Bismillaahirrahmaanirrahiim
KITAB SUCI AL-QURAN
“Kitab Suci Al-Quran adalah
kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak
menyadarinya ”
“Setiap saat hatiku
merindukan untuk mencium Kitab Engkau
dan melaksanakan thawaf
mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan Kabahku”.
(Al-Masih-al-Mau’ud a.s.)
Nubuatan Pencabutan
dan Pengembalian
“Ruh Al-Quran” & Ketidak-terbatasan Khazanah Ruhani Kitab Suci Al-Quran
Bab 5
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab sebelumnya dikemukakan sabda Masih Mau’ud a.s. mengenai mengenai lenyapnya ruh
Al-Quran (QS.32:6; QS.17:86-89) dan pengembaliannya lagi oleh Masih Mau’ud a.s. dari “bintang Tsurayya” tersebut sesuai dengan
firman-Nya berikut ini:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang rasul
dari antara mereka, yang membacakan
kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah
walaupun sebelumnya mereka
berada dalam kesesatan yang nyata. وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ -- Dan juga akan membangkitkannya pada
kaum lain dari antara me-reka, yang belum bertemu dengan mereka. وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ -- Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Ash-Shaf [62]:3-4). Lihat pula
QS.2:152.
Pengetahuan Masih Mau’ud a.s. Tentang Al-Quran
Sehubungan dengan
kesempurnaan khazanah pengetahuan dalam Al-Quran
antara lain Masih Mau’ud a.s. bersabda:
“… Dengan demikian berarti bahwa jika
ada hadits yang bertentangan dengan Al-Quran maka hadits itu harus ditinggalkan.
Dalam hal suatu hadits bisa ditafsirkan sejalan dengan Al-Quran
maka hadits itu bisa diterima.
Katakan kepada mereka bahwa berkat rahmat
dan kasih Allah Swt. maka Al-Quran
ini merupakan milik yang amat berharga yang sepatutnya kalian rengkuh
dengan kegembiraan. Ia lebih baik daripada harta-benda yang kalian kumpulkan. (Hal
ini mengindikasikan bahwa tidak ada
harta-benda yang lebih berharga
dibanding pengetahuan dan kebijaksanaan).
Inilah yang dimaksud sebagai kekayaan
yang menurut nubuatan akan dibagi-bagikan oleh Al-Masih Mau’ud
(yang Dijanjikan), sehingga manusia akan puas
karenanya. Nubuatan tersebut tidak
ada mengartikan bahwa Al-Masih yang
Dijanjikan akan mengumpulkan harta-benda
material karena telah dinyatakan bahwa:
اِنَّمَاۤ اَمۡوَالُکُمۡ وَ اَوۡلَادُکُمۡ فِتۡنَۃٌ
Sesungguhnya
harta benda kamu dan anak-anak kamu hanyalah suatu cobaan (Al-Taghābun
[64]:16),
sehingga jika Al-Masih yang Dijanjikan memang benar membagi-bagikan harta di antara umatnya berarti ia sengaja memberikan cobaan kepada
mereka. Pada kedatangannya yang awal, Al-Masih
a.s. pun tidak tertarik kepada kekayaan
duniawi.
Beliau menyatakan di dalam Kitab
Injil bahwa milik yang berharga
dari orang-orang yang beriman
bukanlah emas dan perak, tetapi permata kebenaran dan pemahaman.
Seperti inilah harta benda yang dikaruniakan Allah Swt. kepada para nabi yang kemudian mereka bagi-bagikan kepada umat mereka.
Berkaitan dengan harta benda seperti
ini juga yang dimaksud oleh Hadhrat Rasulullah Saw. ketika menyatakan: “Aku adalah yang membagi-bagikan
sedangkan Allah adalah Yang memberikan.”
Dalam Hadits dikatakan bahwa Al-Masih
yang Dijanjikan akan turun ke dunia ketika pengetahuan mengenai Al-Quran
telah menghilang dan kebodohan merebak di dunia. Saat itulah
yang dimaksud dalam Hadits bahwa: “Ketika
iman sudah terbang ke bintang Tsuraya
maka yang akan membawanya turun kembali adalah
seorang keturunan Parsi.”
Telah diwahyukan kepadaku
dalam sebuah kasyaf bahwa klimaks
dari masa yang dimaksud itu akan
bermula dalam tahun Hijriah yang
bilangannya sejalan dengan nilai
dari huruf-huruf dalam ayat:
وَ اِنَّا عَلٰی ذَہَابٍۭ بِہٖ لَقٰدِرُوۡنَ
Dan sesungguhnya Kami
benar-benar berkuasa untuk melenyapkannya
(Al-Mu’minun [23]:19), yang
ternyata nilainya adalah 1274.
Perhatikanlah hal ini secara seksama serta jangan mengabaikannya
begitu saja dan berdoalah semoga
Allah Swt. membukakan fikiran kalian. Hadits menyatakan bahwa di Akhir
Zaman Al-Quran akan diambil kembali dari dunia dan pengetahuan yang dikandungnya tidak
dikenal lagi serta kebodohan
akan merebak di mana-mana sehingga kelembutan
serta hasrat keimanan akan meninggalkan hati manusia.
Di antara hadits-hadits itu
ada yang menyatakan bahwa ketika keimanan manusia sudah terbang ke bintang Tsuraya dan tidak
ditemui lagi di muka bumi maka seorang
laki-laki keturunan Parsi akan membawanya turun kembali. Hadits ini jelas menyatakan bahwa ketika kebodohan dan kefasikan serta kedurhakaan
(yang dalam hadits lain ditamsilkan sebagai asap) telah merata di
seluruh dunia dimana keimanan murni menjadi suatu hal yang sedemikian langka sehingga seolah-olah telah ditarik ke langit, ditambah lagi ajaran Al-Quran telah ditinggalkan manusia sepertinya telah diambil kembali oleh Allah Yang Maha
Kuasa, maka pada masa itu seorang
keturunan bangsa Parsi akan mengambil
kembali keimanan tersebut dari langit
dan membawanya turun kembali ke dunia. Sesungguhnya ia itu Putra Maryam yang turun kembali.” (Izalah Auham, Amritsar, Riyaz Hind Press, 1308 H; sekarang dicetak dalam Ruhani
Khazain, jld. III, hlm. 454-456).
Nubuatan Pencabutan dan Pengembalian
Lagi “Ruh” Al-Quran
Berikut ini berberapa firman
Allah Swt. dalam Al-Quran mengenai “pencabutan”
kembali “ruh” Al-Quran secara
bertahap selama 1000 tahun setelah memgalami masa “kejayaan yang pertama” selama 3 abad (QS.32:6), dan nubuatan mengenai “pengembaliannya” di Akhir
Zaman melalui Imam Mahdi a.s. atau Masih Mau’ud a.s.,
yang menurut Nabi Besar Muhammad saw. akan membagi-bagikannya kepada manusia
tetapi mereka tidak mau menerima “khazanah ruhani” Al-Quran tersebut,
firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad
saw.:
وَ
یَسۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ الرُّوۡحِ ؕ قُلِ الرُّوۡحُ مِنۡ اَمۡرِ رَبِّیۡ وَ مَاۤ اُوۡتِیۡتُمۡ مِّنَ الۡعِلۡمِ اِلَّا قَلِیۡلًا ﴿﴾ وَ لَئِنۡ شِئۡنَا لَنَذۡہَبَنَّ بِالَّذِیۡۤ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَکَ
بِہٖ عَلَیۡنَا وَکِیۡلًا ﴿ۙ﴾ اِلَّا رَحۡمَۃً
مِّنۡ رَّبِّکَ ؕ اِنَّ
فَضۡلَہٗ کَانَ عَلَیۡکَ کَبِیۡرًا ﴿﴾ قُلۡ لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ
عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ وَ
لَوۡ کَانَ بَعۡضُہُمۡ لِبَعۡضٍ ظَہِیۡرًا
﴿﴾
Dan mereka bertanya kepada engkau mengenai ruh, katakanlah: “Ruh telah diciptakan atas perintah Rabb-ku (Tuhan-ku), dan kamu sama sekali tidak diberi ilmu mengenai itu melainkan
sedikit.” وَ لَئِنۡ شِئۡنَا لَنَذۡہَبَنَّ بِالَّذِیۡۤ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَکَ
بِہٖ عَلَیۡنَا وَکِیۡلًا -- Dan jika Kami benar-benar menghendaki, niscaya Kami mengambil kembali apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau kemudian engkau
tidak akan memperoleh penjaga baginya terhadap Kami dalam hal itu. اِلَّا رَحۡمَۃً مِّنۡ رَّبِّکَ -- Kecuali karena rahmat dari Rabb (Tuhan) engkau, اِنَّ فَضۡلَہٗ کَانَ عَلَیۡکَ کَبِیۡرًا -- sesungguhnya
karunia-Nya sangat besar kepada engkau.
قُلۡ لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ
عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ وَ
لَوۡ کَانَ بَعۡضُہُمۡ لِبَعۡضٍ ظَہِیۡرًا -- Katakanlah: “Jika ins (manusia) dan jin benar-benar berhimpun untuk mendatangkan yang semisal Al-Quran ini,
mereka tidak akan sanggup mendatangkan
yang sama seperti ini, walaupun sebagian
mereka membantu sebagian yang lain.” (Bani Israil [17]:86-89).
Ayat وَ لَئِنۡ شِئۡنَا لَنَذۡہَبَنَّ
بِالَّذِیۡۤ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ ثُمَّ
لَا تَجِدُ لَکَ بِہٖ عَلَیۡنَا وَکِیۡلًا -- “Dan jika Kami benar-benar menghendaki, niscaya Kami mengambil kembali apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau kemudian engkau
tidak akan memperoleh pen-jaga baginya terhadap Kami dalam hal itu,” nampaknya mengandung nubuatan bahwa akan datang suatu saat ketika ilmu Al-Quran – yakni “ruh”
Al-Quran -- akan lenyap dari bumi, firman-Nya:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ
اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ
اِلَیۡہِ فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ
مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ مِّمَّا
تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dia
mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari,
yang hitungan lamanya seribu tahun
dari apa yang kamu hitung.
(As-Sajdah
[32]:6).
Ayat
ini menunjuk kepada suatu pancaroba
sangat hebat yang ditakdirkan akan menimpa Islam dalam perkembangannya yang penuh
dengan perubahan itu. Islam akan
melalui suatu masa kemajuan dan kesejahteraan yang mantap selama 3 abad pertama kehidupannya. Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan pernah menyinggung secara
jitu mengenai kenyataan itu dalam
sabda beliau: “Abad terbaik ialah abad di
kala aku hidup, kemudian abad berikutnya, kemudian abad sesudah itu” (Tirmidzi & Bukhari, Kitab-usy-Syahadat).
Penyebab Utama Kemunduran
Umat Islam Selama 1000 Tahun
Kemudian akibat ketidak-bersyukuran di kalangan umat Islam sendiri -- antara lain berupa dibunuhnya (disyahidkannya) 3 orang Khalifah Nabi Besar Muhammad saw.. (Khalifah Umar bin Khaththab
r.a., Khalifah Ustman bin ‘Affan r.a., dan Khalifah Ali binAbi Thalib r.a.) -- Islam mulai mundur sesudah 3 abad pertama masa keunggulan dan kemenangan
yang tiada henti-hentinya.
Peristiwa kemunduran dan kemerosotannya
berlangsung dalam masa 1000 tahun
berikutnya. Kepada masa 1000 tahun inilah, telah diisyaratkan dengan kata-kata:
ثُمَّ
یَعۡرُجُ اِلَیۡہِ فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ
سَنَۃٍ مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ -- “Kemudian perintah
itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung.”
Sehubungan “pencabutan ruh
Al-Quran” dari kalangan umat Islam
secara bertahap dalam masa 1000 tahun tersebut, dalam hadits
lain Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan
pernah bersabda, bahwa iman akan
terbang ke Bintang Tsuraya dan seseorang dari keturunan Parsi akan mengembalikannya
ke bumi (Bukhari,
Kitab-ut-Tafsir). Dengan kedatangan Imam Mahdi a.s. atau Masih Mau’ud a.s. dalam abad ke-14 sesudah Hijrah, laju kemerosotannya telah terhenti dan kebangkitan Islam kembali mulai berlaku,
sesuai dengan nubuatan dalam firman-
Allah Swt. berikut ini:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی
الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ
کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang musyrik tidak menyukai (Ash-Shaf [61]:10).
Kebanyakan ahli
tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat
ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan (Maish
Mau’ud a.s.) sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan Islam di atas semua agama akan menjadi kepastian.
Nubuatan Nabi Besar Muhammad saw. serupa itu telah
diriwayatkan oleh Mardawaih, Baihaqi, dan Ibn Majah, ketika --
akibat ketidak-bersyukuran umat Islam
sendiri -- ruh
dan jiwa ajaran Al-Quran akan hilang lenyap
dari bumi, dan semua orang yang dikenal
sebagai ahli-ahli mistik dan para sufi yang mengakui memiliki kekuatan batin istimewa — seperti pula
diakui oleh segolongan orang-orang Yahudi
dahulu kala yang sifatnya serupa dengan
mereka — tidak akan berhasil mengembalikan
jiwa ajaran Al-Quran dengan usaha mereka bersama-sama, firman-Nya: وَ لَئِنۡ شِئۡنَا لَنَذۡہَبَنَّ
بِالَّذِیۡۤ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ ثُمَّ
لَا تَجِدُ لَکَ بِہٖ عَلَیۡنَا وَکِیۡلًا -- “Dan jika Kami benar-benar menghendaki, niscaya Kami mengambil kembali apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau kemudian engkau
tidak akan memperoleh penjaga baginya terhadap Kami dalam hal itu” (Bani Israil [17]:87).
Dua Kali Pengutusan Nabi
Besar Muhammad Saw. & Akibat Buruk Ketidak-bersyukuran Umat Islam di Akhir
Zaman
Makna ayat selanjutnya: اِلَّا رَحۡمَۃً مِّنۡ رَّبِّکَ ؕ اِنَّ فَضۡلَہٗ
کَانَ عَلَیۡکَ کَبِیۡرًا -- “Kecuali karena rahmat
dari Rabb (Tuhan) engkau,
sesungguhnya karunia-Nya sangat besar
kepada engkau,” merupakan nubuatan berupa kabar gembira bahwa setelah umat Islam mengalami masa kemunduran selama
1000 tahun, Allah Swt. akan
mengembalikan “ruh” Al-Quran tersebut
kepada umat Islam melalui pengutusan Rasul Akhir Zaman -- yakni Imam Mahdi a.s. atau Masih Mau’ud a.s.
(QS.61:10) -- yang pada hakikatnya
merupakan pengutusan kedua kali Nabi
Besar Muhammad saw. secara ruhani di Akhir Zaman, firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mere-ka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ
ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ
-- Dan juga akan membangkitkannya
pada kaum lain dari antara mereka,
yang belum bertemu dengan mereka.
Dan Dia-lah Yang Maha Per-kasa, Maha
Bijaksana. Itulah karunia Allah,
Dia meng-anugerahkannya kepada siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar (Al-Jumu’ah
[62]:3-5).
Ayat
ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ -- “Dia-lah Yang telah membangkitkan di
kalangan bangsa yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mere-ka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata”, mengisyaratkan kepada
pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. di kalangan bangsa Arab jahiliyah dan butahuruf,
sedangkan ayat selanjutnya: وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ
ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ
-- “Dan juga akan
membangkitkannya pada kaum lain dari
antara mereka, yang belum bertemu
dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana” mengisyaratkan kepada
pengutusan kedua kali beliau saw. di Akhir
Zaman dalam wujud Imam Mahdi a.s.
atau Al-Masih Mau’ud a.s.
Pernyataan Allah Swt. selanjutnya mengenai
pengutusan kedua kali Nabi Besar
Muhammad saw. secara ruhani di Akhir
Zaman ini semata-mata merupakan “karunia Istimewa” Allah Swt. kepada umat Islam, walau pun dalam kenyataannya
– sesuai Sunnatullah -- umum umat Islam tidak
mensyukuri karunia Ilahi tersebut: ٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ
اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ -- “Itulah karunia Allah, Dia meng-anugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”
Mengisyaratkan
kepada “karunia istimewa” yang tidak
disyukuri oleh umumnya umat Islam itu pulalah firman Allah Swt. dalam Surah
Bani Israil ayat 86-89 sebelumnya: وَ لَئِنۡ شِئۡنَا لَنَذۡہَبَنَّ
بِالَّذِیۡۤ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ ثُمَّ
لَا تَجِدُ لَکَ بِہٖ عَلَیۡنَا وَکِیۡلًا -- “Dan jika Kami benar-benar menghendaki, niscaya Kami mengambil kembali apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau kemudian engkau
tidak akan memperoleh penjaga baginya terhadap Kami dalam hal itu. اِلَّا رَحۡمَۃً مِّنۡ رَّبِّکَ ؕ اِنَّ فَضۡلَہٗ
کَانَ عَلَیۡکَ کَبِیۡرًا -- Kecuali karena rahmat dari Rabb (Tuhan)
engkau, sesungguhnya karunia-Nya sangat
besar kepada engkau.”
Alasan
mengapa seharusnya umat Islam mensyukuri “pengembalian “ruh” Al-Quran di
Akhir Zaman ini melalui pengutusan Rasul
Akhir Zaman -- yakni Imam Mahdi a.s. atau Al-Masih Mau’ud a.s. --
sebab upaya apa pun yang
dilakukan oleh seluruh umat Islam untuk mengembalikan
“ruh” Al-Quran serta untuk “mempersatukan hati umat Islam” seperti
yang terjadi di masa Nabi Besar Muhammad saw. tidak akan pernah berhasil, bahkan yang terjadi adalah sebaliknya, yakni keterpecah-belahan umat Islam yang terjadi di Akhir Zaman ini akan semakin parah
dan semakin berdarah-darah, firman-Nya:
قُلۡ
لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا
الۡقُرۡاٰنِ لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ وَ لَوۡ کَانَ بَعۡضُہُمۡ لِبَعۡضٍ ظَہِیۡرًا
-- Katakanlah: “Jika
ins (manusia) dan jin
benar-benar berhimpun untuk mendatangkan
yang semisal Al-Quran ini, mereka
tidak akan sanggup mendatangkan yang sama seperti ini, walaupun
sebagian mereka membantu sebagian
yang lain.” (Bani Israil [17]:89).
Tantangan yang Bersifat Abadi & Kebenaran Al-Quran di
Masa ini dan Pentingnya Upaya Pensucian Jiwa
Tantangan Allah Swt. dalam Surah Bani Israil 86-89 tersebut pertama-tama diajukan kepada mereka yang berkecimpung
dalam kebiasaan-kebiasaan klenik,
(kebatinan),supaya mereka meminta pertolongan ruh-ruh gaib, yang darinya orang-orang ahli kebatinan itu — menurut
pengakuannya sendiri — menerima ilmu ruhani. Dan tantangan ini berlaku pula untuk semua orang yang menolak Al-Quran
bersumber pada Allah Swt. dan tantangan
tersebut berlaku untuk sepanjang masa.
Sehubungan dengan
pengutusan Rasul Akhir Zaman guna mewujudkan “kejayaan Islam”
yang kedua kali di Akhir Zaman ini (QS.61:10; QS.62:3-6), berikut adalah
ketertarikan Masih Mau’ud a.s.
kepada Khazanah “mutiara dan Intan permata pengetahuan” yang terkandung dalam Al-Quran:
“Aku pernah muda dan sekarang
ini sudah tua, namun semua orang menyaksikan bahwa aku tidak pernah mempedulikan
masalah-masalah duniawi, dan aku hanya tertarik kepada masalah keimanan
saja. Aku telah menemukan firman amat
suci dan penuh dengan makrifat
keruhanian yang diberi nama Al-Quran.
Kitab ini tidak mempertuhan seorang manusia dan tidak melecehkan Tuhan dengan cara mengecualikan ruh dan raga dari hasil ciptaan-Nya. Kitab Suci Al-Quran
membawa berkat dalam hati manusia yang menjadikannya menganut
suatu agama yang benar serta menjadikan
dirinya sebagai pewaris dari rahmat Ilahi.
Setelah berhasil menemukan Nur demikian, bagaimana
mungkin kami kembali kepada kegelapan, dan setelah memperoleh mata
bagaimana mungkin kami menjadi buta?“ (Sanatan Dharm, Qadian, Ziaul
Islam Press, 1903; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. XIX, hlm. 474, London, 1984).
Selanjutnya Masih Mau’ud a.s. bersabda lagi mengenai
pentingnya upaya pensucian jiwa melalui pengamalan Al-Quran guna meraih lebih-banyak lagi “khazanah-khazanah pengetahuan ” yang
terkandung dalam Al-Quran (QS.56:78-81):
“Jelas sudah kalau Al-Quran
itu telah menyempurnakan agama Islam sebagaimana dinyatakan dalam
ayat:
اَلۡیَوۡمَ اَکۡمَلۡتُ لَکُمۡ دِیۡنَکُمۡ وَ
اَتۡمَمۡتُ عَلَیۡکُمۡ نِعۡمَتِیۡ وَ رَضِیۡتُ لَکُمُ الۡاِسۡلَامَ دِیۡنًا
Hari ini telah Kusempurnakan
agama kamu bagi manfaat kamu dan
telah Kulengkapkan nikmat-Ku atas kamu
dan telah Kusukai bagi kamu Islam
sebagai agama’ (Al-Māidah [5]:4).
Karena itu setelah Kitab Suci
Al-Quran tidak diperlukan diturunkan
kitab lain, mengingat semua yang dibutuhkan manusia sudah
dirangkum di dalamnya. Sekarang ini
hanya pintu wahyu yang masih terbuka, namun tidak
secara otomatis demikian.
Firman haqiqi dan suci yang berisikan pertolongan
Allah Swt. serta berbagai hal-hal
tersembunyi di dalamnya hanya bisa diperoleh dengan cara mensucikan batin melalui pengamalan Al-Quran dan mematuhi Hadhrat Rasulullah Saw.” (Chasma Marifat, Qadian, Anwar
Ahmadiyyah Press, 1908; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. XXIII, hlm. 80, London,
1984).
Kemudian Masih Mau’ud a.s. bersabda
lagi:
“Apa yang termaktub di dalam Al-Quran
merupakan wahyu utama dan mengatasi serta berada di atas semua wahyu-wahyu
lainnya. Tidak dimungkinkan adanya wahyu
lain yang diturunkan yang akan bertentangan
karena hal seperti itu sama saja dengan memansukhkan (membatalkan) Ayat-ayat Suci.” (Majmua Ishtiharat, jld.
II, hlm. 84).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran
Anyar, 8 Januari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar