Rabu, 13 Januari 2016

Nubuatan Kehancuran Kekuasaan Duniawi Ya'juj (Gog) dan Ma'juj (Magog) & Empat Mukjizat Abadi Kitab Suci Al-Quran



Bismillaahirrahmaanirrahiim


KITAB SUCI AL-QURAN

Kitab Suci Al-Quran adalah kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak menyadarinya

“Setiap saat hatiku merindukan untuk mencium Kitab  Engkau dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan Kabahku”

 (Al-Masih-al-Mau’ud a.s.)


 Nubuatan Kehancuran  Kekuasaan Duniawi  Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) & Empat Mukjizat  Abadi  Kitab Suci Al-Quran  


Bab 10


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya dikemukakan    mengenai  keprihatinan besar Masih Mau’ud a.s.   ketika   menyaksikan merebaknya “fitnah Dajjal” akibat  pelepasan Ya’juj (Gog) – Ma’juj (Magog) dari pemenjaraannya selama 1000 tahun (Wahyu 20:7-10; QS.18:95:102; QS.21:97)  -- di Akhir Zaman ini, yang telah  mencengkram   baik kehidupan jasmani (duniawi) mau pun  dunia keagamaan,   termasuk umat Islam,     dan bahaya besar yang ditimbulkannya, firman-Nya: 
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ اَلۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡۤ  اَنۡزَلَ عَلٰی عَبۡدِہِ الۡکِتٰبَ  وَ لَمۡ  یَجۡعَلۡ  لَّہٗ عِوَجًا ؕ﴿ٜ﴾ قَیِّمًا  لِّیُنۡذِرَ بَاۡسًا شَدِیۡدًا مِّنۡ لَّدُنۡہُ وَ یُبَشِّرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ  لَہُمۡ  اَجۡرًا حَسَنًا ۙ﴿﴾  مَّاکِثِیۡنَ فِیۡہِ اَبَدًا ۙ﴿﴾  وَّ یُنۡذِرَ الَّذِیۡنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰہُ وَلَدًا ٭﴿﴾  مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ وَّ لَا لِاٰبَآئِہِمۡ ؕ کَبُرَتۡ کَلِمَۃً  تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ ؕ اِنۡ یَّقُوۡلُوۡنَ  اِلَّا کَذِبًا ﴿﴾ فَلَعَلَّکَ بَاخِعٌ نَّفۡسَکَ عَلٰۤی اٰثَارِہِمۡ  اِنۡ لَّمۡ  یُؤۡمِنُوۡا بِہٰذَا  الۡحَدِیۡثِ  اَسَفًا ﴿﴾  اِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَی الۡاَرۡضِ زِیۡنَۃً  لَّہَا لِنَبۡلُوَہُمۡ  اَیُّہُمۡ   اَحۡسَنُ  عَمَلًا ﴿﴾  وَ اِنَّا لَجٰعِلُوۡنَ مَا عَلَیۡہَا صَعِیۡدًا جُرُزًا  ؕ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Segala puji bagi Allah  Yang  telah menurunkan kepada hamba-Nya Kitab Al-Quran ini dan   Dia  tidak menjadikan padanya ke­bengkokan. Sebagai penjaga  untuk memberi peringatan mengenai  siksaan yang dahsyat dari hadirat-Nya, dan memberikan kabar gembira  kepada orang-orang  beriman  yang beramal saleh bahwa sesungguhnya bagi mereka ada ganjaran yang baik, mereka menetap di dalamnya selama-lamanyaوَّ یُنۡذِرَ الَّذِیۡنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰہُ وَلَدًا --   Dan supaya memperingat­kan orang-orang  yang berkata: "Allah  mengambil seorang  anak laki-laki. مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ وَّ لَا لِاٰبَآئِہِمۡ   --     Mereka   sekali-kali tidak memiliki pengetahuan mengenainya, dan tidak pula bapak-bapak mereka memilikinya. کَبُرَتۡ کَلِمَۃً  تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ   --   Sangat besar keburukan perkataan yang keluar dari mulut mereka, اِنۡ یَّقُوۡلُوۡنَ  اِلَّا کَذِبًا  --  mereka tidak mengucapkan kecuali kedustaan. فَلَعَلَّکَ بَاخِعٌ نَّفۡسَکَ عَلٰۤی اٰثَارِہِمۡ  اِنۡ لَّمۡ  یُؤۡمِنُوۡا بِہٰذَا  الۡحَدِیۡثِ  اَسَفًا  --    Maka sangat mungkin engkau akan  membinasakan diri engkau   karena sangat sedih  sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini.  اِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَی الۡاَرۡضِ زِیۡنَۃً  لَّہَا لِنَبۡلُوَہُمۡ  اَیُّہُمۡ   اَحۡسَنُ  عَمَلًا --  Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi per­hiasan  baginya   supaya  Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannyaوَ اِنَّا لَجٰعِلُوۡنَ مَا عَلَیۡہَا صَعِیۡدًا جُرُزًا    --   Dan sesungguhnya Kami niscaya akan menjadikan segala yang ada di atasnya menjadi tanah-rata yang tandus.  (Al-Kahf [18]:1-9).

Nubuatan Hancurnya Kekuasaan Duniawi Ya’juj dan Ma’juj

   Ayat 9  mengandung suatu kabar gaib  (nubuatan) bahwa bangsa-bangsa Kristen dari Barat – yakni Gog (Ya’juj dan Magog (Maj’juj) atau “fitnah Dajjal”  --sesudah memperoleh kekayaan, kekuatan, kekuasaan, dan sesudah mendapat penemuan-penemuan besar  dalam bidang duniawi, akhirnya akan membuat bumi Allah itu penuh dengan  kedosaan dan keburukan, seperti yang dituturkan oleh Bible, firman-Nya:
وَ حَرٰمٌ عَلٰی قَرۡیَۃٍ  اَہۡلَکۡنٰہَاۤ  اَنَّہُمۡ لَا  یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾  حَتّٰۤی  اِذَا  فُتِحَتۡ یَاۡجُوۡجُ وَ مَاۡجُوۡجُ وَ ہُمۡ  مِّنۡ  کُلِّ  حَدَبٍ  یَّنۡسِلُوۡنَ ﴿﴾  وَ اقۡتَرَبَ الۡوَعۡدُ الۡحَقُّ فَاِذَا ہِیَ شَاخِصَۃٌ  اَبۡصَارُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ؕ یٰوَیۡلَنَا قَدۡ کُنَّا فِیۡ غَفۡلَۃٍ  مِّنۡ  ہٰذَا بَلۡ کُنَّا ظٰلِمِیۡنَ ﴿﴾  اِنَّکُمۡ وَ مَا تَعۡبُدُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ حَصَبُ جَہَنَّمَ ؕ اَنۡتُمۡ  لَہَا وٰرِدُوۡنَ ﴿﴾  لَوۡ کَانَ ہٰۤؤُلَآءِ اٰلِہَۃً مَّا وَرَدُوۡہَا ؕ وَ کُلٌّ  فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾  لَہُمۡ فِیۡہَا زَفِیۡرٌ  وَّ  ہُمۡ فِیۡہَا لَا یَسۡمَعُوۡنَ ﴿﴾
Dan terlarang bagi penduduk suatu negeri yang telah Kami binasakan bahwa sesungguhnya mereka itu tidak mungkin kembali. حَتّٰۤی  اِذَا  فُتِحَتۡ یَاۡجُوۡجُ وَ مَاۡجُوۡجُ وَ ہُمۡ  مِّنۡ  کُلِّ  حَدَبٍ  یَّنۡسِلُوۡنَ  --   Hingga apabila dibukakan pintu pemenjaraan  Ya’juj dan Ma’juj  dan mereka turun dengan cepat dari setiap ketinggian.  Sudah mendekat janji yang benar maka sekonyong-konyong akan terbelalak mata orang-orang   kafir, mereka  berseru, Aduhai, celaka kami! Sungguh kami dalam kelalaian mengenai hal ini, bahkan kami adalah orang yang zalim!”  Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah bahan bakar Jahannam kamu akan mendatanginya. Seandainya mereka itu tuhan-tuhan,   mereka sekali-kali tidak akan masuk mendatanginya,  dan semuanya akan kekal di dalamnya.    Mereka di dalamnya merintih, dan mereka di dalamnya tidak mendengar kabar gembira. (Al-Anbiyā[21]:96-101). 
       Bahwa orang mati sekali-kali tidak akan dikembalikan lagi ke dunia, merupakan hukum Ilahi yang tidak dapat dielakkan dan dihindarkan. Mereka yang meninggalkan dunia ini meninggalkannya untuk selama-lamanya (QS.23:100-101). Jika ayat 97 mengenai Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) dibaca bersama-sama dengan ayat yang mendahuluinya, maka maksud ayat ini ialah bahwa hukum alam bekerja demikian rupa, sehingga sekali bila suatu kaum — sesudah mencapai puncak kejayaan dan kemuliaannya — mengalami kebinasaan dan kehancuran mereka tidak mendapatkan kembali kejayaan mereka yang hilang itu.
 Demikian pula Ya’juj dan Ma’juj pun   -- yakni bangsa-bangsa Non-Muslim dari barat --  dengan kejayaan dan kemuliaan besar dalam kebendaan tidak dapat mengelakkan diri dari hukum alam tersebut. Mereka akan jatuh dan tidak akan bangkit kembali untuk selama-lamanya.
 Ya’juj dan Ma’juj atau bangsa-bangsa Kristen barat  mulai dari abad ke 17 Masehi telah mencapai segala puncak kekuasaan politik dan telah menyebar ke seluruh dunia. Ungkapan Al-Quran وَ ہُمۡ  مِّنۡ  کُلِّ  حَدَبٍ  یَّنۡسِلُوۡنَ --  “dan mereka turun dengan cepat dari setiap ketinggian ” berarti, bahwa mereka akan menempati setiap ujung yang membawa keuntungan dan akan menguasai seluruh dunia.
       Kekuasaan Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) akan diikuti oleh peristiwa-peristiwa yang membawa bencana di dunia, yang akhirnya akan menyebabkan kejayaan  dan kemenangan Islam (QS.61:10) dan menjadi sebab kekuatan-kekuatan kepalsuan dan kebendaan yang menjelma dalam wujud Ya’juj dan Ma’juj  atau  fitnah Dajjal itu musnah.

Mewujudkan  Kejayaan Islam Kedua Kali & Kebenaran dan Keunggulan Al-Quran

     Bila sesudah kehancuran Ya’juj-Ma’juj secara mutlak, maka  Islam melalui perjuangan Rasul Akhir Zaman atau Masih Mau’ud a.s. dan Jamaah beliau  yang dipimpin oleh para Khalifatul Masih akan memperoleh kembali kejayaan dan kemuliaannya seperti sediakala (QS.61:10),  mereka yang telah berputus-asa mengenai kebangkitan kembali mata kepala mereka sendiri hampir-hampir tidak dapat mempercayainya, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang musyrik tidak menyukai  (Ash-Shaf [61]:10).
   Akibat fitnah Dajjal tersebut kemurkaan Allah akan bangkit, dan sesuai dengan nubuatan-nubuatan yang diucapkan oleh mulut para nabi Allah, di dalam Perjanjian Lama maupun di dalam Perjanjian Baru, Al-Quran dan hadits, bencana-bencana luar-biasa akan menimpa bumi secara meluas, serta segala kemajuan yang tadinya telah dicapai oleh mereka dan semua buah tangan  mereka,  gedung-gedung mereka yang tinggi megah, keindahan negeri mereka, serta segala kemuliaan, kemegahan, dan keagungan mereka sama sekali akan menjadi hancur berantakan.
   Dengan demikian terjadinya Perang Dunia I dan Perang Dunia II  pun merupakan bagian dari  nubuatan  dan peringatan yang dikemukakan Al-Quran, sedangkan  Perang Dunia III atau Perang Nuklir hanya tinggal menunggu waktunya  yang akan terjadi secara tiba-tiba (QS.18:33-45 & 98-102;  QS.20:103-112).
       Selanjutnya Masih Mau’ud a.s. mengemukakan  kebenaran dan keunggulan    Al-Quran  yang abadi atas Kitab-kitab yang diwahyukan sebelumnya:
      “Bukti eksternal kebenaran dan superioritas Al-Quran ada 4 macam. Pertama, adalah yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diperbaharui; kedua, yang berkaitan dengan hal-hal yang harus disempurnakan; ketiga, yang berkaitan dengan hal-hal alamiah, dan keempat, yang berkaitan dengan hal-hal yang tersembunyi.    Adapun bukti internal kebenaran dan keunggulan Al-Quran berkaitan dengan hal-hal alamiah.
      Hal-hal yang harus diperbaharui adalah akidah-akidah salah yang dianut manusia -- sebagai pengganti akidah haqiqi -- yang telah melenceng dengan berjalannya waktu dimana penyelewengan itu telah meluas sedemikian rupa,  sehingga Tuhan menganggap perlu memperbaharuinya.
      Hal-hal yang perlu disempurnakan mencakup ajaran-ajaran yang dianggap berkekurangan (tidak lengkap) dalam semua Kitab-kitab yang diwahyukan terdahulu,  dimana kekurangan dan ketidak-lengkapannya itu menjadi jelas jika dibandingkan dengan ajaran yang sempurna, sehingga memerlukan adanya suatu Kitab baru yang diwahyukan untuk memperbaikinya.
    Hal-hal yang bersifat alamiah terdiri lagi dari 2 macam. Pertama, yang bersifat eksternal yaitu segala hal yang diciptakan Allah Swt.   tanpa adanya campur-tangan manusia,  dimana Dia telah memboboti setiap dzarah benda dimaksud dengan keagungan, keunikan dan kebesaran sistem penciptaan yang menakjubkan fikiran.     
     Kedua, yang bersifat internal, seperti keindahan bentuk komposisi serta isi  Kitab yang diwahyukan, yang tidak mungkin dipadani oleh kemampuan akal manusia. Karena sifat tanpa tanding dan keunikan tersebut maka manusia akan merasa digiring kepada Wujud Yang Maha Esa dan Maha Kuasa tersebut sehingga Kitab itu menjadi cermin yang menunjukkan refleksi  (pantulan) Tuhan.
      Adapun yang dimaksud dengan hal-hal tersembunyi   adalah segala hal yang lahir keluar dari lidah seorang manusia dimana diyakini bahwa sebenarnya pernyataan seperti itu berada di luar kemampuan dirinya. Kalau kita membandingkan perkataan-perkataan itu dengan keadaan manusia bersangkutan, sebenarnya jelas bahwa hal itu di luar kemampuan yang bersangkutan dan tidak mungkin dapat diperoleh melalui perenungan atau pengamatan sendiri atau pun berasal dari orang lain yang dikenalnya.
      Pada orang-orang lain hal demikian mungkin tidak menjadi suatu hal yang mustahil -- karena misalnya memang telah memiliki pengetahuan dan dasar pendidikan yang cukup -- dengan demikian hal seperti itu menjadi bersifat relative,  yaitu pada seseorang tertentu hal demikian dianggap sebagai suatu yang tersembunyi tetapi pada orang lain tidaklah demikian.” (Brahin-i- Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. I, hlm. 143-145, London, 1984).

Pemansukhan (Pembatalan) Syariat Lama  dengan Syariat Terakhir  dan Tersempurna

      Mengisyaratkan kepada pentingnya proses penyempumaan  hukum-hukum syariat  sebelumnya dalam bentuk Al-Quran -- yang merupakan syariat dan kitab suci terakhir dan tersempurna  (QS.5:4)  --  itulah firman Allah Swt. berikut ini:
مَا نَنۡسَخۡ مِنۡ اٰیَۃٍ اَوۡ نُنۡسِہَا نَاۡتِ بِخَیۡرٍ مِّنۡہَاۤ  اَوۡ مِثۡلِہَا ؕ اَلَمۡ تَعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ  قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Ayat mana pun yang Kami mansukhkan   yakni batalkan atau Kami biarkan terlupa, maka Kami datangkan yang lebih baik darinya atau yang semisalnya. Apakah kamu tidak  mengetahui bahwa sesungguh-nya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu? (Al-Baqarah [2]:107).
   Ayah berarti, pesan, tanda, perintah atau ayat Al-Quran (Lexicon Lane).  Ada kekeliruan dalam mengambil kesimpulan dari ayat ini bahwa beberapa ayat Al-Quran telah dimansukhkan (dibatalkan). Kesimpulan itu jelas salah dan tidak beralasan. Tidak ada sesuatu dalam ayat ini yang menunjukkan bahwa kata āyah itu maksudnya ayat-ayat Al-Quran karena Allah Swt. menjamin pemeliharaan Al-Quran dalam segala seginya (QS.15:10).
     Dalam ayat sebelum dan sesudahnya telah disinggung mengenai Ahlul Kitab dan kedengkian  mereka terhadap wahyu baru yang menunjukkan bahwa āyah yang disebut dalam ayat ini sebagai mansukh (batal)  menunjuk kepada wahyu-wahyu terdahulu. Dijelaskan bahwa Kitab Suci terdahulu mengandung dua macam perintah:
     (a) yang menghendaki penghapusan karena keadaan sudah berubah dan karena keuniversilan wahyu baru itu  menghendaki pembatalan;
    (b) yang mengandung kebenaran kekal-abadi, atau memerlukan penyegaran kembali sehingga orang dapat diingatkan kembali akan kebenaran yang terlupakan, karena itu perlu sekali menghapuskan bagian-bagian tertentu Kitab-kitab Suci itu dan mengganti dengan perintah-perintah baru dan pula menegakkan kembali perintah-perintah yang sudah hilang, maka Allah Swt. menghapuskan beberapa bagian wahyu-wahyu terdahulu, menggantikannya dengan yang baru dan lebih baik, dan di samping itu memasukkan lagi bagian-bagian yang hilang dengan yang sama. Itulah arti yang sesuai dan cocok dengan konteks (letak) ayat ini dan dengan jiwa umum ajaran Al-Quran.
     Al-Quran telah  membatalkan semua Kitab Suci sebelumnya, sebab — mengingat keadaan umat manusia telah berubah — Al-Quran membawa syariat baru yang bukan saja lebih baik daripada semua syariat lama, tetapi ditujukan pula kepada seluruh umat manusia dari semua zaman, karena itu ajaran yang lebih rendah dengan lingkup tugas yang terbatas harus memberikan tempatnya kepada ajaran yang lebih baik dan lebih tinggi dengan lingkup tugas universal, yakni Al-Quran.
Dalam ayat ini kata nansakh (Kami membatalkan) bertalian dengan kata bi-khairin (yang lebih baik), dan kata nunsiha (Kami biarkan terlupakan) bertalian dengan kata bi-mitslihā (yang semisalnya), maksudnya bahwa jika Allah Swt. menghapuskan sesuatu maka Dia menggantikannya dengan yang lebih baik, dan bila untuk sementara waktu Dia membiarkan sesuatu dilupakan orang, Dia menghidupkannya kembali pada waktu yang lain.
       Diakui oleh ulama-ulama Yahudi sendiri bahwa sesudah bangsa Yahudi diangkut sebagai tawanan ke Babil oleh Nebukadnezar (QS.2:260; QS.17:5-6), seluruh Taurat (lima Kitab Nabi Musa a.s.) telah hilang sebab ketika itu terjadi penghancuran kota Yerusalem  termasuk rumah ibadah yang didirikan oleh Nabi Sulaiman a.s. (Encyclopaedia Biblica).

Empat Mukjizat Al-Quran yang Abadi:    Mukjizat Pertama  Berupa  Azab  Ilahi

     Kemudian masih tentang  mukjizat dan nubuatan,  selanjutnya   Masih Mau’ud a.s. menjelaskan:
       “Beberapa mukjizat dan nubuatan Kitab Suci Al-Quran bersifat sedemikian rupa,  sehingga hal-hal itu tetap menjadi suatu hal yang mengagumkan manusia sekarang ini dan suatu hal yang tidak bisa disangkal. Mukjizat tanda penghukuman yang diperlihatkan kepada golongan kafir pada masa itu, pada saat ini pun bisa kita saksikan karena hal itu merupakan konsekwensi sewajarnya dari suatu premis (dasar fikiran) yang pasti dan tidak bisa dibantah siapa pun.
      Premis yang pertama adalah bahwa tanda-tanda [azab] tersebut dituntut oleh golongan kafir ketika Hadhrat Rasulullah Saw. beserta sahabat-sahabat beliau sedang dianiaya golongan kafir dengan berbagai macam cara di Mekkah.  Saat itu Islam berada dalam keadaan sangat lemah sehingga golongan kafir di Mekkah mengolok-olok  umat Muslim dan mengatakan: “Jika kalian memang benar, lalu mengapa kalian menderita demikian rupa di tangan kami dan Tuhan yang kalian sembah nyatanya tidak menolong kalian, serta mengapa jumlah kalian demikian sedikit sehingga mudah dihancurkan? Kalau kalian memang benar, lalu mengapa kami tidak dihukum?
     Apa yang disampaikan kepada orang-orang kafir itu sebagai jawaban ada terdapat di berbagai tempat dalam Al-Quran dan hal itu menjadi premis kedua sebagai pengakuan dari keagungan nubuatan ini.   Masa itu merupakan periode pahit dimana nyawa Hadhrat Rasulullah Saw. beserta para sahabat selalu berada dalam keadaan terancam, dan bayangan kekalahan tampak dari segala jurusan.
   Pada masa demikian, sebagai jawaban atas tuntutan orang-orang kafir mengenai tanda penghukuman, secara lugas dinyatakan bahwa mereka pasti akan segera melihat tanda-tanda kemenangan Islam serta hukuman bagi mereka sendiri.
     Dikatakan bahwa Islam yang tampak sebagai sebuah benih kecil pada saat itu, nantinya akan memanifestasikan wujudnya sebagai sebuah pohon besar, sedangkan mereka yang meminta tanda penghukuman suatu hari nanti akan takluk berada di bawah ujung pedang serta seluruh jazirah Arab akan dibersihkan dari kekafiran.
     Kekuasaan atas tanah Arab akan beralih ke tangan umat Muslim dan Allah Yang Maha Kuasa akan menegakkan Islam sedemikian kokohnya di tanah Arab,  sehingga penyembahan berhala akan hapus selama-lamanya dan rasa ketakutan umat Muslim akan menjadi ketenteraman.
     Islam akan tumbuh menjadi suatu kekuatan yang amat besar dan berkuasa,  sehingga negeri-negeri lain akan masuk dalam bayangan kemenangannya, yang akan meluas ke daerah-daerah yang jauh serta munculnya kerajaan-kerajaan yang akan bertahan sampai dengan akhir dunia nanti.
       Kalau sekarang manusia mau merenungi kedua premis itu dan memperhatikan bahwa saat dibuatnya nubuatan bersangkutan adalah ketika suasana sedang amat menyedihkan bagi umat Muslim, dimana nubuatan yang dikemukakan tersebut bertentangan dengan kondisi saat itu dan terlihat sebagai suatu hal yang mustahil, lalu selanjutnya menelaah sejarah Islam dan melihat bagaimana nubuatan itu dipenuhi secara sempurna  dan menggetarkan hati, karena manifestasinya demikian dahsyat ke seluruh timur dan barat, maka ia akan mengakuinya sebagai suatu mukjizat yang tidak diragukan sama sekali.

Mukjizat Kedua: Revolusi Akhlak dan Ruhani   &  Mukjizat Ketiga:  Kesempurnaan Ajaran Al-Quran

       Mukjizat kedua dari Al-Quran yang bisa kita saksikan adalah perubahan luar biasa pada diri sahabat-sahabat Hadhrat Rasulullah Saw., karena karunia berkat dari mengikuti Kitab Suci Al-Quran dan karena kedekatan dengan beliau. Kalau kita perhatikan bagaimana sifat dan kelakuan mereka sebelum dan setelah menganut Islam, akan terlihat bagaimana berkat mengikuti Al-Quran dan berkat kedekatan dengan Hadhrat Rasulullah Saw. nyatanya telah mengubah mereka dari keadaan akhlak yang hina menjadi orang-orang dengan keimanan, akhlak, perilaku, cara bicara dan lain-lainnya yang amat luhur.
    Kita harus mengakui, bahwa perubahan akbar dari kepribadian yang demikian berkarat menjadi sosok-sosok segar yang dikaruniai Nur dan kecemerlangan keimanan adalah suatu transformasi (perubahan) luar biasa yang diwujudkan oleh kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa. Transformasi ini demikian luar biasa sehingga patut dianggap sebagai suatu mukjizat.
      Mukjizat ketiga Kitab Suci Al-Quran yang bisa kita saksikan sendiri adalah kebenaran, wawasan serta mutiara hikmah yang memenuhi komposisinya yang demikian sempurna. Mukjizat ini nyata sekali dalam Al-Quran sebagaimana difirmankan:
قُلۡ لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ 
Katakanlah: “Seandainya manusia dan jin berhimpun bersama-sama untuk mendatangkan yang sama seperti Al-Quran ini, tidaklah mereka akan sanggup mendatangkan yang sama seperti ini” (Bani Israil [17]:89).
       Mukjizat ini menjadi nyata karena selama 1300 tahun terakhir ini tidak ada satu pun yang berani menanggapi tantangan tersebut meskipun Kitab ini sudah dicetak di berbagai negeri di dunia. Hal itu membuktikan bahwa kemampuan manusia sama sekali tidak memadai untuk bersaing dengan Al-Quran.
       Mustahil bagi manusia untuk menghasilkan satu saja padanan keluhuran Al-Quran yang berjumlah ratusan itu.     Sebagai contoh, salah satu keluhuran Al-Quran adalah karena Kitab ini merangkum seluruh wawasan keagamaan dan tidak ada kebenaran dan kebijaksanaan suatu agama yang tidak ditemukan di dalamnya.
       Mampukah manusia menghasilkan kitab dengan sifat-sifat seperti ini? Bila ada yang meragukan kenyataan bahwa Kitab Suci Al-Quran telah merangkum kebenaran  semua agama maka peragu tersebut --  apakah ia itu seorang Kristiani, penganut Arya, Brahmo atau pun seorang atheis --  dipersilakan untuk menelaah masalah ini dengan caranya sendiri.
     Jika ia memang seorang pencahari kebenaran maka kami akan mengambil tanggung jawab untuk memuaskan hatinya. Semua kebenaran suci yang terkandung di dalam Kitab Injil, atau kata-kata bijak yang kita temui dalam buku para filosof, atau kebenaran yang secara kebetulan bisa dijumpai dalam Kitab Veda, atau pun semua kebijakan dan pengertian yang terdapat pada ratusan buku-buku kaum Sufi, semuanya itu ada terangkum di dalam Al-Quran.
       Penelitian yang kami lakukan selama 30  tahun terakhir telah mengemukakan secara konklusif dan pasti bahwa tidak ada kebenaran ruhaniah yang bermanfaat bagi penyempurnaan jiwa serta pengembangan intelektual dan kalbu, yang tidak terdapat dalam Al-Quran. Hal ini bukan semata pengalaman diriku semata tetapi juga merupakan pengakuan Al-Quran sendiri yang telah diuji dan dibenarkan oleh ribuan ulama dan orang-orang suci dari sejak awal.

Mukjizat Keempat:   Pengabulan Doa dan   Pertolongan Ilahi

     Mukjizat keempat dari Kitab Suci Al-Quran adalah pengaruh keruhanian yang merupakan suatu hal yang inheren (melekat) dalam dirinya sejak awal. Berarti bahwa para penganutnya akan diridhai Allah Swt.  dan dikaruniai kesempatan berbicara dengan Tuhan.
      Permohonan mereka dikabulkan Allah Yang Maha Kuasa dan Dia menjawab mereka dengan kasih dan rahmat-Nya serta memberitahukan kepada mereka misteri-misteri tersembunyi sebagaimana Dia telah memberitahukannya kepada para nabi.
   Dia membedakan mereka dari orang kebanyakan dengan mengaruniakan kepada mereka tanda-tanda pertolongan dan bantuan-Nya. Hal ini merupakan suatu tanda yang akan berlanjut terus di antara umat Muslim sampai dengan Hari Penghisaban.
    Tanda ini telah dimanifestasikan sepenuhnya dan tetap ada saat ini pun. Sekarang ini pun di antara umat Muslim ada yang dikaruniai Allah Yang Maha Agung dengan wahyu dan kasyaf berkaitan dengan hal-hal yang tersembunyi. Wahai kalian para pencahari kebenaran yang lapar dan haus akan tanda-tanda haqiqi, pertimbangkanlah secara jujur dengan pandangan yang bersih, betapa luhurnya tanda-tanda yang telah dikemukakan Allah Swt.  di dalam Kitab Suci Al-Quran,  dan bagaimana tanda-tanda itu mewujud dan terlihat di setiap zaman. Adapun mukjizat dari para nabi terdahulu sekarang ini hanya tinggal sebagai cerita dongeng saja yang tidak bisa diukur seberapa tinggi derajat kebenarannya.” (Tasdiqin Nabi, hlm. 20-23 dan Maktubati Ahmadiyah, jld. III, hlm.  49-53).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran Anyar,   13 Januari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar