Bismillaahirrahmaanirrahiim
KITAB SUCI AL-QURAN
“Kitab Suci Al-Quran adalah
kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak
menyadarinya ”
“Setiap saat hatiku
merindukan untuk mencium Kitab Engkau
dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan Kabahku”
(Al-Masih-al-Mau’ud
a.s.)
Cara Menjadi Muslim
yang Kāffah (Seutuhnya) Sehingga Menjadi Orang-orang yang Diridhai
Allah Swt. dan Penyebar Rahmat-Nya
Bab 29
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan
mengenai keangkuhan golongan Ahlikitab,
ketika mereka lebih menyukai keputusan Sa’d bin Ma’adz, kepala suku Aus, daripada keputusan
Nabi Besar Muhammad saw.. Namun ternyata
Sa’d memutuskan
perkara itu menurut hukum syariat
Nabi Musa a.s., yang ternyata lebih berat
daripada hukum Islam (Al-Quran) yang
akan diputuskan oleh Nabi Besar
Muhammad saw.:
20:10 Apabila engkau mendekati suatu kota untuk berperang
melawannya, maka haruslah engkau menawarkan perdamaian kepadanya. 20:11 Apabila kota itu menerima tawaran perdamaian itu dan
dibukanya pintu gerbang bagimu, maka haruslah semua orang yang terdapat di situ
melakukan pekerjaan rodi bagimu dan menjadi hamba kepadamu. 20:12 Tetapi apabila
kota itu tidak mau berdamai dengan engkau, melainkan mengadakan pertempuran
melawan engkau, maka haruslah engkau mengepungnya; 20:13 dan setelah
TUHAN, Allahmu, menyerahkannya ke dalam tanganmu, maka haruslah engkau membunuh
seluruh penduduknya yang laki-laki dengan mata pedang. 20:14 Hanya perempuan, anak-anak, hewan dan segala yang ada di kota itu, yakni seluruh jarahan itu, boleh
kaurampas bagimu sendiri, dan
jarahan yang dari musuhmu ini, yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu,
boleh kaupergunakan. 20:15 Demikianlah harus
kaulakukan terhadap segala kota yang sangat jauh letaknya dari tempatmu, yang tidak termasuk
kota-kota bangsa-bangsa di sini (Ulangan 20:10-15).
Penggenapan Falah (Kesuksesan) Bagi Orang-orang
yang Bertakwa
Yang
diisyaratkan ayat selanjutnya: وَ
اَوۡرَثَکُمۡ اَرۡضَہُمۡ وَ دِیَارَہُمۡ
وَ اَمۡوَالَہُمۡ -- “Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah mereka
dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, وَ اَرۡضًا لَّمۡ تَطَـُٔوۡہَا -- dan suatu daerah yang kamu belum menginjaknya, وَ کَانَ
اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ
شَیۡءٍ قَدِیۡرًا -- dan Allah
berkuasa atas segala sesuatu”. mungkin tanah
Khaibar (QS.59:3-6), atau mungkin juga kemenangan
atas kerajaan Persia dan Romawi serta negeri-negeri
yang lebih jauh letaknya, yang sampai saat itu orang-orang Muslim belum menginjakkan kaki mereka.
Kenyataan tersebut membuktikan benarnya falah
(kesuksesan) yang dijanjikan Allah
Swt. kepada orang-orang yang
bertakwa dalam ayat اُولٰٓئِکَ
عَلٰی ہُدًی مِّنۡ رَّبِّہِمۡ ٭ وَ
اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ -- Mereka itulah orang-orang yang berada di atas petunjuk dari Rabb-nya (Tuhan-nya) dan mereka
itulah orang-orang
yang berhasil,” firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ۚ﴿﴾ الٓـمّٓ ۚ﴿﴾ ذٰلِکَ الۡکِتٰبُ لَا رَیۡبَ ۚۖۛ فِیۡہِ ۚۛ ہُدًی لِّلۡمُتَّقِیۡنَ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡغَیۡبِ وَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ مِمَّا رَزَقۡنٰہُمۡ یُنۡفِقُوۡنَ ۙ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِمَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡکَ وَ مَاۤ اُنۡزِلَ مِنۡ قَبۡلِکَ ۚ وَ بِالۡاٰخِرَۃِ ہُمۡ یُوۡقِنُوۡنَ ؕ﴿﴾ اُولٰٓئِکَ عَلٰی ہُدًی مِّنۡ
رَّبِّہِمۡ ٭ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.
Alif Lām Mīm. Inilah Kitab yang sempurna itu, tidak
ada keraguan di dalamnya,
ہُدًی لِّلۡمُتَّقِیۡنَ --petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang ber-iman kepada yang gaib, dan mendiri-kan shalat dan mereka
membelan-jakan
sebagian dari apa yang Kami rezekikan
kepada mereka. Dan orang-orang
yang ber-iman kepada apa yang diturunkan kepada engkau, juga
kepada apa yang telah diturunkan sebelum
engkau dan kepada akhirat pun mereka
yakin. اُولٰٓئِکَ عَلٰی ہُدًی
مِّنۡ رَّبِّہِمۡ ٭ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ
الۡمُفۡلِحُوۡنَ -- Mereka itulah orang-orang yang berada di atas petunjuk dari Rabb-nya (Tuhan-nya) dan mereka
itulah orang-orang
yang berhasil (Al-Baqarah [2]:1-6).
Merupakan Petunjuk Bagi
orang-orang Bertakwa, Walau pun Al-Quran
Kitab Suci Untuk Seluruh Umat Manusia
Sehubungan dengan firman Allah Swt. tersebut Masih Mau’ud a.s. menjelaskan
mengenai pentingnya beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan mengikuti
petunjuk Al-Quran yang diwahyukan Allah Swt. kepada beliau saw.
agar menjadi orang-orang yang bertakwa:
“Beberapa penganut Brahmo Samaj berkomentar,
bahwa jika pemahaman sempurna hanya
bisa dicapai melalui Al-Quran saja,
lalu mengapa Tuhan tidak menurunkannya
di semua negeri dan semua bangsa, baik di masa lalu maupun sekarang, dan mengapa Dia
meluputkan berjuta-juta makhluk-Nya dari pemahaman sempurna dan akidah
yang benar?
Jawaban atas pertanyaan tersebut ialah, bahwa protes
tersebut bersumber pada kepicikan
pandangan. Jika sinar matahari
tidak mencapai beberapa relung-relung
yang gelap atau bila manusia memejamkan matanya seperti burung hantu yang melihat sinar sang surya, apakah lalu berarti
bahwa matahari tidak diciptakan oleh Allah Swt.? Kalau hujan tidak turun di beberapa daerah yang kering, atau beberapa daerah yang masin tidak memperoleh kemaslahatan darinya, apakah lalu berarti bahwa hujan itu buatan manusia?
Guna mengatasi keraguan manusia
seperti itu, Allah Swt. sudah menjelaskan
secara tegas di dalam Al-Quran, bahwa petunjuk
dari wahyu Ilahi tidak ditujukan
kepada segala macam jenis manusia
tetapi hanya kepada mereka yang
bertabiat suci dan memiliki sifat-sifat
ketakwaan. Hanya jenis manusia
seperti itu saja yang akan dapat memanfaatkan
petunjuk agung dari suatu wahyu
Ilahi. Dalam konteks ini kami
ingin menarik perhatian pembaca kepada beberapa ayat Al-Quran:
الٓـمّٓ ۚ﴿﴾ ذٰلِکَ الۡکِتٰبُ لَا رَیۡبَ ۚۖۛ فِیۡہِ ۚۛ ہُدًی لِّلۡمُتَّقِیۡنَ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡغَیۡبِ وَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ مِمَّا رَزَقۡنٰہُمۡ یُنۡفِقُوۡنَ ۙ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ
بِمَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡکَ وَ مَاۤ اُنۡزِلَ مِنۡ قَبۡلِکَ
ۚ وَ بِالۡاٰخِرَۃِ ہُمۡ یُوۡقِنُوۡنَ ؕ﴿﴾ اُولٰٓئِکَ
عَلٰی ہُدًی مِّنۡ رَّبِّہِمۡ ٭ وَ
اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾ اِنَّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا سَوَآءٌ عَلَیۡہِمۡ ءَاَنۡذَرۡتَہُمۡ اَمۡ لَمۡ تُنۡذِرۡہُمۡ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ خَتَمَ اللّٰہُ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ وَ عَلٰی سَمۡعِہِمۡ
ؕ وَ عَلٰۤی اَبۡصَارِہِمۡ غِشَاوَۃٌ ۫
وَّ لَہُمۡ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ٪﴿﴾
Akulah Allah Yang lebih
mengetahui. Inilah Kitab yang
sempurna, tiada keraguan di
dalamnya; petunjuk bagi orang yang bertakwa. Yaitu mereka yang beriman
kepada yang gaib dan tetap mengerjakan
shalat dan menafkahkan segala sesuatu
dari apa yang telah Kami rezekikan kepada
mereka, dan yang beriman kepada apa yang telah diturunkan kepada engkau
dan kepada apa yang telah diturunkan
sebelum engkau dan kepada hal-hal
yang akan datang pun mereka yakin. Mereka itulah yang berdiri di atas petunjuk dari Rabb (Tuhan) mereka dan mereka itulah
orang-orang yang akan berbahagia.
Sesungguhnya orang-orang yang tidak
percaya sama saja bagi mereka, baik mereka engkau peringati atau tidak
engkau peringati, mereka tidak akan
beriman. Allah telah memeterai hati
mereka serta telinga mereka,
sedang di atas mata mereka ada tutupan
dan bagi mereka ada siksaan besar. (Al-Baqarah [2]:2-8).
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ
الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا
مِنۡ قَبۡلُ لَفِیۡ ضَلٰلٍ
مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ
اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا
بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ
یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ
الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah
Yang telah mengutus di tengah-tengah bangsa yang butahuruf seorang rasul
dari antara mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,
mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada
dalam kesesatan yang nyata. Dan Dia
akan membangkitkannya di tengah-tengah suatu golongan lain dari antara
mereka yang belum pernah bergabung
dengan mereka, dan Dia-lah Yang Maha
Perkasa, Maha Bijaksana. Itulah karunia Allah, Dia menganugrahkannya kepada siapa
yang dikehendaki-Nya, dan Allah
adalah Pemilik karunia yang besar
sekali.’ (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
Orang-orang yang Berpotensi
Menjadi “Orang yang bertakwa”
Patut dicermati kiranya ayat pertama
di atas yaitu:
الٓـمّٓ ۚ﴿﴾ ذٰلِکَ الۡکِتٰبُ لَا رَیۡبَ ۚۖۛ فِیۡہِ ۚۛ ہُدًی لِّلۡمُتَّقِیۡنَ ۙ﴿﴾
Akulah Allah Yang lebih
mengetahui. Inilah Kitab yang
sempurna, tiada keraguan di dalamnya; petunjuk
bagi orang yang bertakwa” (Al-Baqarah [2]:2-3).
Dari ayat ini kita melihat betapa indah
dan halusnya Allah Yang Maha Kuasa
memberikan jawaban atas keberatan yang diajukan mereka. Rujukan
pertama adalah kepada Sang Pencipta
Al-Quran dengan mengemukakan Keagungan
dan Keluhuran-Nya dinyatakan di sana bahwa:
الٓـمّ
‘Akulah Allah Yang lebih mengetahui’
yang berarti bahwa “Aku Yang Maha Mengetahui dan Maha
Bijaksana” yang pengetahuan-Nya
tidak mungkin dipadani oleh siapa
pun, telah menurunkan Kitab ini.
Kemudian dikemukakan kebesaran Al-Quran dimana dinyatakan:
ذٰلِکَ الۡکِتٰبُ
‘Inilah Kitab
yang sempurna’
yang mengandung makna bahwa Kitab ini adalah suatu yang agung dan berderajat tinggi yang bersumber dari pengetahuan Ilahi. Ditegaskan disini kalau Sumber Kitab itu adalah Yang
Maha Abadi dan Maha Bijaksana.
Dengan menyebutnya sebagai Kitab maka Allah Yang Maha Luhur
mengindikasikan bahwa Kitab ini
berasal dari khazanah pengetahuan Tuhan
yang tidak ada bandingan dan tidak ada padanannya dimana kesempurnaan pengetahuan yang sempurna tersebut serta mutiara-mutiara yang dikandungnya
berada jauh di atas kemampuan daya cipta
manusia.
Struktur Kitab Suci Al-Quran tersusun demikian rapi sehingga tidak menyisakan ruang bagi keraguan dalam bentuk apa pun dengan
ungkapan:
لَا رَیۡبَ ۚۖۛ فِیۡہِ
Tiada keraguan di dalamnya
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa Kitab ini bukanlah kumpulan
cerita dan dongeng seperti buku-buku lainnya, tetapi lebih
merupakan argumentasi dan penalaran yang komprehensif dan konklusif
serta mengemukakan secara jelas maksud
dan tujuannya.
Dalam wujudnya sendiri Kitab
ini merupakan mukjizat yang bekerja
sebagai sebuah pedang tajam guna mengikis keraguan dan kecurigaan dimana ia membawa manusia kepada pengenalan Tuhan bukan dalam bentuk “bagaimana seharusnya” tetapi langsung kepada kepastian bahwa Dia itu
eksis (ada).
Disamping keagungan tujuan-tujuan
Al-Quran dimana yang utamanya
adalah pembaharuan akhlak manusia,
juga ada lagi tujuan keempat yang
merupakan tujuan yang paling utama yaitu sebagai petunjuk bagi mereka yang bertakwa.
Dinyatakan bahwa Kitab ini:
ۚۛ ہُدًی لِّلۡمُتَّقِیۡنَ
Petunjuk bagi orang yang bertakwa
yaitu diwahyukan sebagai bimbingan
bagi mereka yang karena kemurnian
batinnya, kesehatan penalaran, intelegensia yang kokoh dan hasrat mencari
kebenaran, dimana mereka akan dibawa kepada tingkat keruhanian dan ketakwaan
yang tinggi serta pengenalan Allah Swt..
Mereka yang fitratnya
diketahui Tuhan sebagai manusia yang cocok untuk mendapat bimbingan
demikian, pada akhirnya mereka akan dibimbing
oleh Kitab ini. Kitab ini akan menggapai
mereka dan Tuhan akan memberikan
kesempatan kepada mereka untuk mengikuti jalan yang lurus sebelum ajal (kematian) mereka datang.
Allah Swt. secara tegas menyatakan, bahwa mereka
yang dalam pandangan Tuhan termasuk
yang patut mendapat bimbingan serta secara batiniah memiliki sifat-sifat muttaqi (bertakwa), sesungguhnya mereka akan mendapat petunjuk melalui Al-Quran.
Ayat-ayat berikutnya di atas telah menguraikan rincian dan pernyataan bahwa mereka yang dalam pandangan Allah Swt. akan termasuk
mereka yang beriman pada akhirnya
akan beriman, sedangkan mereka yang tertinggal di luar karena menolak ajaran Islam -- apakah setelah
mereka diingatkan atau pun tidak -- maka mereka ini tidak akan beriman dan tidak
akan pernah bisa mencapai derajat ketakwaan
dan pemahaman yang sempurna. Dalam ayat-ayat
tersebut Tuhan telah menegaskan bahwa mereka yang bisa menarik
manfaat bimbingan Al-Quran adalah mereka yang bertakwa dimana kalbu
mereka tidak akan diliputi kegelapan
egonya sendiri.
Tidak Melewati Batas “Kemampuan”
Jika ada yang bertanya tentang
bagaimana penyelamatan ruhani dari mereka yang tidak pernah mendapat akses
kepada sebuah Kitab samawi, maka
jawabannya adalah, jika mereka memang sepenuhnya
masih liar dan tidak memiliki intelegensia manusia sewajarnya, dengan sendirinya
mereka tidak akan dimintakan
pertanggung-jawaban apa pun oleh Tuhan
mereka. Mereka itu disamakan
dengan orang-orang yang gila. Namun
mereka yang sedikit banyak mempunyai intelegensia,
tetap akan dimintakan
pertanggung-jawaban setakar dengan intelegensia
yang dimilikinya.” (Brahin-i- Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. I, hlm.
198-203, London, 1984).
Mengenai keberhasilan Al-Quran mengunggulkan Tauhid Ilahi atas kemusyrikan Masih
Mau’ud a.s. bersabda lagi:
“Benih Ketauhidan Ilahi yang
telah disemaikan Kitab Suci Al-Quran di jazirah Arab, Persia,
Mesir, Syria, India, Cina, Afghanistan, Kasymir dan berbagai daerah lainnya
serta cara bagaimana Kitab ini telah
mencerabut penyembahan berhala dan pengagungan makhluk dari daerah-daerah
tersebut, merupakan suatu hal yang tidak
pernah akan ada padanannya di
zaman apa pun.
Kebalikannya, jika kita lihat misalnya Kitab Veda, kita akan melihat bahwa Kitab
ini bahkan tidak mampu mencerahkan satu daerah saja yang namanya Arya Vart[1]. (Chasma Marifat, Qadian, Anwar
Ahmadiyyah Press, 1908; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. XXIII, hlm. 77, London,
1984).
Ke-Muslim-an yang Hakiki
Masih Mau’ud a.s. selanjutnya bersabda mengenai pentingnya melaksanakan
semua petunjuk Al-Quran agar benar-benar dapat menjadi Muslim hakiki sesuai
perintah Allah Swt. dalam firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا ادۡخُلُوۡا فِی السِّلۡمِ کَآفَّۃً
۪ وَ لَا تَتَّبِعُوۡا خُطُوٰتِ الشَّیۡطٰنِ ؕ اِنَّہٗ لَکُمۡ عَدُوٌّ
مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, ادۡخُلُوۡا فِی السِّلۡمِ کَآفَّۃً -- masuklah kamu ke dalam kepatuhan seutuhnya وَ لَا
تَتَّبِعُوۡا خُطُوٰتِ الشَّیۡطٰنِ -- dan janganlah mengikuti langkah-langkah syaitan,
اِنَّہٗ
لَکُمۡ عَدُوٌّ مُّبِیۡنٌ -- sesungguhnya ia adalah musuh yang nyata bagi kamu. (Al-Baqarah
[2]:209).
Kāffah berarti: (1)
semuanya; (2) seutuhnya atau selengkapnya; (3) memukul mundur musuh dan (4)
menahan diri sendiri atau orang lain dari dosa dan penyelewengan (Al-Mufradat). Sehubungan dengan firman Allah Swt. tersebut Masih
Mau’ud a.s. bersabda:
“Siagalah selalu setiap
saat dan jangan sekali pun mengambil
langkah yang bertentangan dengan ajaran
Ilahi dan petunjuk Al-Quran. ketahuilah bahwa barangsiapa yang mengelak salah satu saja dari 700 perintah Al-Quran maka baginya akan
tertutup pintu keselamatan.
Jalan-jalan untuk menuju keselamatan yang benar dan sempurna telah dibukakan oleh Al-Quran
sedangkan yang lain-lainnya adalah cerminannya.
Karena itu pelajarilah Al-Quran
dengan tekun dan cintailah Kitab ini dengan sepenuh hati, sebagaimana telah
difirmankan Allah Swt. kepadaku:
“Semua
hal yang baik terdapat di dalam Al-Quran.”
Sungguh malang mereka yang
memilih lainnya selain Kitab ini. Sumber mata air kemakmuran dan keselamatan kalian adalah Kitab
Suci Al-Quran. Tidak ada kebutuhan
keagamaan kalian yang tidak bisa dipenuhi
oleh Al-Quran. Pada Hari Penghisaban nanti Al-Quran
akan meneguhkan atau menyangkal keimanan kalian. Tidak ada
lagi di bawah langit ini Kitab lain yang bisa memberikan keselamatan selain Al-Quran. Allah Swt. amat mengasihi kalian sehingga Dia memberkati kalian dengan Kitab seperti Al-Quran ini.
Sesungguhnya aku nyatakan kepada kalian,
bahwa jika Kitab yang dibacakan kepada kalian ini juga dulu diberikan kepada umat Kristen maka pastilah mereka tidak akan menyeleweng jauh seperti
keadaannya sekarang ini. Jika karunia
petunjuk yang dianugrahkan kepada kalian ini dahulu juga diberikan kepada umat
Yahudi sebagai pengganti Taurat
maka tidak akan ada sekte-sekte mereka
yang kemudian menolak Penghakiman.[2] Karena itu hargailah karunia yang telah dilimpahkan
kepada kalian, sesungguhnya ia merupakan karunia
yang amat luhur dan kekayaan yang
amat mulia.
Kalau saja Al-Quran tidak
diwahyukan maka seluruh dunia
ini masih akan berupa seonggok daging
kotor. Ajaran-ajaran lainnya
dibanding apa yang diberikan Al-Quran
adalah sesuatu yang hampir tidak ada
artinya sama sekali.” (Kishti Nuh, Qadian, Ziaul Islam Press, 1902; sekarang dicetak dalam Ruhani
Khazain, jld. XIX, hlm. 26-27, London, 1984).
Orang-orang yang Memperoleh Nikmat-nikmat Ruhani Khusus dari Al-Quran dan Nabi Besar Muhammad Saw.
Masih dalam buku yang sama Masih
Mau’ud a.s. bersabda mengenai pengaruh luar-biasa
Al-Quran terhadap para pengamal petunjuknya yang sempurna:
“Disamping keluhuran komposisi,
kebijakan dan wawasan, Al-Quran juga membawa pengaruh
keruhanian bagi yang mengikutinya
berupa kekayaan batin, pencerahan kalbu, pengembangan fikiran dan diridhai
Tuhan serta mendapat tegur-sapa-Nya.
Kitab Suci Al-Quran menciptakan Nur dan rahmat-rahmat tersembunyi dalam diri penganutnya serta memberikan dukungan
moril yang tidak akan ditemukan di Kitab
lainnya.
Ia
akan menerima firman yang menyejukkan
hati dari Tuhan-nya, sehingga ia akan bertambah yakin bahwa dengan mengikuti
Al-Quran dan kepatuhan kepada Hadhrat Rasulullah Saw. ia akan sampai pada tingkatan keruhanian yang khusus bagi para kekasih Allah Swt.. Ia akan memperoleh rahmat
dan kasih Ilahi sebagaimana yang
telah diterima oleh orang-orang yang berkeimanan
sempurna sebelum dirinya.
Ia akan menyaksikan tidak
saja sebatas kata-kata, tetapi juga
sebagai suatu kenyataan actual
adanya mata air murni dari kasih demikian, yang mengalir
di dalam hatinya dan akan menikmati
kedekatan kepada Allah Swt. dalam dadanya, yang tidak mungkin digambarkan dengan ilustrasi atau pun diuraikan dengan
kata-kata.
Ia akan menyaksikan Nur Ilahi
seperti hujan turun ke atas kalbunya. Nur tersebut kadang-kadang akan memantulkan cerminan dalam bentuk pengungkapan hal-hal yang tersembunyi
(gaib), atau sebagai suatu pengetahuan
dan wawasan, atau juga berupa sifat-sifat akhlak yang luhur. Pengaruh dari Al-Quran
tersebut merupakan suatu hal yang berkesinambungan
dari sejak awalnya.
Munculnya Orang-orang yang Diridhai Allah Swt.
Sejak terbitnya matahari
kebenaran di dunia ini dalam bentuk kedatangan sosok Hadhrat Rasulullah Saw., sudah ribuan
orang yang telah mencapai dan masih
banyak lagi yang akan datang pada tingkat derajat yang luhur tersebut, yaitu dengan mengikuti firman Tuhan dan mematuhi
Hadhrat Rasulullah Saw. sebagaimana
dikatakan di atas.
Allah Yang Maha Agung secara
berkesinambungan telah menganugrahkan karunia-Nya
serta meninggikan derajat mereka dan
memberikan bantuan kepada mereka
sedemikian rupa, sehingga orang-orang yang memiliki penglihatan yang jernih akan mengenali
mereka sebagai orang-orang yang
diridhai Allah Yang Maha Agung dan bahwa mereka berada di bawah naungan kasih dan rahmat Ilahi.
Para pengamat akan bisa melihat dengan jelas bahwa mereka ini diberkati dengan berbagai karunia yang luar biasa dan menjadi berbeda dengan manusia lainnya, karena
mendapat begitu banyak mukjizat yang
indah. Mereka ini sepertinya diurapi
dengan harum-haruman kasih Ilahi dan
memperoleh status keridhaan Allah Swt..
Nur Allah Yang Maha Perkasa mencerahkan sahabat-sahabat mereka, perhatian
mereka, tekad mereka, ibadah mereka, mata mereka, akhlak
mereka, cara hidup mereka, kesenangan dan kemarahan mereka, kesukaan
dan ketidak-sukaan mereka, gerakan mereka, istirahat mereka, bicara
mereka, diamnya mereka, dzahir mereka, batin mereka, laiknya parfum
mulia yang mengisi sebuah bejana
kristal.
Semua hal itu dapat kalian
peroleh melalui kedekatan kepada
mereka, perhatian mereka dan kasih
mereka. Dengan cara memperlakukan mereka
ini dengan baik dan itikad yang suci maka keimanan kalian akan memperoleh aspek baru dan akan muncul suatu kekuatan baru untuk penampakan nilai-nilai akhlak mulia, sehingga
kecenderungan mementingkan diri sendiri
serta kedurhakaan akan menghilang,
dan sebagai gantinya mendapatkan kepuasan
dan kemanisan batin.
Sejalan dengan kemampuan
masing-masing dan tingkat kedekatannya,
keimanannya akan mengemuka, hormat serta kasih akan muncul, dan kenikmatan
akan kesadaran kepada Tuhan lalu meningkat. Jika kalian mengamati mereka itu dalam waktu lama, kalian akan mengakui bahwa
sesungguhnya mereka itu menduduki derajat yang tinggi yang tidak ada padanannya dalam masalah kekuatan keimanan, kondisi moral mereka, tekad
menjauh dari segala hal yang bersifat keduniawian, kecenderungan mereka kepada Tuhan, kasih mereka kepada Tuhan
dan makhluk-Nya, dalam keteguhan hati mereka dan dalam kesetiaan.
Berkomunikasi Langsung dengan Allah
Swt.
Orang-orang yang waras fikirannya
akan segera menyadari bagaimana
mereka ini sebenarnya telah terbebas
dari belenggu yang mengikat kaki
mereka sebagai manusia, dan fikiran
mereka telah dibersihkan dari kecupatan pandangan yang
melelahkan. Mereka itu mendapat kehormatan bisa berbicara langsung
dengan Tuhan mereka, dan dianggap patut memperoleh sapaan Tuhan.
Mereka menjadi sarana untuk membimbing manusia dan memberi petunjuk di antara Tuhan dan para hamba-Nya
yang rajin. Kecemerlangan ruhani
mereka telah ikut mencerahkan hati
manusia lainnya. Sebagaimana datangnya musim
semi yang menumbuhkan tunas-tunas
baru, begitu pula dengan kedatangan
mereka maka manusia yang patuh akan mengalami maraknya kehidupan batin, dimana setiap hati berlomba-lomba melaksanakan hal-hal yang baik dan memupus ketidakacuhan serta mencari keselamatan dari dosa, kedurhakaan, kejahatan, kebodohan dan ketidakmengertian.
Dalam masa hidup mereka yang berberkat itu akan terdapat penyebaran Nur, sehingga setiap mereka yang beriman dan yang mencari kebenaran akan menemukan kesukaan kepada agama
tanpa suatu upaya khusus serta
menikmati peneguhan keimanan. Dengan
kata lain, dari parfum sehari-hari
mereka -- yang diperoleh berkat kepatuhan
yang sempurna tersebut -- setiap manusia
yang tulus akan mendapat maslahat setara dengan tingkat ketulusannya.
Namun ada saja manusia yang selalu bernasib
sial yang tidak bisa menikmatinya
serta terus saja melakukan kejahatan,
kedengkian dan tindakan buruk yang pada akhirnya akan membawa mereka ke dalam api neraka. Mereka inilah yang dimaksud
Allah Yang Maha Kuasa dalam ayat:
خَتَمَ اللّٰہُ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ
وَ عَلٰی سَمۡعِہِمۡ ؕ وَ عَلٰۤی
اَبۡصَارِہِمۡ غِشَاوَۃٌ ۫ وَّ لَہُمۡ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ٪﴿﴾
Allah telah memeterai
hati mereka serta telinga
mereka, sedang di atas mata mereka ada
tutupan dan bagi mereka ada siksaan
besar. (Al-Baqarah [2]:8). (Brahin-i- Ahmadiyah,
sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. I,
hlm. 528-532, London, 1984).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran
Anyar, 5
Februari 2016
[1]
Arya Vart atau istilah lainnya Bharat Varsha adalah nama
daerah yang sekarang secara konstitusional bernama India atau Bharat. (Penterjemah/Khalid
A. Qoyum)
[2]
Sesungguhnya Penghakiman yang dimaksud adalah Judgment atau Bet Din yaitu badan
yang menghakimi keduabelas suku bangsa Israil menurut Kitab Ulangan 16:18 yang
kemudian diabaikan bangsa ini dan menjadikan mereka terpecah-belah . (Penterjemah/Khalid A.Qoyum).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar