak membuat sendiri kitab semacam itu? Tantangan ini berlaku untuk sepanjang masa.
Dari kenyataan itu dapat diambil kesimpulan dengan aman bahwa ada perhubungan erat antara perkara kekayaan dan kekuasaan dengan tantangan untuk membuat kitab seperti Al-Quran atau sebagiannya. Perhubungan itu terletak dalam kenyataan bahwa Al-Quran ditawarkan kepada orang-orang kafir sebagai khazanah yang sangat berharga.

Al-Quran merupakan “Khazanah Kekayaan” yang Tak Terhingga

    Ketika orang-orang kafir meminta kekayaan yang bersifat kebendaan dari Nabi Besar Muhammad saw. (QS.11:13), mereka diberi penjelasan bahwa beliau saw. mempunyai kekayaan yang tidak ada bandingannya dalam bentuk Al-Quran. Dan ketika mereka bertanya: “Mengapakah tidak diturunkan kepadanya suatu khazanah atau datang bersamanya seorang malaikat?” (QS.11:13), dikatakan kepada mereka sebagai jawaban bahwa para malaikat memang telah turun kepada beliau saw., sebab tugas mereka adalah  membawa firman Allah Swt.   dan memang firman itu telah dilimpahkan  (diwahyukan) kepada beliau saw. (QS.2:98-100; QS.26:193-198),  firman-Nya:
فَلَعَلَّکَ تَارِکٌۢ بَعۡضَ مَا یُوۡحٰۤی اِلَیۡکَ وَ ضَآئِقٌۢ  بِہٖ صَدۡرُکَ اَنۡ یَّقُوۡلُوۡا لَوۡ لَاۤ اُنۡزِلَ عَلَیۡہِ  کَنۡزٌ  اَوۡ جَآءَ مَعَہٗ مَلَکٌ ؕ اِنَّمَاۤ  اَنۡتَ نَذِیۡرٌ ؕ وَ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ وَّکِیۡلٌ ﴿ؕ﴾
Maka  boleh jadi  orang-orang kafir mengharap engkau akan meninggalkan sebahagian dari apa yang diwahyukan kepada engkau, وَ ضَآئِقٌۢ  بِہٖ صَدۡرُکَ  -- supaya dada engkau menjadi sempit karenanya, اَنۡ یَّقُوۡلُوۡا لَوۡ لَاۤ اُنۡزِلَ عَلَیۡہِ  کَنۡزٌ  اَوۡ جَآءَ مَعَہٗ مَلَکٌ -- karena mereka berkata:  Mengapa tidak diturunkan kepadanya suatu khazanah atau datang bersamanya seorang malaikat?”  اِنَّمَاۤ  اَنۡتَ نَذِیۡرٌ ؕ وَ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ وَّکِیۡلٌ -- Sesungguhnya engkau hanya seorang pemberi peringatan, dan Allah adalah Pe-melihara atas segala sesuatu. (Hūd [11]:13).
   Kata la’alla dipakai untuk menyatakan keadaan yang mengandung harapan maupun ketakutan, baik keadaan itu bertalian dengan pembicaraan atau orang yang diajak bicara ataupun dengan seorang orang lain.
    Adalah suatu keistimewaan dalam gubahan Al-Quran, bahwa kadang-kadang banyak pertanyaan ditinggalkan dan hanya jawabannya saja yang diberikan, sedang pertanyaan itu tersimpul dalam jawaban itu sendiri. Ayat ini merupakan contoh dari keistimewaan semacam itu.
   Dalam ayat sebelumnya (QS.11:12) orang-orang yang beriman dijanjikan pengampunan dan ganjaran yang besar. Atas janji itu orang-orang kafir bertanya kepada  Nabi Besar Muhammad saw.  dengan nada mengejek: “Mengapa ganjaran yang dijanjikan itu, yang tanda-tandanya kami tidak dapat melihat sedikit pun? Engkau bahkan tidak punya uang yang sangat diperlukan, dan tidak pula para malaikat turun dari langit untuk menolong engkau.” Itulah makna ayat:   اَنۡ یَّقُوۡلُوۡا لَوۡ لَاۤ اُنۡزِلَ عَلَیۡہِ  کَنۡزٌ  اَوۡ جَآءَ مَعَہٗ مَلَکٌ -- karena mereka berkata:  Mengapa tidak diturunkan kepadanya suatu khazanah atau datang bersamanya seorang malaikat?”

Provokasi Fir’aun Terhadap Kaumnya & Jawaban Al-Quran

     Fir’aun pun mengemukakan provokasi hal yang sama mengenai Nabi Musa a.s. dalam mempengaruhi kaumnya agar tidak mempercayai pendakwaan Nabi Musa a.s., firman-Nya:
وَ نَادٰی فِرۡعَوۡنُ فِیۡ  قَوۡمِہٖ  قَالَ یٰقَوۡمِ اَلَیۡسَ لِیۡ مُلۡکُ مِصۡرَ وَ ہٰذِہِ  الۡاَنۡہٰرُ تَجۡرِیۡ مِنۡ  تَحۡتِیۡ ۚ اَفَلَا  تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ؕ﴾  اَمۡ اَنَا خَیۡرٌ  مِّنۡ ہٰذَا الَّذِیۡ ہُوَ  مَہِیۡنٌ ۬ۙ وَّ لَا یَکَادُ  یُبِیۡنُ ﴿﴾  فَلَوۡ لَاۤ  اُلۡقِیَ عَلَیۡہِ  اَسۡوِرَۃٌ  مِّنۡ ذَہَبٍ اَوۡ جَآءَ  مَعَہُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  مُقۡتَرِنِیۡنَ ﴿﴾  فَاسۡتَخَفَّ قَوۡمَہٗ  فَاَطَاعُوۡہُ ؕ اِنَّہُمۡ کَانُوۡا قَوۡمًا فٰسِقِیۡنَ ﴿﴾  فَلَمَّاۤ  اٰسَفُوۡنَا انۡتَقَمۡنَا مِنۡہُمۡ فَاَغۡرَقۡنٰہُمۡ  اَجۡمَعِیۡنَ ﴿ۙ﴾   فَجَعَلۡنٰہُمۡ  سَلَفًا وَّ  مَثَلًا  لِّلۡاٰخِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan Fir’aun mengumumkan kepada kaumnya dengan berkata: "Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan sungai-sungai ini mengalir di bawah kekuasanku? Maka apakah kamu tidak melihat?    Atau tidakkah aku lebih baik daripada orang   yang hina ini  dan ia tidak dapat menjelaskan?    Mengapakah tidak dianugerahkan kepadanya gelang-gelang dari emas, atau datang bersamanya  malaikat-malaikat yang berkumpul di sekelilingnya?"  فَاسۡتَخَفَّ قَوۡمَہٗ  فَاَطَاعُوۡہُ ؕ اِنَّہُمۡ کَانُوۡا قَوۡمًا فٰسِقِیۡنَ  --  Demikianlah ia memperbodoh kaumnya lalu mereka patuh kepada-nya, sesungguhnya mereka adalah kaum durhaka.  فَلَمَّاۤ  اٰسَفُوۡنَا انۡتَقَمۡنَا مِنۡہُمۡ فَاَغۡرَقۡنٰہُمۡ  اَجۡمَعِیۡنَ  --  Maka ketika mereka membuat Kami murka,  Kami menuntut balas dari mereka dan Kami menenggelamkan mereka semua,  فَجَعَلۡنٰہُمۡ  سَلَفًا وَّ  مَثَلًا  لِّلۡاٰخِرِیۡنَ --  Dan Kami menjadikan mereka kisah yang lalu dan misal bagi kaum yang akan datang (Az-Zukhruf [43]:52-57).
        Karena Nabi Besar Muhammad saw. merupakan misal Nabi Musa a.s. (QS.46:11)  maka  beliau saw. pun mengalami tuntutan yang sama dari Abu Jahal dan para pemuka kaum kafir Quraisy lainnya:  اَنۡ یَّقُوۡلُوۡا لَوۡ لَاۤ اُنۡزِلَ عَلَیۡہِ  کَنۡزٌ  اَوۡ جَآءَ مَعَہٗ مَلَکٌ -- karena mereka berkata:  Mengapa tidak diturunkan kepadanya suatu khazanah atau datang bersamanya seorang malaikat?”  (Hūd [11]:13).
Al-Quran menjawab sindiran itu dengan sindiran pula, katanya: “Wah, alangkah ‘hebatnya’ keberatan yang dikemukakan kaum itu dan barangkali, hai Nabi, karena takut tidak mampu menjawabnya maka engkau akan menyembunyikan sebagian dari wahyu Kami yang mengandung nubuatan-nubuatan mengenai kesejahteraan dan keunggulan Islam, itu hanya harapan mereka belaka, harapan kosong yang sia-sia. Hal demikian tak akan pernah terjadi.”:  فَلَعَلَّکَ تَارِکٌۢ بَعۡضَ مَا یُوۡحٰۤی اِلَیۡکَ  -- Maka boleh jadi  orang-orang kafir mengharap engkau akan meninggalkan sebahagian dari apa yang diwahyukan kepada engkau, وَ ضَآئِقٌۢ  بِہٖ صَدۡرُکَ  -- supaya dada engkau menjadi sempit karenanya.”
     Jadi kedua tuntutan untuk harta kekayaan dan untuk turunnya para malaikat telah bersama-sama dipenuhi oleh Al-Quran, yang merupakan khazanah yang tidak ada tara bandingannya diturunkan oleh para malaikat, dan tantangan untuk membuat semisalnya diajukan sebagai bukti keagungannya yang tiada taranya.

Makna Bermacam-macam Tantangan Membuat Tandingan Al-Quran

    Sekarang mari kita bahas  berbagai ayat yang berisi tantangan itu satu persatu. Tuntutan terbesar telah dibuat pada QS.17:89 yang di dalamnya orang-orang kafir diminta untuk membuat kitab seperti Al-Quran seutuhnya dengan segala sifatnya yang beraneka-ragam itu, firman-Nya:
قُلۡ لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ وَ لَوۡ کَانَ بَعۡضُہُمۡ لِبَعۡضٍ  ظَہِیۡرًا ﴿﴾
Katakanlah: “Jika  manusia dan jin benar-benar berhimpun  untuk mendatangkan yang semisal Al-Quran ini, mereka tidak akan sanggup mendatangkan yang sama seperti ini,  walaupun  sebagian mereka membantu sebagian yang lain” (Bani Israil [17]:89).
    Dalam ayat itu orang-orang kafir tidak diminta mengemukakan buatan mereka seperti Kalamullāh. Mereka boleh mengajukannya sebagai gubahannya sendiri, dan menyatakannya sama atau lebih baik daripada Al-Quran. Tetapi oleh karena pada waktu tantangan itu dibuat Al-Quran belum seluruhnya diwahyukan maka orang-orang kafir tidak diminta untuk mendatangkan tandingan Al-Quran pada waktu itu juga, sehingga  dengan demikian tantangan tersebut berisikan nubuatan bahwa mereka tidak akan mampu membuat yang serupanya, tidak dalam bentuk yang ada pada waktu itu dan tidak pula sesudah Al-Quran menjadi lengkap. Lagi pula tantangan itu tidak terbatas kepada orang-orang kafir di zaman  Nabi Besar Muhammad saw.  saja, tetapi meluas kepada semua orang yang ragu-ragu dan menaruh keberatan di setiap zaman.
     Alasan mengapa orang-orang kafir dalam QS.11:14 diminta membuat hanya 10 Surah  saja  dan bukan seluruh Al-Quran  adalah karena persoalan dalam ayat itu tidak bertalian dengan kesempurnaan Al-Quran seutuhnya dalam segala segi, melainkan hanya dengan sebagian saja.
     Orang-orang kafir telah menuduh bahwa beberapa bagiannya cacat. Oleh karena itu mereka tidak diminta membuat kitab yang lengkap seperti Al-Quran seutuhnya melainkan hanya 10 Surah sebagai ganti bagian-bagian Al-Quran yang dianggap mereka cacat agar kebenaran dari pernyataan mereka dapat diuji, firman-Nya:
اَمۡ یَقُوۡلُوۡنَ افۡتَرٰىہُ ؕ قُلۡ فَاۡتُوۡا بِعَشۡرِ سُوَرٍ مِّثۡلِہٖ مُفۡتَرَیٰتٍ وَّ ادۡعُوۡا مَنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ  اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾  فَاِلَّمۡ یَسۡتَجِیۡبُوۡا لَکُمۡ فَاعۡلَمُوۡۤا اَنَّمَاۤ اُنۡزِلَ بِعِلۡمِ اللّٰہِ وَ اَنۡ  لَّاۤ  اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ ۚ فَہَلۡ  اَنۡتُمۡ  مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Ataukah mereka mengatakan: ”Ia telah membuat-buatnya!” Katakanlah: “Datangkanlah sepuluh surah  yang dibuat-buat semisal itu, dan panggillah siapa saja yang dapat kamu panggil selain Allah, jika   kamu sungguh orang-orang  yang benar.” Tetapi jika mereka tidak menerima tantangan kamu maka ketahuilah, bahwa Al-Quran itu telah diturunkan dengan ilmu Allah dan bahwa tidak ada Tuhan kecuali  Dia, maka maukah kamu menjadi orang yang berserah diri?  (Hūd [11]:14-15).
    Adapun mengenai pemilihan jumlah khusus 10 surah untuk tujuan itu, baik diperhatikan di sini, bahwa oleh karena dalam QS.17:89 Al-Quran seutuhnya didakwakan Kitab yang sempurna, maka para penentangnya diminta membuat yang serupa seutuhnya, tetapi  karena dalam QS.11:14 pokok persoalannya ialah bagian-bagiannya yang tertentu dicela maka mereka diminta memilih sepuluh bagian demikian yang nampaknya kepada mereka sangat cacat dan kemudian membuat suatu gubahan yang seperti bagian-bagian Al-Quran yang dicela itu.

 Lima Sifat Al-Quran yang Menonjol

        Dalam QS.10:39 orang-orang kafir diminta membuat yang serupa dengan hanya satu Surah Al-Quran. Hal itu disebabkan bahwa berlainan dengan dua ayat tersebut di atas, tantangan dalam ayat itu berupa dukungan pada pengakuan Al-Quran sendiri dan bukan sebagai bantahan terhadap suatu tuduhan dari orang-orang kafir.
      Dalam QS.10:38 Al-Quran mendakwakan memiliki 5 sifat yang menonjol. Sebagai dukungan kepada pengakuan tersebut  ayat QS.10:39 mengajukan tantangan kepada mereka yang menolak atau meragukannya untuk membuat satu Surah saja, yang mengandung sifat-sifat itu sama sempurnanya seperti yang ada dalam Surah ke-10, firman-Nya:
وَ مَا کَانَ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنُ اَنۡ یُّفۡتَرٰی مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ  وَ لٰکِنۡ تَصۡدِیۡقَ الَّذِیۡ بَیۡنَ یَدَیۡہِ وَ تَفۡصِیۡلَ الۡکِتٰبِ لَا رَیۡبَ فِیۡہِ  مِنۡ  رَّبِّ  الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿۟﴾  اَمۡ یَقُوۡلُوۡنَ افۡتَرٰىہُ ؕ قُلۡ فَاۡتُوۡا بِسُوۡرَۃٍ مِّثۡلِہٖ وَ ادۡعُوۡا مَنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ  اِنۡ  کُنۡتُمۡ  صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾   
Dan sekali-kali tidak mungkin bahwa Al-Quran itu diada-adakan oleh wujud  selain Allah, akan tetapi ia  menggenapi Kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjelaskan Kitab itu,  tidak ada keraguan di dalamnya, berasal  dari Rabb (Tuhan) seluruh alam.  Ataukah mereka mengatakan: “Ia, Rasulullah,  telah mengada-adakannya?” Katakanlah: “Datangkanlah sebuah surah yang semisalnya,  dan panggillah siapa saja selain Allah yang dapat menolong kamu  jika  kamu sungguh orang yang benar   (Yunus [10]:38-39).
     Ayat ini memberikan lima alasan yang sangat jelas untuk memperlihatkan bahwa Al- Quran itu firman Allah Swt. yang diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad saw.
       (a) Al-Quran membahas masalah-masalah yang ada di luar kemampuan manusia untuk mengetahuinya, dan hanya mungkin diwahyukan oleh Allah Swt.  saja (QS.18:110; QS.32:28; QS.21:31-34); QS.47:25).
     (b) Nubuatan-nubuatan nabi-nabi terdahulu mengenai Al-Quran dan Nabi Besar Muhammad saw.  membuktikan bahwa asal-muasal Al-Quran itu dari Allah Swt.. (QS.2:147; QS.6:21).
     (c) Al-Quran menerangkan dan menguraikan ajaran kitab-kitab suci terdahulu dengan cara yang begitu jelas dan luas, sehingga tidak ada kitab suci lain mana pun yang pernah melakukannya dengan cara demikian (QS.87:15-20).
    (d) Al-Quran mengandung segala alasan dan dalil yang diperlukan untuk membuktikan bahwa asal-muasalnya dari Allah Swt. dan tidak memerlukan pertolongan atau dukungan dari orang luar atau dari kitab lain mana pun untuk tujuan itu  (QS.4:83; QS.47:25).
     (e) Berbeda dengan kitab-kitab suci lainnya Al-Quran memenuhi kepentingan dan keperluan akhlak seluruh umat manusia dalam segala keadaan (QS.2:186; QS.2:20 & 86; QS.7:159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29).
     Jadi, ayat-ayat ini (Yunus [10]:38-39) memberi tantangan kepada orang-orang kafir, bahwa seandainya sebuah kitab dengan keindahannya seperti yang dimiliki Al-Quran dapat saja dibuat oleh manusia, maka mengapakah mereka tidak membuat sendiri kitab semacam itu? Tantangan ini berlaku untuk sepanjang masa:  صٰدِقِیۡنَ     کُنۡتُمۡ اِنۡ قُلۡ فَاۡتُوۡا بِسُوۡرَۃٍ مِّثۡلِہٖ وَ ادۡعُوۡا مَنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ    -- “Katakanlah: “Datangkanlah sebuah surah yang semisalnya,  dan panggillah siapa saja selain Allah yang dapat menolong kamu  jika  kamu sungguh orang yang benar.

Tidak Akan Pernah Mampu Menggubah Tandingan Al-Quran

     Tantangan kelima ialah agar membuat tandingan Al-Quran seperti terkandung dalam ayat ini (QS.2:24), dan di sini pun seperti dalam QS.10:39 orang-orang kafir diminta mengemukakan satu Surah yang serupa dengan salah satu Surah Al-Quran, firman-Nya:
وَ اِنۡ کُنۡتُمۡ فِیۡ رَیۡبٍ مِّمَّا نَزَّلۡنَا عَلٰی عَبۡدِنَا فَاۡتُوۡا بِسُوۡرَۃٍ مِّنۡ مِّثۡلِہٖ ۪ وَ ادۡعُوۡا شُہَدَآءَکُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ  اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ فَاِنۡ لَّمۡ تَفۡعَلُوۡا وَ لَنۡ تَفۡعَلُوۡا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِیۡ وَقُوۡدُہَا النَّاسُ وَ الۡحِجَارَۃُ  ۚۖ اُعِدَّتۡ لِلۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan jika kamu  dalam keraguan mengenai apa yang telah Kami turunkan kepada hamba Kami, maka  buatlah satu Surah yang semisalnya, dan panggillah penolong-penolong kamu selain Allah jika kamu  adalah orang-orang yang benar.  فَاِنۡ لَّمۡ تَفۡعَلُوۡا -- Tetapi jika kamu  tidak mampu melakukannya, وَ لَنۡ تَفۡعَلُوۡ  -- dan kamu tidak akan pernah mampu melakukannya, فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِیۡ وَقُوۡدُہَا النَّاسُ وَ الۡحِجَارَۃُ    -- maka peliharalah diri kamu dari Api  yang bahan bakarnya  manusia  dan batu  اُعِدَّتۡ لِلۡکٰفِرِیۡنَ  -- yang disediakan bagi orang-orang kafir   (Al-Baqarah [2]:24-25),
     Tantangan ini didahului oleh pengakuan bahwa Al-Quran membimbing orang-orang bertakwa  ke tingkat-tingkat tertinggi kemajuan ruhani. Orang-orang kafir diseru bahwa bila mereka ada dalam keraguan mengenai berasalnya Al-Quran dari Allah Swt.   maka mereka hendaknya menampilkan satu Surah yang kiranya dapat menandinginya dalam pengaruh ruhani terhadap para pengikutnya.  
    Keterangan-keterangan di atas memperlihatkan bahwa semua tantangan yang menyeru orang-orang kafir membuat buku sebagai tandingan Al-Quran itu berbeda sekali dan terpisah dari satu sama lain, dan semuanya berlaku untuk sepanjang zaman, tidak ada yang melebihi atau membatalkan yang lain.
     Tetapi karena Al-Quran itu mengandung gagasan-gagasan yang mulia dan agung, maka tidak dapat tidak sudah seharusnya dipilih kata-kata yang sangat indah dan tepat serta gaya bahasa yang paling murni, sebagai wahana untuk membawakan gagasan-gagasan itu, sebab  jika tidak demikian maka pokok pembahasannya mungkin akan tetap gelap dan penuh keragu-raguan  serta keindahan paripurna Al-Quran niscaya akan ternoda.
    Jadi, dalam bentuk dan segi apa pun orang-orang kafir telah ditantang untuk mengemukakan suatu gubahan seperti Al-Quran, tuntutan akan keindahan gaya bahasa dan kecantikan pilihan kata-katanya yang setanding dengan Al-Quran, merupakan pula bagian tantangan itu, firman-Nya:
اَمۡ  یَقُوۡلُوۡنَ تَقَوَّلَہٗ ۚ بَلۡ  لَّا  یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۚ﴾  فَلۡیَاۡتُوۡا بِحَدِیۡثٍ مِّثۡلِہٖۤ   اِنۡ  کَانُوۡا صٰدِقِیۡنَ ﴿ؕ﴾
Apakah mereka berkata: “Ia telah mengada-adakan hal itu?” Tidak, bahkan mereka tidak beriman.   Maka hendaknya  mereka mendatangkan suatu firman lain seperti ini, jika mereka orang-orang benar (Ath-Thūr [52]:34-35).
  Taqawwala berarti: ia berbohong; ia menisbahkan kepada seseorang menga-takan sesuatu yang tidak dikatakan olehnya (Al-Aqrab-ul-Mawarid).  Ayat ini menyangkal tuduhan orang-orang kafir terhadap Nabi Besar Muhammad saw., bahwa beliau saw. pemalsu.

Keunikan Sempurna Al-Quran & Munculnya Ahli-ahli Kebatinan di Masa  Kemunduran  Umat Beragama

 Seandainya  Nabi Besar Muhammad saw. – seperti nampaknya ayat ini memberikan tantangan kepada mereka ­– tidak menerima wahyu dari Tuhan dan Al-Quran hanya merupakan gubahan beliau saw. sendiri, maka hendaknya mereka membuat suatu kitab seperti itu, dan hendaknya  digubah dalam gaya bahasa demikian indahnya dan pilihan kata-katanya yang indah tidak ada taranya seperti Al-Quran, dan seperti Al-Quran pula hendaknya membahas dengan teliti dan secara jitu segala persoalan akhlak dan keruhanian manusia yang rumit lagi pelik, serta memenuhi keperluan dan hasrat manusia yang banyak serta  beraneka ragam, lalu memberikan pengaruh yang demikian kuat  atas kehidupan para pe-nganutnya, dan di atas itu semua itu  harus menjadi gudang segala kebenaran yang kekal dan ajaran-ajaran abadi.
 Lebih lanjut orang-orang kafir ditantang supaya membuat sebuah kitab menyerupai Al-Quran, dengan mengerjakan segala usaha mereka memanggil “semua manusia dan jin” untuk mengerahkan serta menyatukan daya-upaya mereka. Tetapi dengan tegas Al-Quran menyatakan bahwa mereka tidak akan mampu membuat sebuah kitab semacam itu, sebab Al-Quran adalah firman Allāh Swt. Sendiri yang diwahyukan.  
 Firman Allah Swt. berikut mempertegas lagi mengenai kesia-siaan para penentang Al-Quran untuk membuat  gubahan  yang serupa dengan kesempurnaan  Al-Quran  dalam segala seginya,  diantaranya  memiliki kemampuan “menghidupkan” akhlak dan ruhani umat manusia, firman-Nya:
وَ یَسۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ الرُّوۡحِ ؕ قُلِ الرُّوۡحُ مِنۡ  اَمۡرِ رَبِّیۡ وَ مَاۤ  اُوۡتِیۡتُمۡ مِّنَ الۡعِلۡمِ اِلَّا  قَلِیۡلًا ﴿﴾  وَ لَئِنۡ شِئۡنَا لَنَذۡہَبَنَّ بِالَّذِیۡۤ  اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَکَ بِہٖ عَلَیۡنَا  وَکِیۡلًا ﴿ۙ﴾  اِلَّا رَحۡمَۃً  مِّنۡ رَّبِّکَ ؕ اِنَّ  فَضۡلَہٗ  کَانَ عَلَیۡکَ  کَبِیۡرًا ﴿﴾  قُلۡ لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ وَ لَوۡ کَانَ بَعۡضُہُمۡ لِبَعۡضٍ  ظَہِیۡرًا ﴿﴾
Dan mereka bertanya kepada engkau mengenai ruh,  katakanlah: “Ruh telah diciptakan atas perintah Rabb-ku (Tuhan-ku), dan kamu sama sekali  tidak  diberi ilmu mengenai itu melainkan sedikit.”  وَ لَئِنۡ شِئۡنَا لَنَذۡہَبَنَّ بِالَّذِیۡۤ  اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَکَ بِہٖ عَلَیۡنَا  وَکِیۡلًا  --   Dan jika Kami benar-benar  menghendaki, niscaya Kami mengam-bil kembali  apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau   kemudian engkau tidak akan memperoleh penjaga baginya terhadap Kami dalam hal itu.  اِلَّا رَحۡمَۃً  مِّنۡ رَّبِّکَ -- Kecuali karena rahmat dari Rabb (Tuhan) engkau, اِنَّ  فَضۡلَہٗ  کَانَ عَلَیۡکَ  کَبِیۡرًا  --sesungguhnya karunia-Nya sangat besar kepada engkau. قُلۡ لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ  --   Katakanlah: “Jika  manusia dan jin benar-benar berhimpun  untuk mendatangkan yang semisal Al-Quran ini,  لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ     -- mereka tidak akan sanggup mendatangkan yang sama seperti ini,  وَ لَوۡ کَانَ بَعۡضُہُمۡ لِبَعۡضٍ  ظَہِیۡرًا  -- walaupun  sebagian mereka membantu sebagian yang lain” (Bani Israil [17]:86-89).
      Dalam masa kemunduran dan kejatuhan ruhani mereka  nampaknya orang-orang Yahudi asyik berkecimpung dalam kebiasaan-kebiasaan ilmu klenik (occult), seperti halnya banyak ahli kebatinan modern, para pengikut gerakan teosofi dan yogi-yogi Hindu.

Dua  Cara  Allah Swt. Menciptakan

      Nampaknya di masa  Nabi Besar Muhammad saw.   pun beberapa orang Yahudi di Medinah telah menempuh cara-cara kebiasaan semacam itu. Itulah sebabnya mengapa ketika orang-orang musyrik Mekkah mencari bantuan orang-orang Yahudi untuk membungkam  Nabi Besar Muhammad saw., mereka memberi saran supaya orang-orang musyrik Mekkah itu menanyakan kepada beliau saw.  hakikat ruh manusia.
   Dalam ayat yang sedang dibahas ini Al-Quran menjawab pertanyaan mereka dengan mengatakan  bahwa ruh memperoleh daya kekuatannya dari perintah Ilahi, dan apa pun yang menurut kepercayaan orang dapat diperoleh dengan perantaraan apa yang dikatakan latihan-latihan batin dan ilmu sihir, adalah semata-mata tipu dan omong-kosong belaka.
    Menurut riwayat pertanyaan-pertanyaan mengenai sifat ruh manusia pertama-tama diajukan kepada Nabi Besar Muhammad saw.  di kota Mekkah oleh orang-orang Quraisy dan kemudian menurut ‘Abdullah bin Mas’ud r.a    oleh orang-orang Yahudi di Medinah.
     Di sini ruh disebut sesuatu yang diciptakan atas perintah langsung dari  Allah Swt.:  قُلِ الرُّوۡحُ مِنۡ  اَمۡرِ رَبِّیۡ وَ مَاۤ  اُوۡتِیۡتُمۡ مِّنَ الۡعِلۡمِ اِلَّا  قَلِیۡلًا  -- katakanlah: “Ruh telah diciptakan atas perintah Rabb-ku (Tuhan-ku), dan kamu sama sekali  tidak  diberi ilmu mengenai itu melainkan sedikit.”   
     Menurut Al-Quran, semua penciptaan terdiri dari dua jenis: (1) Kejadian permulaan yang dilaksanakan tanpa mempergunakan zat atau benda yang telah diciptakan sebelumnya. (2) Kejadian selanjutnya yang dilaksanakan dengan mempergunakan sarana dan benda yang telah diciptakan sebelumnya.
       Kejadian macam pertama termasuk jenis amr (arti harfiahnya ialah perintah: Kun fayakun) yang untuk itu lihat QS.2:118, dan yang terakhir disebut khalq (arti harfiahnya ialah menciptakan). Ruh manusia termasuk jenis penciptaan pertama (amr). Kata ruh itu berarti wahyu Ilahi (Lexicon Lane). Letaknya kata ini di sini agaknya mendukung arti demikian.
       Ayat  87 nampaknya mengandung nubuatan bahwa akan datang suatu saat ketika ilmu Al-Quran akan lenyap dari bumi (QS.32:6). Nubuatan Nabi Besar Muhammad saw. serupa itu telah diriwayatkan oleh Mardawaih, Baihaqi, dan Ibn Majah, ketika ruh dan jiwa ajaran Al-Quran akan hilang lenyap dari bumi, dan semua  orang yang dikenal sebagai ahli-ahli mistik dan para sufi yang mengakui memiliki kekuatan batin istimewa — seperti pula diakui oleh segolongan orang-orang Yahudi dahulu kala yang sifatnya serupa dengan mereka — tidak akan berhasil mengembalikan jiwa ajaran Al-Quran dengan usaha mereka bersama-sama  -- sebagaimana yang terjadi di Akhir Zaman ini  --  firman-Nya: قُلۡ لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ  --   Katakanlah: “Jika  manusia dan jin benar-benar berhimpun  untuk mendatangkan yang semisal Al-Quran ini,  لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ     -- mereka tidak akan sanggup mendatangkan yang sama seperti ini,  وَ لَوۡ کَانَ بَعۡضُہُمۡ لِبَعۡضٍ  ظَہِیۡرًا  -- walaupun  sebagian mereka membantu sebagian yang lain” (Bani Israil [17]:89).
       Tantangan ini pertama-tama diajukan kepada mereka yang berkecimpung dalam kebiasaan-kebiasaan klenik, supaya mereka meminta pertolongan ruh-ruh gaib, yang darinya orang-orang ahli kebatinan itu —  menurut pengakuannya sendiri — menerima ilmu ruhani. Tetapi tantangan ini pun  berlaku pula untuk semua orang yang menolak Al-Quran bersumber pada   Allah Swt.  dan tantangan tersebut berlaku  untuk sepanjang masa.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran Anyar,   13 Februari 2016



Tidak ada komentar:

Posting Komentar