Bismillaahirrahmaanirrahiim
KITAB SUCI AL-QURAN
“Kitab Suci Al-Quran
adalah kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak
menyadarinya ”
“Setiap saat hatiku
merindukan untuk mencium Kitab Engkau
dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan Kabahku”
(Al-Masih-al-Mau’ud a.s.)
Pembukaan Pintu “Mutiara Hikmah
Intelektual” Melalui Al-Quran & Peristiwa “Fatah
Mekkah” Sebagai Bukti Benarnya Pendakwaan Nabi Besar Muhammad Saw.
Bab 14
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan
mengenai kedegilan
hati dan ketegaran tengkuk para penentang Rasul Allah sebagaimana firman-Nya berikut ini kepada Nabi Besar
Muhammad saw.:
کَذٰلِکَ
اَرۡسَلۡنٰکَ فِیۡۤ اُمَّۃٍ قَدۡ خَلَتۡ
مِنۡ قَبۡلِہَاۤ اُمَمٌ لِّتَتۡلُوَا۠ عَلَیۡہِمُ الَّذِیۡۤ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ وَ ہُمۡ یَکۡفُرُوۡنَ بِالرَّحۡمٰنِ ؕ
قُلۡ ہُوَ رَبِّیۡ لَاۤ
اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ ۚ
عَلَیۡہِ تَوَکَّلۡتُ وَ اِلَیۡہِ
مَتَابِ ﴿﴾ وَ لَوۡ اَنَّ قُرۡاٰنًا سُیِّرَتۡ بِہِ الۡجِبَالُ اَوۡ
قُطِّعَتۡ بِہِ الۡاَرۡضُ اَوۡ
کُلِّمَ بِہِ الۡمَوۡتٰی ؕ بَلۡ لِّلّٰہِ الۡاَمۡرُ جَمِیۡعًا ؕ اَفَلَمۡ یَایۡـَٔسِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا
اَنۡ لَّوۡ یَشَآءُ اللّٰہُ لَہَدَی النَّاسَ جَمِیۡعًا ؕ
وَ لَا یَزَالُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا تُصِیۡبُہُمۡ بِمَا صَنَعُوۡا قَارِعَۃٌ اَوۡ
تَحُلُّ قَرِیۡبًا مِّنۡ دَارِہِمۡ حَتّٰی یَاۡتِیَ وَعۡدُ
اللّٰہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَا یُخۡلِفُ
الۡمِیۡعَادَ ﴿٪﴾ وَ لَقَدِ
اسۡتُہۡزِیَٔ بِرُسُلٍ مِّنۡ قَبۡلِکَ فَاَمۡلَیۡتُ لِلَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ثُمَّ اَخَذۡتُہُمۡ ۟ فَکَیۡفَ کَانَ عِقَابِ ﴿﴾
Demikianlah Kami telah mengutus engkau kepada suatu
umat, sebelumnya telah berlalu umat-umat, supaya engkau dapat membacakan kepada
mereka apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau, karena mereka
itu kafir kepada Tuhan Yang
Maha Pemurah. قُلۡ ہُوَ رَبِّیۡ لَاۤ
اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ ۚ
عَلَیۡہِ تَوَکَّلۡتُ وَ اِلَیۡہِ
مَتَابِ -- Katakanlah: “Dia-lah Rabb-ku (Tuhan-ku), tidak
ada Tuhan kecuali Dia, kepada-Nya aku bertawakkal dan kepada-Nya
aku bertaubat.” Dan seandainya
ada sebuah Al-Quran yang dengannya gunung-gunung dapat dijalankan atau dengan itu bumi dapat dibelah, atau dengan itu dapat berbicara orang yang telah mati, mereka tetap
tidak akan percaya, bahkan
milik Allah semua urusan. Apakah orang-orang
yang telah beriman tidak mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki
niscaya Dia akan memberi petunjuk
kepada semua manusia. Dan mengenai orang-orang yang kafir, bencana
tidak akan berhenti menimpa
mereka karena perbuatan mereka
sendiri, atau bencana itu akan turun dekat rumah mereka,
hingga datanglah janji Allah, sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji-Nya. وَ لَقَدِ اسۡتُہۡزِیَٔ بِرُسُلٍ مِّنۡ
قَبۡلِکَ فَاَمۡلَیۡتُ لِلَّذِیۡنَ
کَفَرُوۡا ثُمَّ اَخَذۡتُہُمۡ ۟
فَکَیۡفَ کَانَ
-- Dan sungguh rasul-rasul sebelum engkau benar-benar telah
dicemoohkan, tetapi Aku menangguhkan
azab kepada orang-orang yang kafir, kemudian Aku cengkeram mereka itu maka
alangkah dahsyatnya hukuman-Ku! (Ar-Rā’d [13]:31-33).
Berbagai Makna Kiasan Mukjizat Al-Quran
Jibāl ialah jamak dari jabal
yang secara kiasan berarti: (1) kepala suku atau pemuka masyarakat; (2)
seorang cendekiawan, yang dalam ilmunya menjulang tinggi di atas orang-orang di
sekitarnya; (3) jerih payah atau malapetaka besar (Al-Aqrab-ul-Mawarid).
Dengan demikian makna ayat وَ لَوۡ اَنَّ قُرۡاٰنًا سُیِّرَتۡ بِہِ الۡجِبَالُ -- “Dan seandainya ada
sebuah Al-Quran yang dengannya gunung-gunung dapat dijalankan,” berarti bahwa Al-Quran
mampu memecahkan
semua masalah pelik yang dihadapi
manusia; atau dapat pula berarti bahwa Al-Quran telah menghapuskan tertib lama dalam segala bentuk, dan
telah menanamkan cara-cara baru untuk
menghadapi berbagai persoalan
manusia.
Kata-kata selanjutnya اَوۡ قُطِّعَتۡ بِہِ الۡاَرۡضُ -- “atau dengan itu bumi dapat dibelah” secara
kiasan berarti, bahwa Al-Quran dengan
cepat akan tersebar di seluruh dunia. Secara harfiah kata-kata itu
berarti bahwa bagian-bagian tanah (wilayah) akan diambil dari wilayah musuh dan akan dihibahkan kepada orang-orang yang beriman (QS.21:106-108).
Sedangkan makna ayat: اَوۡ کُلِّمَ بِہِ الۡمَوۡتٰی -- “atau dengan itu dapat berbicara orang yang telah mati” bahwa dengan
perantaraan Al-Quran itu mereka yang secara ruhani sudah mati, bukan saja akan dihidupkan
kembali ke dalam kehidupan baru,
tetapi juga akan dibuat pula mereka mengatakan kata-kata bijaksana, dan akan menablighkan
amanat Al-Quran ke seluruh dunia (QS.6:123-128; QS.17:50-53; QS.62:3-5).
Makna ayat وَ لَا یَزَالُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا تُصِیۡبُہُمۡ بِمَا صَنَعُوۡا
قَارِعَۃٌ اَوۡ تَحُلُّ قَرِیۡبًا مِّنۡ دَارِہِمۡ حَتّٰی
یَاۡتِیَ وَعۡدُ اللّٰہِ -- “Dan
mengenai orang-orang yang kafir,
bencana tidak akan berhenti menimpa mereka karena perbuatan mereka sendiri, atau bencana itu akan turun dekat rumah mereka, hingga datanglah
janji Allah, sesungguhnya Allah
tidak menyalahi janji-Nya,” bahwa bencana demi bencana akan
berturut-turut menimpa orang-orang kafir,
dan mereka akan menderita kemalangan
demi kemalangan, hingga nubuatan tentang hancurnya sama sekali kekuasaan
mereka akan menjadi sempurna
dengan jatuhnya Mekkah --
yaitu ibukota dan benteng mereka
yang utama -- kepada Nabi Besar Muhammad saw.
Mukjizat Peristiwa “Fatah Mekkah”
Justru, jatuhnya kota Mekkah (Fatah Mekkah) ke tangan Nabi Besar Muhammad saw. pada peristiwa Fatah Mekkah tersebut merupakan dalil paling telak mengenai
benarnya pendakwaan Nabi Besar Muhammad saw. dan benarnya wahyu
Al-Quran serta benarnya dukungan
Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad
saw., sebab Allah Swt. telah menjamin
kota Mekkah -- yang di dalamnya terdapat
Baitullah (Ka’bah) – dari serangan musuh (QS.2:126-130; QS.3:98;
QS.14:36; QS.16:113-114; QS.28:58)
Contohnya adalah kehancuran tentara gajah
Abrahah dari Yaman, yang
bermaksud akan menghancurkan Baitullah
(Ka’bah – QS.105:1-6) agar kaum-kaum berpaling
dari Baitullah (Ka’bah) di Mekkah ke gereja Kristen yang dibangun Abrahah di kota
Sana’a. Peristiwa tersebut bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
﴿﴾ اَلَمۡ تَرَ کَیۡفَ فَعَلَ رَبُّکَ بِاَصۡحٰبِ الۡفِیۡلِ ؕ﴿﴾ اَلَمۡ
یَجۡعَلۡ کَیۡدَہُمۡ فِیۡ تَضۡلِیۡلٍ ۙ﴿﴾ وَّ اَرۡسَلَ
عَلَیۡہِمۡ طَیۡرًا اَبَابِیۡلَ ۙ﴿﴾ تَرۡمِیۡہِمۡ
بِحِجَارَۃٍ مِّنۡ سِجِّیۡلٍ ۪ۙ﴿﴾ فَجَعَلَہُمۡ کَعَصۡفٍ مَّاۡکُوۡلٍ ٪﴿﴾
Aku baca
dengan nama
Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Tidakkah engkau memperhatikan bagaimana Rabb (Tuhan) engkau
memperlakukan para pemilik gajah? Tidakkah
Dia menjadikan rencana buruk mereka gagal? Dan Dia
mengirimkan kepada mereka sekawanan burung, yang memakan bangkai mereka, sambil memukul-mukulkan bangkai mereka di atas batu-batu dari tanah keras, maka Dia
menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan ulat. (Al-Fī
[105]:1-6).
Abrahah, Raja muda Kristen di Yaman, wakil Negus (raja) Abessinia, menyerang Mekkah dengan sepasukan lasykar besar pada tahun 570 Masehi, tahun kelahiran Nabi Besar Muhammad saw.
dengan maksud hendak menghancurkan Baitullah
(Ka’bah).
Ia membawa serta sejumlah besar gajah. Tetapi
wabah tha’un atau wabah penyakit semacam
cacar memusnahkan sama sekali
tentaranya dan tubuh mereka yang membusuk
itu dimakan habis oleh kawanan-kawanan burung pemakan bangkai.
Peristiwa Fatah Mekkah (pembukaan Makkah) tersebut merupakan penggenapan nubuatan yang terdapat dalam firman-Nya
berikut ini, yang membuktikan bahwa
Nabi Besar Muhammad saw. adalah utusan
(rasul Allah) yang benar, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾
لَاۤ اُقۡسِمُ بِہٰذَا الۡبَلَدِ ۙ﴿﴾ وَ اَنۡتَ حِلٌّۢ بِہٰذَا الۡبَلَدِ ۙ﴿﴾ وَ وَالِدٍ وَّ مَا وَلَدَ ۙ﴿﴾ لَقَدۡ خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ فِیۡ کَبَدٍ ؕ﴿﴾
Aku baca
dengan nama
Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.
لَاۤ
اُقۡسِمُ بِہٰذَا الۡبَلَدِ -- Tidak demikian, Aku bersumpah
dengan kota ini, وَ اَنۡتَ حِلٌّۢ بِہٰذَا الۡبَلَدِ -- Dan engkau akan singgah di
kota ini, وَ وَالِدٍ وَّ مَا وَلَدَ
-- Dan demi ayah dan anak,
لَقَدۡ
خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ فِیۡ کَبَدٍ ؕ -- sungguh Kami benar-benar telah menciptakan manusia
supaya bekerja keras. (Al-Balād [90]:1-5)
Huruf lā (tidak) dalam ayat لَاۤ اُقۡسِمُ
بِہٰذَا الۡبَلَدِ -- “tidak demikian, Aku bersumpah dengan kota ini” dipakai guna
memusatkan perhatian kepada pokok
pembahasan yang akan dikemukakan, dan berarti bahwa pokok pembahasan itu begitu jelas
dan nyata, sehingga tidak memerlukan sumpah untuk mendukungnya.
Atau boleh jadi huruf lā
(tidak) dalam ayat لَاۤ اُقۡسِمُ
بِہٰذَا الۡبَلَدِ -- “tidak demikian, Aku
bersumpah dengan kota ini” dimaksudkan
untuk membantah keberatan yang tidak
dilisankan. Dalam hal demikian ayat ini
akan berarti: “Engkau Muhammad saw. bukanlah seorang pendusta seperti dikira orang-orang
kafir, melainkan engkau benar-benar nabi
Allah sejati, dan kota ini
disebutkan sebagai saksi mengenai
kenyataan ini.”
Tetapi dengan lebih tepat lagi maksud ayat tersebut kira-kira
demikian: “Kamu diam-diam membuat rencana
jahat terhadap Islam, hai orang-orang kafir. Aku mengetahui apa yang tersimpan di dalam hati kamu,
tetapi Aku mengatakan kepada kamu bahwa apa
yang kamu inginkan itu sekali-kali
tidak akan terjadi dan Aku
menyebutkan kota ini sebagai saksi
atas kenyataan ini.”
Berbagai Makna Kata Hill
Kata hill dalam ayat selanjutnya: وَ اَنۡتَ حِلٌّۢ
بِہٰذَا الۡبَلَدِ – “dan engkau akan singgah di kota ini” berarti: (1) Sesuatu yang bila
dilakukan adalah halal; (2) sasaran;
(3) seseorang yang bebas dari kewajiban; (4) seseorang yang singgah atau bermukim di suatu tempat (Lexicon
Lane).
Mengingat akar kata halla itu mempunyai semua arti tersebut maka ayat وَ اَنۡتَ حِلٌّۢ بِہٰذَا الۡبَلَدِ – “dan engkau akan singgah di kota ini” berarti:
(1) “Hai Rasulullah saw., musuh-musuh
engkau menganggap halal mendatangkan kesusahan
kepada engkau, bahkan membunuh engkau di kota Mekkah yang begitu suci itu, padahal jangankan membunuh
makhluk hidup, sekali pun mendatangkan sedikitpun kemudaratan, kesusahan,
kekejaman atau tindak kekerasan yang merugikan amat terlarang.” (QS.2:126-127).
(2) “Hai Rasulullah saw., engkau
satu-satunya orang di kota suci Mekkah yang menjadi sasaran segala macam makian, kemudaratan, kesusahan, kekejaman atau
tindak kekerasan yang merugikan jiwa, kekayaan atau kehormatan.”
(3) “Hai Rasulullah saw., engkau
akan kembali lagi sebagai penakluk
ke kota
yang dari tempat itu engkau sekarang terusir
sebagai buronan.” (Qs.48:28-30;
QS.8:32; QS.9:40).
(4) “Hai Rasulullah saw., untuk sejenak engkau akan dibebaskan dari kewajiban menghormati kesucian kota ini, yakni ketika engkau akan memasukinya sebagai penakluk, dan orang-orang jahat yang telah melanggar segala batas hukum dengan melakukan tindakan aniaya yang sangat mengerikan
terhadap orang-orang Islam akan
berada di bawah kekuasaan engkau dan mengharapkan belas kasihan engkau.”
Makna
ayat وَ وَالِدٍ وَّ مَا وَلَدَ
-- “dan demi ayah dan anak”, sambil
meletakkan landasan-landasan Ka’bah
(Baitullah), Nabi Ibrahim a.s. dan
putra beliau (Nabi Isma’il a.s.) telah berdoa
kepada Allsh Swt. supaya Dia membangkitkan seorang
rasul di tengah-tengah orang-orang Mekkah (QS.2:126-130). Dengan demikian ayah dan anak kedua-duanya memberi kesaksian
mengenai kebenaran pendakwaan Nabi Besar Muhammad saw. .
Ayat berikutnya خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ فِیۡ کَبَدٍ
ؕ -- “sungguh Kami benar-benar telah menciptakan manusia supaya bekerja keras” menyatakan bahwa nubuatan
bahwa Nabi Besar Muhammad saw. akan diusir
dari Mekkah (QS.8:31; QS.9:40) dan beliau saw. akan kembali lagi ke sana sebagai penakluk,
dan bahwa kota Mekkah itu akan menyerah kepada beliau saw. dan bahwa
penghuninya akan masuk Islam, hanya
akan menjadi sempurna (digenapi) apabila
beliau saw. serta para pengikut
beliau saw. telah melalui kesukaran
dan kesusahan besar. Atau dengan
perkataan lain, bahwa melakukan jihad
yakni bekerja keras dan perjuangan gigih yang tidak kunjung
padam, akan dituntut dari mereka
untuk mencapai tujuan mereka yang agung itu (QS.29:70; QS.84:7).
Orang-orang yang Mendustakan
Para Rasul Allah Tidak Menghargai Allah Swt. dengan Penghargaan yang Selayaknya
Kembali kepada masalah Rukun
Iman, bahwa wahyu
Ilahi -- yang kemudian ditulis
menjadi shuhuf atau Kitab --
mau pun kenabian
(kerasulan) yang dianugerahkan Allah Swt. kepada para Rasul Allah -- termasuk
kepada Nabi Besar Muhammad saw. – termasuk
“hal yang gaib”, sebagaimana halnya Allah
Swt., para malaikat, hari kiamat, dan qadha
serta qadar juga
keadaannya gaib. Sehubungan dengan itu Allah Swt. berfirman:
اٰمَنَ الرَّسُوۡلُ بِمَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡہِ مِنۡ رَّبِّہٖ وَ
الۡمُؤۡمِنُوۡنَ ؕ کُلٌّ اٰمَنَ
بِاللّٰہِ وَ مَلٰٓئِکَتِہٖ وَ کُتُبِہٖ وَ رُسُلِہٖ ۟ لَا نُفَرِّقُ
بَیۡنَ اَحَدٍ مِّنۡ رُّسُلِہٖ ۟ وَ قَالُوۡا سَمِعۡنَا
وَ اَطَعۡنَا ٭۫
غُفۡرَانَکَ رَبَّنَا وَ اِلَیۡکَ الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾
Rasul ini beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari
Rabb-nya (Tuhan-nya), dan begitu pula orang-orang
beriman, semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya, لَا نُفَرِّقُ بَیۡنَ اَحَدٍ مِّنۡ رُّسُلِہٖ -- mereka berkata: ”Kami tidak membeda-bedakan
seorang pun dari antara Rasul-rasul-Nya”,
وَ قَالُوۡا سَمِعۡنَا وَ اَطَعۡنَا ٭۫ غُفۡرَانَکَ رَبَّنَا وَ اِلَیۡکَ الۡمَصِیۡرُ -- dan mereka berkata: “Kami telah mendengar dan kami
taat. Kami mohon ampunan Engkau, ya Rabb (Tuhan) kami, dan kepada Engkau-lah
kami kembali” (Al-Baqarah [2]:286).
Tetapi orang-orang yang tidak memiliki bashirah (penglihatan ruhani) yang baik, jangankan mengenai hal-hal
yang bersifat “gaib” tersebut, sekali
pun tuntutan mereka dalam Surah Bani Israil ayat 91-94 benar-benar dibuktikan
secara nyata, tetapi mereka tetap tidak akan beriman kepada pendakwaan Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan
kepada mereka, firman-Nya:
اُولٰٓئِکَ
الَّذِیۡنَ اٰتَیۡنٰہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحُکۡمَ وَ النُّبُوَّۃَ ۚ فَاِنۡ
یَّکۡفُرۡ بِہَا ہٰۤؤُلَآءِ فَقَدۡ
وَکَّلۡنَا بِہَا قَوۡمًا لَّیۡسُوۡا بِہَا بِکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾ اُولٰٓئِکَ الَّذِیۡنَ
ہَدَی اللّٰہُ فَبِہُدٰىہُمُ اقۡتَدِہۡ ؕ
قُلۡ لَّاۤ اَسۡـَٔلُکُمۡ عَلَیۡہِ اَجۡرًا ؕ اِنۡ ہُوَ
اِلَّا ذِکۡرٰی لِلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿٪﴾ وَ مَا قَدَرُوا اللّٰہَ حَقَّ قَدۡرِہٖۤ اِذۡ قَالُوۡا مَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰہُ عَلٰی بَشَرٍ مِّنۡ شَیۡءٍ ؕ قُلۡ مَنۡ اَنۡزَلَ الۡکِتٰبَ الَّذِیۡ جَآءَ بِہٖ مُوۡسٰی
نُوۡرًا وَّ ہُدًی لِّلنَّاسِ
تَجۡعَلُوۡنَہٗ قَرَاطِیۡسَ تُبۡدُوۡنَہَا وَ تُخۡفُوۡنَ کَثِیۡرًا ۚ وَ عُلِّمۡتُمۡ
مَّا لَمۡ تَعۡلَمُوۡۤا اَنۡتُمۡ
وَ لَاۤ اٰبَآؤُکُمۡ ؕ قُلِ اللّٰہُ ۙ ثُمَّ ذَرۡہُمۡ
فِیۡ خَوۡضِہِمۡ یَلۡعَبُوۡنَ ﴿﴾ وَ ہٰذَا کِتٰبٌ
اَنۡزَلۡنٰہُ مُبٰرَکٌ مُّصَدِّقُ
الَّذِیۡ بَیۡنَ یَدَیۡہِ
وَ لِتُنۡذِرَ اُمَّ الۡقُرٰی وَ مَنۡ حَوۡلَہَا ؕ وَ الَّذِیۡنَ
یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ یُؤۡمِنُوۡنَ
بِہٖ وَ ہُمۡ عَلٰی صَلَاتِہِمۡ
یُحَافِظُوۡنَ ﴿﴾
Mereka itulah orang-orang yang Kami telah menganugerahkan kepada mereka Kitab, kekuasaan,
dan kenabian. Tetapi jika mereka kafir terhadapnya maka sungguh
Kami telah menyerahkannya kepada satu kaum yang sekali-kali tidak akan
mengingkarinya. اُولٰٓئِکَ
الَّذِیۡنَ ہَدَی اللّٰہُ فَبِہُدٰىہُمُ
اقۡتَدِہۡ -- Mereka itulah orang-orang yang Allah telah memberi petunjuk maka ikutilah petunjuk mereka. Ka-takanlah:
“Untuk tugas ini aku tidak meminta upah kepada kamu, ini
tidak lain melainkan suatu nasihat untuk
seluruh alam.” وَ مَا قَدَرُوا اللّٰہَ حَقَّ
قَدۡرِہٖۤ اِذۡ قَالُوۡا مَاۤ اَنۡزَلَ
اللّٰہُ عَلٰی بَشَرٍ مِّنۡ شَیۡءٍ -- Dan mereka
sekali-kali tidak menghargai Allah dengan penghar-gaan sebenar-benarnya ketika mereka berkata: “Allah sekali-kali tidak pernah menurunkan
sesuatu kepada seorang manusia pun.” قُلۡ مَنۡ اَنۡزَلَ الۡکِتٰبَ الَّذِیۡ جَآءَ بِہٖ مُوۡسٰی
نُوۡرًا وَّ ہُدًی لِّلنَّاسِ
تَجۡعَلُوۡنَہٗ قَرَاطِیۡسَ تُبۡدُوۡنَہَا وَ تُخۡفُوۡنَ کَثِیۡرًا
-- Katakanlah: “Siapakah yang telah menurunkan Kitab yang dibawa oleh Musa
sebagai cahaya dan petunjuk bagi seluruh manusia, walaupun kemudian kamu menjadikannya sebagai
lembaran-lembaran kertas biasa, yang sebagian kamu perlihatkan, sedangkan sebagian
besarnya kamu sembunyikan,
وَ عُلِّمۡتُمۡ
مَّا لَمۡ تَعۡلَمُوۡۤا اَنۡتُمۡ
وَ لَاۤ اٰبَآؤُکُمۡ -- dan
telah diajarkan kepada kamu apa pun yang
tidak kamu ketahui dan tidak pula
bapak-bapak kamu ketahui?” قُلِ اللّٰہُ ۙ ثُمَّ ذَرۡہُمۡ
فِیۡ خَوۡضِہِمۡ یَلۡعَبُوۡنَ -- Katakanlah: “Allah-lah yang telah
menurunkannya!” kemudian biarkanlah mereka bermain-main dalam
percakapan dusta mereka. وَ ہٰذَا کِتٰبٌ
اَنۡزَلۡنٰہُ مُبٰرَکٌ مُّصَدِّقُ
الَّذِیۡ بَیۡنَ یَدَیۡہِ
وَ لِتُنۡذِرَ اُمَّ الۡقُرٰی وَ مَنۡ حَوۡلَہَا -- Dan inilah Al-Quran sebuah
Kitab penuh berkat yang Kami telah
menurunkannya, menggenapi yang sebelumnya, supaya engkau memberi
peringatan kepada Ummul Qura
dan orang-orang
yang di sekitarnya. وَ الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ
یُؤۡمِنُوۡنَ بِہٖ وَ ہُمۡ عَلٰی صَلَاتِہِمۡ یُحَافِظُوۡنَ
-- Dan orang-orang yang beriman
kepa-da akhirat, beriman pula kepada
Al-Quran ini dan mereka senantiasa memelihara shalat mereka. (Al-An’ām [6]:92-93).
Nabi Besar Muhammad Saw. Merupakan
Himpunan Keistimewaan Semua
Rasul Allah
Ayat 90 tidak berarti bahwa tiap-tiap nabi Allah diberi Kitab masing-masing. “Memberi
Kitab” itu ungkapan yang dipergunakan dalam Al-Quran, pada umumnya dalam
artian memberi Kitab melalui seorang
nabi pembawa syariat. Di tempat lain dalam Al-Quran (QS.45:17) dikatakan
bahwa tiga hal, yaitu Kitab, kedaulatan dan kenabian diberikan kepada semua keturunan Bani Israil.
Dalam QS.2:88-89 dan QS.5:45 bahwa
satu rangkaian nabi Allah datang
sesudah Nabi Musa a.s. tidak
diberi syariat baru, melainkan mengikuti
syariat yang diberikan dalam Taurat dan menjalankan hukum dengan syariat Taurat itu. Sebenarnya
nabi-nabi Allah itu ada dua golongan:
(1) nabi-nabi pembawa syariat yang
kepada mereka masing-masing diberikan sebuah Kitab (hukum atau syariat), dan (2) nabi-nabi
yang tidak diberi Kitab atau syariat, tetapi mengikuti syariat nabi pembawa syariat.
Dengan demikian ihwal nabi-nabi
Allah golongan kedua maka kata-kata “Kami
beri mereka Kitab” berarti bahwa mereka
diberi pengetahuan mengenai Kitab, atau mereka
mewarisi Kitab atau mewarisi syariat nabi pembawa syariat yang mendahuluinya.
Makna ayat اُولٰٓئِکَ
الَّذِیۡنَ ہَدَی اللّٰہُ فَبِہُدٰىہُمُ
اقۡتَدِہۡ -- “Mereka itulah orang-orang
yang Allah telah memberi petunjuk
maka ikutilah petunjuk mereka” dapat
dianggap tertuju kepada Nabi Besar Muhammad saw. atau kepada tiap-tiap orang Islam, sebab dasar ajaran para nabi Allah
semuanya sama, yaitu mengajarkan Haququllāh
dan haququl-’ibād.
Atau,
kata-kata itu dapat diartikan bahwa wujud
ruhani atau fitrat Nabi Besar Muhammad saw. adalah demikian rupa sehingga
seakan-akan beliau saw. diperintahkan supaya memadukan di dalam diri beliau saw. segala sifat utama (akhlak
fadhilah) yang terdapat pada pribadi nabi-nabi Allah lainnya,
sehingga pengutusan Nabi Besar
Muhammad saw. seakan-akan merupakan pengutusan
kedua kali para rasul Allah
sebelumnya (QS.77:12).
Perintah yang
dikemukakan dengan kata-kata: فَبِہُدٰىہُمُ
اقۡتَدِہۡ -- “maka
Ikutilah petunjuk mereka” itu disebut
dalam istilah keruhanian Amr kauni atau Amr khalqi, yang berarti
satu keinginan atau sifat yang terdapat pada suatu benda atau orang. Sebagai contoh mengenai perintah
itu lihatlah QS.3:60 dan QS.21:70 mengenai “Kun
fayakun (Jadilah! Maka terjadilah).
Makna “Ummul Qura” dan “Yang di
Sekitarnya”
Makna ayat:
وَ مَا قَدَرُوا اللّٰہَ حَقَّ
قَدۡرِہٖۤ -- Dan mereka
sekali-kali tidak menghargai Allah dengan penghargaan sebenar-benarnya اِذۡ قَالُوۡا مَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰہُ عَلٰی بَشَرٍ مِّنۡ شَیۡءٍ -- ketika mereka berkata: “Allah sekali-kali tidak pernah menurunkan
sesuatu kepada seorang manusia pun,”
berarti: “Seandainya Kitab ini
(Al-Quran) tidak diwahyukan oleh Allah Swt. maka siapakah yang memasukkan ke dalamnya ajaran-ajaran yang bijak dan padat yang tidak dikenal oleh kamu
maupun oleh bapak-bapak kamu ini —
ajaran-ajaran yang ada di luar kesanggupanmu untuk menghasilkannya. Hanya Allah
Swt. yang dapat memberikan ajaran-ajaran
demikian.”
Dalam ayat تَجۡعَلُوۡنَہٗ
قَرَاطِیۡسَ تُبۡدُوۡنَہَا وَ تُخۡفُوۡنَ
کَثِیۡرًا – “walaupun kemudian kamu menjadikannya sebagai
lembaran-lembaran kertas biasa, yang sebagian yang sebagian kamu perlihatkan, sedangkan sebagian besarnya kamu sembunyikan.” Orang-orang Yahudi di sini disalahkan, karena mereka
mengemukakan sebagian Taurat dan menyembunyikan bagian lain yang mengandung nubuatan-nubuatan dan tanda-tanda
tentang kedatangan Nabi Besar Muhamad
saw..
Makna ayat
وَ ہٰذَا کِتٰبٌ اَنۡزَلۡنٰہُ
مُبٰرَکٌ مُّصَدِّقُ الَّذِیۡ
بَیۡنَ یَدَیۡہِ وَ لِتُنۡذِرَ اُمَّ الۡقُرٰی وَ مَنۡ
حَوۡلَہَا – “Dan inilah Al-Quran sebuah
Kitab penuh berkat yang Kami telah
menurunkannya, menggenapi yang sebelumnya, supaya engkau memberi
peringatan kepada Ummul Qura
dan orang-orang
yang di sekitarnya”. Tempat
seorang nabi Allah turun disebut “Ummul Qura” (ibu kota)
sebab di sanalah manusia minum air-susu
ruhani sebagaimana halnya bayi
minum susu dari dada ibunya.
Kata-kata وَ مَنۡ حَوۡلَہَا -- “dan orang-orang di sekitarnya” dapat diartikan seluruh dunia, karena amanat atau risalah
Nabi Besar Muhammad saw. dirancang untuk segenap umat manusia (QS.7:159; QS.21:108;
QS.25:2; QS.34:29).
Kata akhirat
dalam ayat: وَ الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ
یُؤۡمِنُوۡنَ بِہٖ وَ ہُمۡ عَلٰی صَلَاتِہِمۡ یُحَافِظُوۡنَ
-- “Dan orang-orang yang beriman
kepada akhirat, beriman pula kepada
Al-Quran ini dan mereka senantiasa memelihara shalat mereka” menunjukkan bahwa orang-orang yang percaya (beriman) kepada kehidupan
akhirat, harus percaya (beriman) kepada
Al-Quran juga. Oleh karena itu beriman
kepada Al-Quran dan beriman kepada akhirat itu bertalian erat, yang satu tidak ada artinya tanpa yang
lain, oleh karena itu beriman kepada akhirat merupakan tanda lainnya dari orang-orang yang bertakwa, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ الٓـمّٓ ۚ﴿﴾ ذٰلِکَ الۡکِتٰبُ لَا رَیۡبَ ۚۖۛ فِیۡہِ ۚۛ ہُدًی لِّلۡمُتَّقِیۡنَ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡغَیۡبِ وَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ مِمَّا رَزَقۡنٰہُمۡ یُنۡفِقُوۡنَ ۙ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِمَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡکَ وَ مَاۤ اُنۡزِلَ مِنۡ قَبۡلِکَ ۚ وَ بِالۡاٰخِرَۃِ ہُمۡ یُوۡقِنُوۡنَ ؕ﴿﴾ اُولٰٓئِکَ عَلٰی ہُدًی مِّنۡ
رَّبِّہِمۡ ٭ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha
Pemurah, Maha Penyayang. Alif Lām Mīm. Inilah
Kitab yang sempurna itu, tidak
ada keraguan di dalamnya, petunjuk
bagi orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang beriman kepada yang
gaib, dan mendirikan
shalat, dan mereka membelanjakan sebagian dari apa yang Kami rezekikan kepada mereka. Dan orang-orang
yang beriman kepada apa yang diturunkan kepada engkau, juga
kepada apa yang telah diturunkan sebelum
engkau dan kepada akhirat pun mereka
yakin. Mereka itulah orang-orang yang berada di atas petunjuk dari Rabb (Tuhan) mereka dan mereka
itulah orang-orang
yang berhasil. (Al-Baqarah [2]:1-6).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran
Anyar, 17
Januari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar