Bismillaahirrahmaanirrahiim
KITAB SUCI AL-QURAN
“Kitab Suci Al-Quran
adalah kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak
menyadarinya ”
“Setiap saat hatiku
merindukan untuk mencium Kitab Engkau
dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan Kabahku”
(Al-Masih-al-Mau’ud
a.s.)
Orang-orang yang Menyederhanakan
Cara-cara “Masuk Surga” & Hubungan Provokator dengan Terjadinya Tindak
Kekerasan dan Teror
Bab 16
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan
mengenai peringatan Allah Swt. kepada orang-orang
beriman agar “perbuatan-perbuatan
baik” yang dilakukannya benar-benar merupakan “amal shaleh”, yang akan
membuat mereka layak masuk ke dalam “jannah”
(surga/kebun) yang di bawahnya “mengalir
sungai-sungai” (QS.2:26), firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تُبۡطِلُوۡا صَدَقٰتِکُمۡ بِالۡمَنِّ وَ الۡاَذٰی ۙ
کَالَّذِیۡ یُنۡفِقُ مَالَہٗ رِئَآءَ النَّاسِ وَ لَا یُؤۡمِنُ بِاللّٰہِ وَ
الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِؕ فَمَثَلُہٗ کَمَثَلِ
صَفۡوَانٍ عَلَیۡہِ تُرَابٌ فَاَصَابَہٗ وَابِلٌ فَتَرَکَہٗ صَلۡدًا ؕ لَا یَقۡدِرُوۡنَ عَلٰی شَیۡءٍ مِّمَّا کَسَبُوۡا ؕ
وَ اللّٰہُ لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ
الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, لَا تُبۡطِلُوۡا صَدَقٰتِکُمۡ بِالۡمَنِّ وَ الۡاَذٰی -- janganlah kamu
membuat sedekah-sedekahmu sia-sia
dengan menyebut-nyebut jasa baik dan
sikap menyakiti, کَالَّذِیۡ یُنۡفِقُ مَالَہٗ
رِئَآءَ النَّاسِ وَ لَا یُؤۡمِنُ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ -- seperti orang yang membelanjakan hartanya untuk
dilihat manusia,
sedangkan ia tidak beriman kepada Allah
dan Hari Kemudian, فَمَثَلُہٗ کَمَثَلِ صَفۡوَانٍ
عَلَیۡہِ تُرَابٌ فَاَصَابَہٗ وَابِلٌ فَتَرَکَہٗ صَلۡدًا -- maka perumpamaannya seperti misal
batu licin yang di atasnya ada tanah, lalu hujan lebat menimpanya dan meninggalkannya
keras dan licin. لَا یَقۡدِرُوۡنَ عَلٰی شَیۡءٍ مِّمَّا کَسَبُوۡا -- Mereka tidak akan memperoleh sesuatu dari apa yang mereka usahakan, وَ
اللّٰہُ لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ
الۡکٰفِرِیۡنَ -- dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada kaum
yang kafir (Al-Baqarah [2]:265).
Dalam ayat lainnya kaum Muslimin diperintahkan pula untuk membelanjakan kekayaan mereka dengan terang-terangan (QS.2:275), tujuan yang
mendasarinya ialah agar orang-orang
Muslim lainnya akan terpengaruh
dan meniru teladan yang baik itu.
Akan tetapi orang yang tidak
beriman kepada Allah Swt. mereka membelanjakan
(menginfakan) uangnya secara terang-terangan hanya semata-mata untuk menarik penghargaan khalayak umum
atau untuk riya (pamer) serta tujuan-tujuan yang bersifat memperoleh keuntungan duniawi lainnya, baik dari segi politik mau pun ekonomi.
Orang-orang yang bersikap
seperti itu dalam melakukan “perbuatan
baiknya” mereka kehilangan sama
sekali hak memperoleh ganjaran dari Allah Swt., mereka
bukannya: اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا
الۡاَنۡہٰرُ
-- “sesungguhnya untuk mereka ada kebun-kebun
yang di bawahnya mengalir sungai-sungai”, sehingga “kebun-kebun
keimanannya” tumbuh subur dan menghasilkan buah-buahan yang berkualitas
baik, melainkan: فَمَثَلُہٗ کَمَثَلِ صَفۡوَانٍ
عَلَیۡہِ تُرَابٌ فَاَصَابَہٗ وَابِلٌ فَتَرَکَہٗ صَلۡدًا -- “maka perumpamaannya seperti misal
batu licin yang di atasnya ada tanah, lalu hujan lebat menimpanya dan meninggalkannya
keras dan licin. لَا یَقۡدِرُوۡنَ عَلٰی شَیۡءٍ مِّمَّا کَسَبُوۡا -- Mereka
tidak akan memperoleh sesuatu dari apa
yang mereka usahakan, وَ
اللّٰہُ لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ
الۡکٰفِرِیۡنَ -- dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada kaum
yang kafir.”
Mereka yang Menyederhanakan Cara “Masuk
Surga” Bertentangan dengan Ajaran Al-Quran dan Sunnah Nabi Besar Muhammad Saw.
Peringatan Allah Swt. dalam
dalam ayat tersebut sekali gus merupakan
peringatan pula bagi
orang-orang yang menyebarkan ajaran keliru guna memperoleh surga dan bidadari surga dengan cara-cara yang tidak diajarkan dan tidak diamalkan
oleh Nabi Besar Muhammad saw., misalnya
menjadi pelaku “bom bunuh diri” serta tindakan kekerasan serta segala bentuk terror lainnya atas nama agama, bertentangan
dengan “rahmat bagi seluruh alam”
yang diajarkan dan diamalkan Nabi Besar Muhammad saw. dan
para sahabat beliau saw. (QS.21:108;
QS.33:22), sehingga citra umat Islam yang disebut sebagai “khayra ummah” (umat yang terbaik) -- yang dibangkitkan Allah Swt. bagi kemanfaatan
seluruh umat manusia (QS.2:144; QS.3:111) -- menjadi rusak.
Peringatan
Allah Swt. mengenai orang-orang yang lemah iman atau lemah pemahaman agamanya dan kepercayaannya
yang dikemukakan dalam ayat-ayat Al-Hajj [22]:12-14 mengenai “orang-orang yang berdiri di pinggir”, mereka
itulah yang senantiasa menjadi “mangsa” para provokator sebagaimana dikemukakan dalam lanjutan Surah Al-Ankabūt sebelumnya, firman-Nya:
وَ قَالَ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّبِعُوۡا سَبِیۡلَنَا وَ لۡنَحۡمِلۡ
خَطٰیٰکُمۡ ؕ وَ مَا ہُمۡ بِحٰمِلِیۡنَ مِنۡ خَطٰیٰہُمۡ مِّنۡ شَیۡءٍ ؕ اِنَّہُمۡ لَکٰذِبُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَیَحۡمِلُنَّ
اَثۡقَالَہُمۡ وَ اَثۡقَالًا مَّعَ
اَثۡقَالِہِمۡ ۫ وَ لَیُسۡـَٔلُنَّ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ عَمَّا کَانُوۡا
یَفۡتَرُوۡنَ ﴿٪ ﴾
Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: اتَّبِعُوۡا سَبِیۡلَنَا وَ لۡنَحۡمِلۡ خَطٰیٰکُمۡ -- “Ikutilah
jalan kami dan
kami akan menanggung dosa-dosa
kamu.” وَ مَا ہُمۡ بِحٰمِلِیۡنَ مِنۡ خَطٰیٰہُمۡ مِّنۡ
شَیۡءٍ ؕ --
Padahal mereka tidak dapat memikul
dosa-dosa mereka itu sedikit pun, اِنَّہُمۡ لَکٰذِبُوۡنَ -- sesungguhnya mereka itu benar-benar pendusta. وَ
لَیَحۡمِلُنَّ اَثۡقَالَہُمۡ وَ
اَثۡقَالًا مَّعَ اَثۡقَالِہِمۡ -- Dan
niscaya mereka akan me-mikul beban
mereka dan beban orang lain beserta beban mereka, وَ لَیُسۡـَٔلُنَّ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ عَمَّا کَانُوۡا یَفۡتَرُوۡنَ -- dan pada Hari Kiamat niscaya mereka
akan di-tanyai mengenai apa yang mereka ada-adakan (Al-Ankabut [29]:13-14).
Para masa setiap pengutusan Rasul
Allah (QS.7:35-37), selain orang-orang
munafik dan mereka yang “lemah iman”
serta “lemah keagamaannya”, ada lagi golongan
lain yakni gembong-gembong kekafiran
yang agresif. Dengan menyalahgunakan kedudukan dalam masyarakat, mereka berusaha menyesatkan
orang-orang lain yang sederhana pemahaman
keagamaannya serta tidak begitu tinggi kedudukannya dalam masyarakat, dengan mengatakan kepada mereka, bahwa mereka akan menanggung segala kerugian yang
akan diderita mereka itu sebagai akibat mengikuti kepemimpinan mereka dan
menolak agama hakiki yang diajarkan Rasul Allah yang diutus kepada mereka.
Jadi, firman Allah Swt. tersebut merupakan peringatan bagi umat
beragama terhadap segala bentuk penipuan berupa
“janji-janji dusta” yang sangat muluk
-- termasuk ajaran “penebusan dosa” atau “penanggungan dosa” -- yang diajarkan para provokator,
bahwa: اتَّبِعُوۡا سَبِیۡلَنَا وَ لۡنَحۡمِلۡ خَطٰیٰکُمۡ -- “Ikutilah
jalan kami dan
kami akan menanggung dosa-dosa
kamu, وَ مَا ہُمۡ بِحٰمِلِیۡنَ مِنۡ خَطٰیٰہُمۡ مِّنۡ شَیۡءٍ ؕ -- padahal mereka tidak dapat memikul dosa-dosa mereka itu sedikit pun, اِنَّہُمۡ لَکٰذِبُوۡنَ -- sesungguhnya mereka itu benar-benar pendusta.” Sebab dengan tegas Allah Swt. berfirman: وَ لَیُسۡـَٔلُنَّ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ عَمَّا کَانُوۡا یَفۡتَرُوۡنَ -- dan pada Hari Kiamat niscaya mereka
akan di-tanyai mengenai apa yang mereka ada-adakan.” (Al-Ankabut [29]:14).
Para Provokator akan Melepaskan Diri dari Tanggungjawab
Berikut adalah firman Allah Swt.
mengenai pelepasan diri dari tanggungjawab ketika orang-orang yang mereka “perdayai” mengalami penderitaan lalu meminta tanggungjawab
atas provokasi para provokator seperti itu:
وَ
بَرَزُوۡا لِلّٰہِ جَمِیۡعًا فَقَالَ الضُّعَفٰٓؤُا لِلَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡۤا
اِنَّا کُنَّا لَکُمۡ تَبَعًا فَہَلۡ اَنۡتُمۡ مُّغۡنُوۡنَ عَنَّا مِنۡ عَذَابِ
اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ ؕ قَالُوۡا لَوۡ ہَدٰىنَا اللّٰہُ لَہَدَیۡنٰکُمۡ ؕ سَوَآءٌ عَلَیۡنَاۤ
اَجَزِعۡنَاۤ اَمۡ صَبَرۡنَا مَا
لَنَا مِنۡ مَّحِیۡصٍ ﴿٪﴾
Dan mereka itu semua akan tampil di hadapan Allah, maka akan berkata orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang takabur: اِنَّا کُنَّا
لَکُمۡ تَبَعًا فَہَلۡ اَنۡتُمۡ مُّغۡنُوۡنَ عَنَّا مِنۡ عَذَابِ اللّٰہِ مِنۡ
شَیۡءٍ -- “Sesungguhnya kami dahulu pengikut-pengikut kamu, lalu tidak
dapatkah kamu mengelakkan kami dari azab
Allah sedikit pun?” قَالُوۡا لَوۡ
ہَدٰىنَا اللّٰہُ لَہَدَیۡنٰکُمۡ -- Mereka berkata:
“Seandainya Allah memberi petunjuk kepada
kami, pasti kami pun telah memberi
petunjuk kepada kamu. سَوَآءٌ
عَلَیۡنَاۤ اَجَزِعۡنَاۤ اَمۡ صَبَرۡنَا مَا لَنَا مِنۡ مَّحِیۡصٍ -- Adalah sama saja bagi kita, apakah kita
berkeluh-kesah atau kita
bersabar, sekali-kali tidak ada bagi
kita jalan untuk melepaskan diri.”
(Ibrahim [14]:22).
Makna ayat وَ بَرَزُوۡا لِلّٰہِ جَمِیۡعًا -- “Dan mereka itu semua
akan tampil di hadapan Allah,” bahwa
bukan semata-mata perbuatan buruknya
sendiri, yang mendatangkan kejatuhan
bagi suatu kaum, tetapi yang terutama mendatangkan
kejatuhan itu ialah terbukanya
kelemahan mereka.
Setelah kelemahan
mereka menjadi nampak maka gengsi dan
nama baik mereka — yang melebihi hasil karya mereka, dan merupakan penolong utama untuk sukses mereka — mendapat pukulan maut dengan jatuhnya mereka di mata kaum-kaum
lawan mereka, hal itu diikuti oleh kemunduran dan kemerosotan.
Suatu kaum yang ditakdirkan binasa,
suka mengalah kepada rasa putus asa dan dengan serta-merta menyerah kepada nasibnya yang rendah dan menuntut pertanggungjawaban pihak lain, itulah makna dialog dalam ayat selanjutnya:
فَقَالَ
الضُّعَفٰٓؤُا لِلَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡۤا اِنَّا کُنَّا لَکُمۡ تَبَعًا فَہَلۡ
اَنۡتُمۡ مُّغۡنُوۡنَ عَنَّا مِنۡ عَذَابِ اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ ؕ قَالُوۡا لَوۡ
ہَدٰىنَا اللّٰہُ لَہَدَیۡنٰکُمۡ ؕ
سَوَآءٌ عَلَیۡنَاۤ اَجَزِعۡنَاۤ
اَمۡ صَبَرۡنَا مَا لَنَا مِنۡ
مَّحِیۡصٍ ﴿٪﴾
“…maka
akan berkata orang-orang yang lemah
kepada orang-orang yang takabur:
“Sesungguhnya kami dahulu
pengikut-pengikut kamu, lalu tidak dapatkah kamu mengelakkan kami dari
azab Allah sedikit pun?” Mereka berkata: “Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami pasti kami
pun telah memberi petunjuk kepada kamu. Adalah sama saja bagi kita, apakah kita berkeluh-kesah atau kita bersabar, sekali-kali tidak
ada bagi kita jalan untuk melepaskan diri” (Ibrahim [14]:22).
Bahkan mereka mereka yang sebelumnya satu sama lainnya bekerja sama menentang kebenaran kemudian
ketika makar-buruk mereka gagal total lalu satu sama lain akan saling mengutuk, firman-Nya:
یَسۡـَٔلُکَ
النَّاسُ عَنِ السَّاعَۃِ ؕ قُلۡ اِنَّمَا
عِلۡمُہَا عِنۡدَ اللّٰہِ ؕ وَ مَا یُدۡرِیۡکَ لَعَلَّ السَّاعَۃَ
تَکُوۡنُ قَرِیۡبًا ﴿﴾ اِنَّ اللّٰہَ
لَعَنَ الۡکٰفِرِیۡنَ وَ اَعَدَّ لَہُمۡ سَعِیۡرًا ﴿ۙ﴾ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَاۤ
اَبَدًا ۚ لَا یَجِدُوۡنَ وَلِیًّا وَّ لَا نَصِیۡرًا ﴿ۚ﴾ یَوۡمَ تُقَلَّبُ وُجُوۡہُہُمۡ فِی النَّارِ
یَقُوۡلُوۡنَ یٰلَیۡتَنَاۤ اَطَعۡنَا
اللّٰہَ وَ اَطَعۡنَا الرَّسُوۡلَا ﴿﴾ وَ قَالُوۡا
رَبَّنَاۤ اِنَّاۤ اَطَعۡنَا سَادَتَنَا وَ کُبَرَآءَنَا فَاَضَلُّوۡنَا السَّبِیۡلَا ﴿﴾ رَبَّنَاۤ
اٰتِہِمۡ ضِعۡفَیۡنِ مِنَ الۡعَذَابِ وَ الۡعَنۡہُمۡ لَعۡنًا کَبِیۡرًا ﴿٪﴾
Mereka bertanya kepada engkau mengenai terjadinya
Kiamat. Katakanlah: “Ilmunya hanya ada di sisi Allah.”
Dan apakah yang dapat membuat engkau
mengetahui bahwa Kiamat itu mungkin
telah dekat? Sesungguhnya Allah
telah mengutuk orang-orang kafir, dan telah
menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala. Mereka akan kekal di dalamnya. Mereka tidak akan mendapatkan pelindung dan tidak pula penolong. یَوۡمَ تُقَلَّبُ
وُجُوۡہُہُمۡ فِی النَّارِ -- Pada hari itu ketika para
pemuka mereka akan dibolak-balikkan di
dalam api dan یَقُوۡلُوۡنَ یٰلَیۡتَنَاۤ
اَطَعۡنَا اللّٰہَ وَ اَطَعۡنَا
الرَّسُوۡلَا -- mereka akan berkata: ”Alangkah
baiknya seandainya kami mentaati Allah dan menaati Rasul.” وَ قَالُوۡا رَبَّنَاۤ اِنَّاۤ
اَطَعۡنَا سَادَتَنَا وَ کُبَرَآءَنَا
فَاَضَلُّوۡنَا السَّبِیۡلَا -- Dan
mereka akan berkata: “Wahai Rabb (Tuhan)
kami, kami telah mentaati
pemimpin-pemimpin kami dan pembesar-pembesar
kami lalu mereka menyesatkan kami dari jalan
lurus. رَبَّنَاۤ اٰتِہِمۡ ضِعۡفَیۡنِ مِنَ
الۡعَذَابِ وَ الۡعَنۡہُمۡ لَعۡنًا
کَبِیۡرًا -- Wahai Rabb (Tuhan) kami, datangkanlah kepada mereka azab dua kali lipat, dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar” (Al-Ahzab
[33]:64-69).
Dalam ayat 67 disinggung tentang
para pemimpin kaum kafir, sebab wujuh
berarti juga para pemimpin: “Pada hari itu ketika para pe-muka mereka akan
dibolak-balikkan di dalam api dan mereka akan berkata:”Alangkah
baiknya seandainya kami mentaati Allah
dan menaati Rasul.”” Sedangkan
dalam ayat disebutkan pemimpin-pemimpin
tingkat bawah.
Merupakan fitrat manusia suka
berusaha melemparkan noda
perbuatan-perbuatan buruknya sendiri kepada orang lain, itulah makna ayat:
“Dan mereka akan berkata: “Wahai Rabb
(Tuhan) kami, kami telah mentaati
pemimpin-pemimpin kami dan pembesar-pembesar
kami lalu mereka menyesatkan kami dari jalan
lurus. Wahai Rabb (Tuhan) kami, datangkanlah kepada mereka azab dua kali lipat, dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar.”
Pengkhianatan Syaitan
Terhadap Janji-janji Muluknya
Dengan demikian benarlah jawaban syaitan berikut ini ketika diminta pertanggungjawaban oleh orang-orang yang
disesatkannya serta menjadi pengikutnya atau menjadi “penyembahnya”,
sehingga mereka yang
sebelumnya bekerjasama melawan kebenaran yang dibawah para Rasul Allah tetapi pada akhirnya mereka akan saling
menyalahkan, firman-Nya:
وَ
قَالَ الشَّیۡطٰنُ لَمَّا قُضِیَ
الۡاَمۡرُ اِنَّ اللّٰہَ وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ الۡحَقِّ وَ وَعَدۡتُّکُمۡ
فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ ؕ وَ مَا کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ اِلَّاۤ
اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِیۡ ۚ فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ
لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ مَاۤ اَنَا
بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ اَنۡتُمۡ
بِمُصۡرِخِیَّ ؕ اِنِّیۡ کَفَرۡتُ بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ ؕ اِنَّ
الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾ وَ اُدۡخِلَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا
الصّٰلِحٰتِ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا
بِاِذۡنِ رَبِّہِمۡ ؕ تَحِیَّتُہُمۡ فِیۡہَا سَلٰمٌ ﴿﴾
Dan tatkala perkara itu telah diputuskan
syaitan berkata: وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ الۡحَقِّ وَ وَعَدۡتُّکُمۡ فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ -- “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kamu suatu janji yang benar, وَ وَعَدۡتُّکُمۡ فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ -- dan aku
pun menjanjikan kepada kamu tetapi aku
telah menyalahinya, وَ مَا کَانَ لِیَ
عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ اِلَّاۤ اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِیۡ -- dan aku sekali-kali tidak memiliki kekuasaan
apa pun atas kamu, melainkan aku
telah mengajakmu lalu kamu telah mengabulkan
ajakanku. فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ -- Karena itu janganlah kamu mengecamku tetapi kecamlah diri kamu sendiri. مَاۤ اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ -- Aku
sama sekali tidak dapat menolong kamu dan kamu pun sama sekali tidak dapat menolongku. اِنِّیۡ کَفَرۡتُ بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ
مِنۡ قَبۡلُ ؕ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ
عَذَابٌ اَلِیۡمٌ -- Sesungguhnya
aku telah mengingkari apa yang kamu
persekutukan denganku sebelumnya, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu bagi mereka ada azab yang pedih.” وَ اُدۡخِلَ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا
الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا بِاِذۡنِ رَبِّہِمۡ ؕ -- Dan orang-orang
yang beriman dan beramal shaleh
akan dima-sukkan ke dalam surga yang
di bawahnya mengalir sungai-sungai,
mereka kekal di dalamnya dengan seizin
Rabb (Tuhan) mereka. تَحِیَّتُہُمۡ فِیۡہَا سَلٰمٌ -- Ucapan salam mereka di dalamnya adalah: “Selamat sejahtera.” (Ibrahim [14]:23). Lihat pula
QS.40:48-51.
Pentingnya Mewaspadai Para Provokator
Pendek kata, hendaknya waspada
terhadap berbagai bentuk ajaran
dan ajakan yang “menyederhanakan
cara menjadi penghuni surga” dengan
cara-cara yang merugikan pihak-pihak
lain, yang tidak diajarkan oleh Al-Quran dan Sunnah Nabi Besar Muhammad saw., karena “pintu surga” benar-benar sangat
sempit bagi orang-orang yang dalam beragamanya bukannya
benar-benar menyembah Allah Swt. (Tauhid Ilahi), melainkan “menyembah hawa-nafsunya” didasari
menginginkan keuntungan dan kekuasaan duniawi belaka, firman-Nya:
اِنَّ
الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ
اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَا لَا تُفَتَّحُ لَہُمۡ
اَبۡوَابُ السَّمَآءِ وَ لَا
یَدۡخُلُوۡنَ الۡجَنَّۃَ حَتّٰی یَلِجَ الۡجَمَلُ فِیۡ سَمِّ الۡخِیَاطِ ؕ وَ
کَذٰلِکَ نَجۡزِی الۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾ لَہُمۡ مِّنۡ جَہَنَّمَ مِہَادٌ وَّ مِنۡ فَوۡقِہِمۡ غَوَاشٍ ؕ وَ کَذٰلِکَ
نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang
yang mendustakan Ayat-ayat (Tanda-tanda) Kami dan dengan takabur berpaling
darinya, tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit ruhani
dan tidak pula mereka akan masuk
surga hingga unta masuk ke lubang jarum, dan demikianlah
Kami membalas orang-orang yang
berdosa. Bagi mereka ada hamparan Jahannam sedangkan di atas mereka ada selimut Jahannam, dan demikianlah Kami membalas orang-orang yang
zalim. (Al-A’rāf [7]:41-42).
Jamal (unta) juga dapat diartikan seutas tali, sebab tali mempunyai persamaan lebih dekat dengan benang yang dimasukkan ke dalam lobang
jarum. Adalah mustahil bagi para pengingkar Tanda-tanda
Ilahi yang mendukung kebenaran pendakwan Rasul Allah akan masuk surga,
lihat Injil Matius 19:24.
Allah Swt.
berfirman mengenai pemenuhan janji-janji-Nya
kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh atau orang-orang yang bertakwa:
وَ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَا نُکَلِّفُ نَفۡسًا اِلَّا
وُسۡعَہَاۤ ۫ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ
الۡجَنَّۃِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا
خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾ وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلٍّ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ
الۡاَنۡہٰرُ ۚ وَ قَالُوا الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ ہَدٰىنَا لِہٰذَا ۟ وَ مَا
کُنَّا لِنَہۡتَدِیَ لَوۡ لَاۤ اَنۡ
ہَدٰىنَا اللّٰہُ ۚ لَقَدۡ جَآءَتۡ رُسُلُ رَبِّنَا بِالۡحَقِّ ؕ وَ نُوۡدُوۡۤا
اَنۡ تِلۡکُمُ الۡجَنَّۃُ
اُوۡرِثۡتُمُوۡہَا بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang yang beriman dan beramal
saleh لَا نُکَلِّفُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَہَاۤ -- Kami
tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, mereka inilah penghuni surga, mereka kekal
di dalamnya. وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلٍّ
-- Dan Kami mencabut
segala dendam yang ada di dalam dada mereka. تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ الۡاَنۡہٰرُ -- di bawah mereka mengalir sungai-sungai, وَ قَالُوا
الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ ہَدٰىنَا لِہٰذَا -- dan mereka berkata: ”Segala puji bagi Allah Yang telah
menunjuki kami kepada surga ini, وَ مَا کُنَّا لِنَہۡتَدِیَ لَوۡ
لَاۤ اَنۡ ہَدٰىنَا اللّٰہُ -- dan kami
sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk seandainya Allah
tidak memberi kami petunjuk. لَقَدۡ جَآءَتۡ
رُسُلُ رَبِّنَا بِالۡحَقِّ ؕ -- Sungguh benar-benar telah datang
rasul-rasul Rabb (Tuhan) kami dengan haq.”
وَ نُوۡدُوۡۤا اَنۡ تِلۡکُمُ
الۡجَنَّۃُ اُوۡرِثۡتُمُوۡہَا بِمَا
کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ -- Dan akan diserukan
kepada mereka: “Inilah surga yang
diwariskan kepada kamu sebagai ganjaran atas apa yang senantiasa kamu kerjakan.” (Al-A’rāf [7]:43-44).
Anak
kalimat sisipan لَا نُکَلِّفُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَہَاۤ -- Kami tidak membebani sesuatu jiwa di luar
kemampuannya, bertolak belakang dengan paham
agama Kristen mengenai “penebusan dosa” yang menyatakan bahwa dosa itu terpendam dalam fitrat
manusia, maka upaya menghilangkan dosa itu berada di luar jangkauan kekuasaan manusia.
Pada
hakikatnya, kehidupan surgawi dimulai
sejak dari dunia ini juga (QS.55:47) dan seseorang dikatakan sedang menikmati kehidupan surgawi apabila hatinya bebas dari rasa permusuhan, irihati,
dendam-kesumat, dan kegelisahan mental. Dan seseorang mustahil dapat menjadi provokator
mau pun menjadi teroris jika hati
dan otak seseorang
tidak diliputi oleh rasa
permusuhan, irihati, dendam-kesumat, kegelisahan mental serta keburukan-keburukan
lainnya, baik akibat keliru memahami
masalah agama atau pun akibat tindakan
“cuci otak” dari para provokator.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran Anyar,
19 Januari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar