Jumat, 08 Januari 2016

Nubuatan Pencabutan dan Pengembalian "Ruh Al-Quran" & Ketidak-terbatasan "Khazanah Ruhani" Kitab Suci Al-Quran





Bismillaahirrahmaanirrahiim


KITAB SUCI AL-QURAN

Kitab Suci Al-Quran adalah kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak menyadarinya



“Setiap saat hatiku merindukan untuk mencium Kitab  Engkau dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan Kabahku”.

 (Al-Masih-al-Mau’ud a.s.)


Nubuatan  Pencabutan  dan Pengembalian “Ruh Al-Quran”  & Ketidak-terbatasan Khazanah Ruhani  Kitab Suci Al-Quran  


Bab 5


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


D

alam bagian akhir Bab sebelumnya dikemukakan  sabda Masih Mau’ud a.s. mengenai  mengenai  lenyapnya ruh  Al-Quran (QS.32:6; QS.17:86-89) dan pengembaliannya lagi oleh Masih Mau’ud a.s. dari “bintang Tsurayya” tersebut sesuai dengan  firman-Nya berikut ini:

ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾      وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾

Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah  walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata.  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ   --  Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara me-reka, yang belum bertemu dengan mereka. وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ --   Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  (Ash-Shaf [62]:3-4). Lihat pula QS.2:152.



Pengetahuan  Masih Mau’ud a.s. Tentang Al-Quran



     Sehubungan dengan kesempurnaan  khazanah pengetahuan dalam Al-Quran antara lain Masih Mau’ud a.s. bersabda:

    “… Dengan demikian berarti bahwa jika ada hadits yang bertentangan dengan Al-Quran maka hadits itu harus ditinggalkan. Dalam hal suatu hadits bisa ditafsirkan sejalan dengan Al-Quran maka hadits itu bisa diterima. Katakan kepada mereka bahwa berkat rahmat dan kasih Allah Swt.  maka Al-Quran ini merupakan milik yang amat berharga yang sepatutnya kalian rengkuh dengan kegembiraan. Ia lebih baik daripada harta-benda yang kalian kumpulkan. (Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada harta-benda yang lebih berharga dibanding pengetahuan dan kebijaksanaan).

       Inilah yang dimaksud sebagai kekayaan yang menurut nubuatan akan dibagi-bagikan oleh Al-Masih Mau’ud (yang Dijanjikan), sehingga manusia akan puas karenanya. Nubuatan tersebut tidak ada mengartikan bahwa Al-Masih yang Dijanjikan akan mengumpulkan harta-benda material karena telah dinyatakan bahwa:

اِنَّمَاۤ  اَمۡوَالُکُمۡ وَ اَوۡلَادُکُمۡ  فِتۡنَۃٌ

 Sesungguhnya harta benda kamu dan anak-anak kamu hanyalah suatu cobaan   (Al-Taghābun [64]:16),

sehingga jika Al-Masih yang Dijanjikan memang benar membagi-bagikan harta di antara umatnya berarti ia sengaja memberikan cobaan kepada mereka. Pada kedatangannya yang awal, Al-Masih a.s. pun tidak tertarik kepada kekayaan duniawi.

       Beliau menyatakan di dalam Kitab Injil bahwa milik yang berharga dari orang-orang yang beriman bukanlah emas dan perak, tetapi permata kebenaran dan pemahaman. Seperti inilah harta benda yang dikaruniakan Allah Swt.  kepada para nabi  yang kemudian mereka bagi-bagikan kepada umat mereka. Berkaitan dengan harta benda seperti ini juga yang dimaksud oleh Hadhrat Rasulullah Saw. ketika menyatakan: “Aku adalah yang membagi-bagikan sedangkan Allah adalah Yang memberikan.”

      Dalam Hadits dikatakan bahwa Al-Masih yang Dijanjikan akan turun ke dunia ketika pengetahuan mengenai Al-Quran telah menghilang dan kebodohan merebak di dunia. Saat itulah yang dimaksud dalam Hadits bahwa: “Ketika iman sudah terbang ke bintang Tsuraya maka yang akan membawanya turun kembali adalah seorang keturunan Parsi.”

      Telah diwahyukan kepadaku dalam sebuah kasyaf bahwa klimaks dari masa yang dimaksud itu akan bermula dalam tahun Hijriah yang bilangannya sejalan dengan nilai dari huruf-huruf dalam ayat:

وَ اِنَّا عَلٰی ذَہَابٍۭ بِہٖ  لَقٰدِرُوۡنَ

Dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa untuk melenyapkannya  (Al-Mu’minun [23]:19), yang ternyata nilainya  adalah 1274.

       Perhatikanlah hal ini secara seksama serta jangan mengabaikannya begitu saja dan berdoalah semoga Allah Swt.  membukakan fikiran kalian. Hadits menyatakan bahwa di  Akhir Zaman  Al-Quran akan diambil kembali dari dunia dan pengetahuan yang dikandungnya tidak dikenal lagi serta kebodohan akan merebak di mana-mana sehingga kelembutan serta hasrat keimanan akan meninggalkan hati manusia.

      Di antara hadits-hadits itu ada  yang menyatakan bahwa ketika keimanan manusia sudah terbang ke bintang Tsuraya dan tidak ditemui lagi di muka bumi maka seorang laki-laki keturunan Parsi akan membawanya turun kembali. Hadits ini jelas menyatakan bahwa ketika kebodohan dan kefasikan serta kedurhakaan (yang dalam hadits lain ditamsilkan sebagai asap) telah merata di seluruh dunia dimana keimanan  murni menjadi suatu hal yang sedemikian langka sehingga seolah-olah telah ditarik ke langit, ditambah lagi ajaran Al-Quran telah ditinggalkan manusia sepertinya telah diambil kembali oleh Allah Yang Maha Kuasa, maka pada masa itu seorang keturunan bangsa Parsi akan mengambil kembali keimanan tersebut dari langit dan membawanya turun kembali ke dunia. Sesungguhnya ia itu Putra Maryam yang turun kembali.” (Izalah Auham, Amritsar, Riyaz Hind Press, 1308 H; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. III, hlm.  454-456).



Nubuatan Pencabutan dan Pengembalian Lagi “Ruh” Al-Quran



     Berikut ini berberapa firman Allah Swt. dalam Al-Quran mengenai “pencabutan” kembali “ruh” Al-Quran secara bertahap  selama 1000 tahun setelah memgalami masa “kejayaan yang pertama” selama 3 abad (QS.32:6), dan nubuatan mengenai “pengembaliannya” di Akhir Zaman  melalui  Imam Mahdi a.s. atau Masih Mau’ud a.s., yang  menurut   Nabi Besar Muhammad saw. akan membagi-bagikannya kepada manusia tetapi mereka  tidak mau menerima “khazanah ruhani” Al-Quran tersebut, firman-Nya  kepada Nabi Besar Muhammad saw.:

وَ یَسۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ الرُّوۡحِ ؕ قُلِ الرُّوۡحُ مِنۡ  اَمۡرِ رَبِّیۡ وَ مَاۤ  اُوۡتِیۡتُمۡ مِّنَ الۡعِلۡمِ اِلَّا  قَلِیۡلًا ﴿﴾  وَ لَئِنۡ شِئۡنَا لَنَذۡہَبَنَّ بِالَّذِیۡۤ  اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَکَ بِہٖ عَلَیۡنَا  وَکِیۡلًا ﴿ۙ﴾  اِلَّا رَحۡمَۃً  مِّنۡ رَّبِّکَ ؕ اِنَّ  فَضۡلَہٗ  کَانَ عَلَیۡکَ  کَبِیۡرًا ﴿﴾  قُلۡ لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ وَ لَوۡ کَانَ بَعۡضُہُمۡ لِبَعۡضٍ  ظَہِیۡرًا ﴿﴾

Dan mereka bertanya kepada engkau mengenai ruh,  katakanlah: “Ruh telah diciptakan atas perintah Rabb-ku (Tuhan-ku), dan kamu sama sekali  tidak  diberi ilmu mengenai itu melainkan sedikit.” وَ لَئِنۡ شِئۡنَا لَنَذۡہَبَنَّ بِالَّذِیۡۤ  اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَکَ بِہٖ عَلَیۡنَا  وَکِیۡلًا  -- Dan jika Kami benar-benar  menghendaki, niscaya Kami mengambil kembali apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau   kemudian engkau tidak akan memperoleh penjaga baginya terhadap Kami dalam hal itu. اِلَّا رَحۡمَۃً  مِّنۡ رَّبِّکَ --  Kecuali karena rahmat dari Rabb (Tuhan) engkau,  اِنَّ  فَضۡلَہٗ  کَانَ عَلَیۡکَ  کَبِیۡرًا -- sesungguhnya karunia-Nya sangat besar kepada engkau. قُلۡ لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ وَ لَوۡ کَانَ بَعۡضُہُمۡ لِبَعۡضٍ  ظَہِیۡرًا  --  Katakanlah: “Jika  ins (manusia) dan jin benar-benar berhimpun  untuk mendatangkan yang semisal Al-Quran ini, mereka tidak akan sanggup mendatangkan yang sama seperti ini,  walaupun  sebagian mereka membantu sebagian yang lain.” (Bani Israil [17]:86-89).

      Ayat  وَ لَئِنۡ شِئۡنَا لَنَذۡہَبَنَّ بِالَّذِیۡۤ  اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَکَ بِہٖ عَلَیۡنَا  وَکِیۡلًا  -- “Dan jika Kami benar-benar  menghendaki, niscaya Kami mengambil kembali  apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau   kemudian engkau tidak akan memperoleh pen-jaga baginya terhadap Kami dalam hal itu,   nampaknya mengandung nubuatan bahwa akan datang suatu saat ketika ilmu Al-Quran – yakni “ruh” Al-Quran   -- akan lenyap dari bumi, firman-Nya:

یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ  اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ  مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾

Dia mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung. (As-Sajdah [32]:6).

       Ayat ini menunjuk kepada suatu pancaroba sangat hebat  yang ditakdirkan akan menimpa Islam dalam perkembangannya yang penuh dengan perubahan itu. Islam akan melalui suatu masa kemajuan dan kesejahteraan yang mantap selama 3 abad pertama kehidupannya.  Nabi Besar Muhammad saw.  diriwayatkan pernah menyinggung secara jitu mengenai kenyataan itu dalam sabda beliau: “Abad terbaik ialah abad di kala aku hidup, kemudian abad berikutnya, kemudian abad sesudah itu” (Tirmidzi & Bukhari, Kitab-usy-Syahadat).



Penyebab Utama Kemunduran Umat Islam Selama 1000 Tahun



       Kemudian akibat ketidak-bersyukuran di kalangan umat Islam sendiri    -- antara lain berupa dibunuhnya (disyahidkannya) 3 orang Khalifah Nabi Besar Muhammad saw.. (Khalifah Umar bin Khaththab r.a., Khalifah Ustman bin ‘Affan r.a., dan Khalifah Ali binAbi Thalib r.a.) -- Islam mulai mundur sesudah 3 abad pertama masa keunggulan dan kemenangan yang tiada henti-hentinya.

      Peristiwa kemunduran dan kemerosotannya berlangsung dalam masa 1000 tahun berikutnya. Kepada masa 1000 tahun inilah, telah diisyaratkan dengan kata-kata: ثُمَّ یَعۡرُجُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ  مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ --  “Kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung.”

       Sehubungan “pencabutan ruh Al-Quran” dari kalangan umat Islam secara bertahap  dalam masa 1000 tahun tersebut, dalam hadits lain  Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan pernah bersabda, bahwa iman akan terbang ke Bintang Tsuraya dan seseorang dari keturunan Parsi akan mengembalikannya ke bumi (Bukhari, Kitab-ut-Tafsir). Dengan kedatangan   Imam Mahdi a.s. atau  Masih Mau’ud a.s.  dalam abad ke-14 sesudah Hijrah, laju kemerosotannya telah terhenti dan kebangkitan Islam kembali mulai berlaku, sesuai dengan nubuatan dalam firman- Allah Swt. berikut ini:

ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ﴿﴾

Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,  walaupun orang musyrik tidak menyukai (Ash-Shaf [61]:10).

   Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan (Maish Mau’ud a.s.) sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan Islam di atas semua agama akan menjadi kepastian.

    Nubuatan  Nabi Besar Muhammad saw. serupa itu telah diriwayatkan oleh Mardawaih, Baihaqi, dan Ibn Majah, ketika    -- akibat ketidak-bersyukuran umat Islam sendiri   --  ruh dan jiwa ajaran Al-Quran akan hilang lenyap dari bumi, dan semua  orang yang dikenal sebagai ahli-ahli mistik dan para sufi yang mengakui memiliki kekuatan batin istimewa — seperti pula diakui oleh segolongan orang-orang Yahudi dahulu kala yang sifatnya serupa dengan mereka — tidak akan berhasil mengembalikan jiwa ajaran Al-Quran dengan usaha mereka bersama-sama, firman-Nya: وَ لَئِنۡ شِئۡنَا لَنَذۡہَبَنَّ بِالَّذِیۡۤ  اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَکَ بِہٖ عَلَیۡنَا  وَکِیۡلًا  -- “Dan jika Kami benar-benar  menghendaki, niscaya Kami mengambil kembali  apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau   kemudian engkau tidak akan memperoleh penjaga baginya terhadap Kami dalam hal itu   (Bani Israil [17]:87).



Dua Kali Pengutusan Nabi Besar Muhammad Saw. & Akibat Buruk  Ketidak-bersyukuran Umat Islam di Akhir Zaman



      Makna ayat selanjutnya:  اِلَّا رَحۡمَۃً  مِّنۡ رَّبِّکَ ؕ اِنَّ  فَضۡلَہٗ  کَانَ عَلَیۡکَ  کَبِیۡرًا -- “Kecuali karena rahmat dari Rabb (Tuhan) engkau, sesungguhnya karunia-Nya sangat besar kepada engkau,” merupakan  nubuatan berupa kabar gembira  bahwa  setelah umat Islam mengalami masa kemunduran   selama 1000 tahun,  Allah Swt. akan mengembalikan “ruh” Al-Quran tersebut kepada umat Islam melalui pengutusan Rasul Akhir Zaman   -- yakni Imam Mahdi a.s. atau Masih Mau’ud a.s. (QS.61:10)  -- yang pada hakikatnya merupakan pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani di Akhir Zaman, firman-Nya:

ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾       وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾   ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾ 

Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mere-ka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah  walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata,    وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ   --  Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Per-kasa, Maha Bijaksana. Itulah karunia Allah, Dia meng-anugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar  (Al-Jumu’ah [62]:3-5).

      Ayat  ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ -- “Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mere-ka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah  walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata”, mengisyaratkan kepada pengutusan  Nabi Besar Muhammad saw. di kalangan bangsa Arab jahiliyah dan butahuruf, sedangkan ayat selanjutnya:  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ   --  “Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana” mengisyaratkan kepada pengutusan kedua kali beliau saw. di Akhir Zaman dalam wujud Imam Mahdi a.s. atau Al-Masih Mau’ud a.s.

     Pernyataan Allah Swt. selanjutnya mengenai pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani di Akhir Zaman  ini semata-mata merupakan “karunia Istimewa” Allah Swt. kepada umat Islam, walau pun dalam kenyataannya – sesuai  Sunnatullah   --  umum umat Islam    tidak mensyukuri karunia Ilahi tersebut:  ٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ -- “Itulah karunia Allah, Dia meng-anugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”

        Mengisyaratkan kepada “karunia istimewa yang tidak disyukuri oleh umumnya umat Islam itu pulalah firman Allah Swt. dalam Surah Bani Israil ayat 86-89 sebelumnya:  وَ لَئِنۡ شِئۡنَا لَنَذۡہَبَنَّ بِالَّذِیۡۤ  اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَکَ بِہٖ عَلَیۡنَا  وَکِیۡلًا -- “Dan jika Kami benar-benar  menghendaki, niscaya Kami mengambil kembali apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau  kemudian engkau tidak akan memperoleh penjaga baginya terhadap Kami dalam hal itu.  اِلَّا رَحۡمَۃً  مِّنۡ رَّبِّکَ ؕ اِنَّ  فَضۡلَہٗ  کَانَ عَلَیۡکَ  کَبِیۡرًا  -- Kecuali karena rahmat dari Rabb (Tuhan) engkau, sesungguhnya karunia-Nya sangat besar kepada engkau.”

    Alasan mengapa seharusnya umat Islam mensyukuri “pengembalian “ruh” Al-Quran   di Akhir Zaman ini melalui pengutusan Rasul Akhir Zaman    -- yakni Imam Mahdi a.s. atau Al-Masih Mau’ud a.s.   --  sebab upaya apa pun yang dilakukan oleh seluruh umat Islam  untuk mengembalikanruh” Al-Quran serta untuk “mempersatukan hati umat Islam” seperti yang terjadi di masa Nabi Besar Muhammad saw. tidak akan pernah berhasil, bahkan yang terjadi adalah sebaliknya, yakni keterpecah-belahan umat Islam yang terjadi di Akhir Zaman ini akan semakin parah dan semakin berdarah-darah, firman-Nya: قُلۡ لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ وَ لَوۡ کَانَ بَعۡضُہُمۡ لِبَعۡضٍ  ظَہِیۡرًا  --  Katakanlah: “Jika  ins (manusia) dan jin benar-benar berhimpun  untuk mendatangkan yang semisal Al-Quran ini, mereka tidak akan sanggup mendatangkan yang sama seperti ini,  walaupun  sebagian mereka membantu sebagian yang lain.” (Bani Israil [17]:89).



Tantangan yang Bersifat Abadi & Kebenaran Al-Quran di Masa ini  dan  Pentingnya Upaya Pensucian Jiwa



      Tantangan Allah Swt. dalam Surah Bani Israil 86-89 tersebut  pertama-tama diajukan kepada mereka yang berkecimpung dalam kebiasaan-kebiasaan klenik, (kebatinan),supaya mereka meminta pertolongan ruh-ruh gaib, yang darinya orang-orang ahli kebatinan itu —  menurut pengakuannya sendiri — menerima ilmu ruhani. Dan tantangan ini berlaku pula untuk semua orang yang menolak Al-Quran bersumber pada  Allah  Swt. dan  tantangan tersebut berlaku untuk sepanjang masa.

      Sehubungan dengan pengutusan Rasul Akhir Zaman guna mewujudkan “kejayaan Islam” yang kedua kali di Akhir Zaman ini (QS.61:10; QS.62:3-6), berikut adalah  ketertarikan Masih Mau’ud a.s. kepada Khazanah “mutiara dan Intan permata pengetahuan yang terkandung dalam Al-Quran:

   Aku pernah muda dan sekarang ini sudah tua, namun semua orang menyaksikan bahwa aku tidak pernah mempedulikan masalah-masalah duniawi,  dan aku hanya tertarik kepada masalah keimanan saja. Aku telah menemukan firman amat suci dan penuh dengan makrifat keruhanian   yang diberi nama Al-Quran.

      Kitab ini tidak mempertuhan seorang manusia dan tidak melecehkan Tuhan dengan cara mengecualikan ruh dan raga dari hasil ciptaan-Nya. Kitab Suci Al-Quran membawa berkat dalam hati manusia yang menjadikannya menganut suatu agama yang benar serta menjadikan dirinya sebagai pewaris dari rahmat Ilahi.

     Setelah berhasil menemukan Nur demikian, bagaimana mungkin kami kembali kepada kegelapan,  dan setelah memperoleh mata bagaimana mungkin kami menjadi buta?“ (Sanatan Dharm, Qadian, Ziaul Islam Press, 1903; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain,  jld. XIX, hlm.  474, London, 1984).

   Selanjutnya Masih Mau’ud a.s. bersabda lagi mengenai pentingnya upaya pensucian  jiwa melalui pengamalan Al-Quran guna meraih lebih-banyak lagi “khazanah-khazanah pengetahuan ” yang terkandung dalam Al-Quran (QS.56:78-81):           

   “Jelas sudah kalau Al-Quran itu telah menyempurnakan agama Islam sebagaimana dinyatakan dalam ayat:

اَلۡیَوۡمَ اَکۡمَلۡتُ لَکُمۡ دِیۡنَکُمۡ وَ اَتۡمَمۡتُ عَلَیۡکُمۡ نِعۡمَتِیۡ وَ رَضِیۡتُ لَکُمُ الۡاِسۡلَامَ دِیۡنًا

Hari ini telah Kusempurnakan agama kamu bagi manfaat kamu dan telah Kulengkapkan nikmat-Ku atas kamu dan telah Kusukai bagi kamu Islam sebagai agama (Al-Māidah [5]:4).

       Karena itu setelah Kitab Suci Al-Quran tidak diperlukan diturunkan  kitab lain, mengingat semua yang dibutuhkan manusia sudah dirangkum di dalamnya. Sekarang ini hanya pintu wahyu yang masih terbuka,  namun tidak secara otomatis demikian.

      Firman haqiqi dan suci yang berisikan pertolongan Allah Swt. serta berbagai hal-hal tersembunyi di dalamnya   hanya bisa diperoleh dengan cara mensucikan batin melalui pengamalan Al-Quran dan mematuhi Hadhrat Rasulullah Saw.” (Chasma Marifat, Qadian, Anwar Ahmadiyyah Press, 1908; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain,  jld. XXIII, hlm. 80, London, 1984).

Kemudian Masih Mau’ud a.s. bersabda lagi:

    Apa yang termaktub di dalam Al-Quran merupakan wahyu utama dan mengatasi serta berada di atas semua wahyu-wahyu lainnya. Tidak dimungkinkan adanya wahyu lain yang diturunkan yang akan bertentangan karena hal seperti itu sama saja dengan memansukhkan  (membatalkan) Ayat-ayat Suci.” (Majmua Ishtiharat, jld. II, hlm. 84).



(Bersambung)



Rujukan: The Holy Quran

Editor: Malik Ghulam Farid

oo0oo
Pajajaran Anyar,   8  Januari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar