Jumat, 22 Januari 2016

Pembukaan Pintu "Mutiara Hikmah Intelektual" Melalui Al-Quran & Peristiwa "Fatah Mekkah" Sebagai Bukti Benarnya Pendakwaan Nabi Besar Muhammad Saw.



Bismillaahirrahmaanirrahiim

KITAB SUCI AL-QURAN

Kitab Suci Al-Quran adalah kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak menyadarinya

“Setiap saat hatiku merindukan untuk mencium Kitab  Engkau dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan Kabahku”

 (Al-Masih-al-Mau’ud a.s.)


    Pembukaan Pintu “Mutiara Hikmah Intelektual” Melalui Al-Quran & Peristiwa  “Fatah Mekkah” Sebagai  Bukti Benarnya Pendakwaan Nabi Besar Muhammad Saw.

Bab 14


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya  telah dijelaskan mengenai   kedegilan hati  dan ketegaran tengkuk para penentang Rasul Allah sebagaimana firman-Nya berikut ini kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
کَذٰلِکَ اَرۡسَلۡنٰکَ فِیۡۤ  اُمَّۃٍ قَدۡ خَلَتۡ مِنۡ قَبۡلِہَاۤ اُمَمٌ لِّتَتۡلُوَا۠ عَلَیۡہِمُ الَّذِیۡۤ اَوۡحَیۡنَاۤ  اِلَیۡکَ وَ ہُمۡ یَکۡفُرُوۡنَ بِالرَّحۡمٰنِ ؕ قُلۡ ہُوَ  رَبِّیۡ  لَاۤ  اِلٰہَ   اِلَّا ہُوَ ۚ عَلَیۡہِ  تَوَکَّلۡتُ وَ  اِلَیۡہِ  مَتَابِ  ﴿﴾ وَ لَوۡ اَنَّ  قُرۡاٰنًا سُیِّرَتۡ بِہِ الۡجِبَالُ اَوۡ قُطِّعَتۡ بِہِ  الۡاَرۡضُ اَوۡ کُلِّمَ  بِہِ الۡمَوۡتٰی ؕ بَلۡ  لِّلّٰہِ الۡاَمۡرُ جَمِیۡعًا ؕ اَفَلَمۡ  یَایۡـَٔسِ الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡۤا  اَنۡ  لَّوۡ  یَشَآءُ اللّٰہُ لَہَدَی النَّاسَ جَمِیۡعًا ؕ وَ لَا یَزَالُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا تُصِیۡبُہُمۡ بِمَا صَنَعُوۡا قَارِعَۃٌ  اَوۡ  تَحُلُّ قَرِیۡبًا مِّنۡ دَارِہِمۡ حَتّٰی یَاۡتِیَ  وَعۡدُ  اللّٰہِ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  لَا یُخۡلِفُ  الۡمِیۡعَادَ ﴿٪﴾  وَ لَقَدِ اسۡتُہۡزِیَٔ بِرُسُلٍ مِّنۡ قَبۡلِکَ فَاَمۡلَیۡتُ لِلَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡا ثُمَّ   اَخَذۡتُہُمۡ ۟ فَکَیۡفَ کَانَ عِقَابِ ﴿﴾
Demikianlah Kami telah mengutus engkau kepada suatu umat,  sebelumnya telah berlalu umat-umat, supaya engkau dapat  membacakan kepada mereka apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau, karena  mereka itu kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. قُلۡ ہُوَ  رَبِّیۡ  لَاۤ  اِلٰہَ   اِلَّا ہُوَ ۚ عَلَیۡہِ  تَوَکَّلۡتُ وَ  اِلَیۡہِ  مَتَابِ -- Katakanlah: “Dia-lah Rabb-ku (Tuhan-ku),  tidak ada Tuhan  kecuali Dia, kepada-Nya aku bertawakkal dan kepada-Nya aku bertaubat.”   Dan seandainya ada sebuah Al-Quran yang dengannya  gunung-gunung  dapat dijalankan atau dengan itu bumi dapat dibelah, atau dengan itu dapat berbicara  orang yang telah mati, mereka tetap tidak akan percaya,  bahkan milik Allah semua urusan.  Apakah orang-orang yang telah beriman tidak mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki  niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada semua manusia. Dan mengenai orang-orang yang kafir, bencana  tidak akan berhenti  menimpa mereka karena perbuatan mereka sendiri,  atau bencana itu akan turun dekat rumah mereka,  hingga datanglah janji Allah, sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji-Nya.  وَ لَقَدِ اسۡتُہۡزِیَٔ بِرُسُلٍ مِّنۡ قَبۡلِکَ فَاَمۡلَیۡتُ لِلَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡا ثُمَّ   اَخَذۡتُہُمۡ ۟ فَکَیۡفَ کَانَ  --  Dan  sungguh  rasul-rasul sebelum engkau benar-benar telah dicemoohkan, tetapi Aku menangguhkan azab kepada orang-orang yang kafir, kemudian Aku cengkeram mereka itu maka  alangkah dahsyatnya hukuman-Ku! (Ar-Rā’d [13]:31-33).

Berbagai Makna Kiasan Mukjizat Al-Quran

      Jibāl ialah jamak dari jabal yang secara kiasan berarti: (1) kepala suku atau pemuka masyarakat; (2) seorang cendekiawan, yang dalam ilmunya menjulang tinggi di atas orang-orang di sekitarnya; (3) jerih payah atau malapetaka besar (Al-Aqrab-ul-Mawarid).   
     Dengan demikian makna ayat  وَ لَوۡ اَنَّ  قُرۡاٰنًا سُیِّرَتۡ بِہِ الۡجِبَالُ -- “Dan seandainya ada sebuah Al-Quran yang dengannya  gunung-gunung  dapat dijalankan,”  berarti  bahwa Al-Quran  mampu  memecahkan semua masalah pelik yang dihadapi manusia; atau dapat pula berarti  bahwa Al-Quran telah menghapuskan tertib lama dalam segala bentuk, dan telah menanamkan cara-cara baru untuk menghadapi berbagai persoalan manusia.
      Kata-kata selanjutnya اَوۡ قُطِّعَتۡ بِہِ  الۡاَرۡضُ  -- “atau dengan itu bumi dapat dibelah”   secara kiasan berarti, bahwa Al-Quran dengan cepat akan tersebar di seluruh dunia. Secara harfiah kata-kata itu berarti bahwa bagian-bagian tanah (wilayah) akan diambil dari wilayah musuh dan akan dihibahkan kepada orang-orang yang beriman (QS.21:106-108).
      Sedangkan makna ayat: اَوۡ کُلِّمَ  بِہِ الۡمَوۡتٰی  -- “atau dengan itu dapat berbicara  orang yang telah mati”   bahwa dengan perantaraan Al-Quran itu mereka yang secara ruhani sudah mati, bukan saja akan dihidupkan kembali ke dalam kehidupan baru, tetapi juga akan dibuat pula mereka mengatakan kata-kata bijaksana, dan akan menablighkan amanat Al-Quran ke seluruh dunia (QS.6:123-128; QS.17:50-53; QS.62:3-5).
       Makna ayat  وَ لَا یَزَالُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا تُصِیۡبُہُمۡ بِمَا صَنَعُوۡا قَارِعَۃٌ  اَوۡ  تَحُلُّ قَرِیۡبًا مِّنۡ دَارِہِمۡ حَتّٰی یَاۡتِیَ  وَعۡدُ  اللّٰہِ  --  “Dan mengenai orang-orang yang kafir, bencana  tidak akan berhenti  menimpa mereka karena perbuatan mereka sendiri,  atau bencana itu akan turun dekat rumah mereka,  hingga datanglah janji Allah, sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji-Nya,” bahwa bencana demi bencana akan berturut-turut menimpa orang-orang kafir, dan mereka akan menderita kemalangan demi kemalangan, hingga nubuatan tentang hancurnya sama sekali kekuasaan mereka akan menjadi sempurna dengan jatuhnya Mekkah  --  yaitu  ibukota dan benteng mereka yang utama   -- kepada Nabi Besar Muhammad saw.

Mukjizat Peristiwa “Fatah Mekkah

      Justru, jatuhnya  kota Mekkah (Fatah Mekkah) ke tangan Nabi Besar Muhammad saw. pada peristiwa Fatah Mekkah  tersebut merupakan dalil paling telak  mengenai benarnya pendakwaan  Nabi Besar Muhammad saw. dan benarnya wahyu  Al-Quran  serta benarnya  dukungan Allah Swt.   kepada Nabi Besar Muhammad saw., sebab Allah Swt. telah menjamin kota Mekkah  -- yang di dalamnya terdapat Baitullah (Ka’bah) – dari serangan musuh (QS.2:126-130; QS.3:98; QS.14:36; QS.16:113-114; QS.28:58)
     Contohnya adalah kehancuran tentara gajah Abrahah dari Yaman, yang bermaksud akan menghancurkan Baitullah (Ka’bah –  QS.105:1-6) agar  kaum-kaum berpaling dari Baitullah (Ka’bah) di Mekkah ke gereja Kristen  yang    dibangun Abrahah  di kota Sana’a. Peristiwa tersebut bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾  اَلَمۡ  تَرَ کَیۡفَ فَعَلَ رَبُّکَ  بِاَصۡحٰبِ الۡفِیۡلِ ؕ﴿﴾  اَلَمۡ  یَجۡعَلۡ  کَیۡدَہُمۡ فِیۡ  تَضۡلِیۡلٍ ۙ﴿﴾  وَّ  اَرۡسَلَ عَلَیۡہِمۡ  طَیۡرًا  اَبَابِیۡلَ ۙ﴿﴾  تَرۡمِیۡہِمۡ  بِحِجَارَۃٍ  مِّنۡ سِجِّیۡلٍ ۪ۙ﴿﴾  فَجَعَلَہُمۡ کَعَصۡفٍ مَّاۡکُوۡلٍ ٪﴿﴾
Aku baca dengan  nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.  Tidakkah engkau  memperhatikan bagaimana Rabb (Tuhan) engkau memperlakukan para pemilik gajah?  Tidakkah  Dia  menjadikan rencana  buruk mereka  gagal?  Dan Dia mengirimkan kepada mereka sekawanan burung,  yang memakan bangkai mereka, sambil memukul-mukulkan bangkai mereka di atas batu-batu  dari tanah keras,  maka Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan ulat. (Al-Fī [105]:1-6).
 Abrahah, Raja muda   Kristen di Yaman, wakil Negus  (raja)  Abessinia, menyerang Mekkah dengan sepasukan lasykar besar pada tahun 570 Masehi, tahun kelahiran Nabi Besar Muhammad saw. dengan maksud hendak menghancurkan Baitullah (Ka’bah).
 Ia membawa serta sejumlah besar gajah. Tetapi wabah tha’un atau wabah penyakit semacam cacar memusnahkan sama sekali tentaranya dan tubuh mereka yang membusuk itu dimakan habis oleh kawanan-kawanan burung pemakan bangkai.
Peristiwa Fatah Mekkah (pembukaan Makkah) tersebut merupakan penggenapan nubuatan yang terdapat dalam firman-Nya berikut ini, yang membuktikan bahwa Nabi Besar Muhammad saw. adalah utusan (rasul Allah) yang benar,  firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ لَاۤ  اُقۡسِمُ  بِہٰذَا الۡبَلَدِ ۙ﴿﴾  وَ اَنۡتَ حِلٌّۢ بِہٰذَا الۡبَلَدِ ۙ﴿﴾  وَ  وَالِدٍ وَّ  مَا وَلَدَ ۙ﴿﴾  لَقَدۡ خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ فِیۡ  کَبَدٍ ؕ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.  لَاۤ  اُقۡسِمُ  بِہٰذَا الۡبَلَدِ --   Tidak demikian,  Aku bersumpah dengan kota ini,  وَ اَنۡتَ حِلٌّۢ بِہٰذَا الۡبَلَدِ -- Dan engkau akan singgah di kota ini,   وَ  وَالِدٍ وَّ  مَا وَلَدَ  --   Dan demi ayah dan anak, لَقَدۡ خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ فِیۡ  کَبَدٍ ؕ  -- sungguh Kami benar-benar telah menciptakan manusia  supaya bekerja keras. (Al-Balād  [90]:1-5)
   Huruf (tidak) dalam ayat لَاۤ  اُقۡسِمُ  بِہٰذَا الۡبَلَدِ --  “tidak demikian,  Aku bersumpah dengan kota ini” dipakai   guna memusatkan perhatian kepada pokok pembahasan yang akan dikemukakan,  dan berarti bahwa pokok pembahasan itu begitu jelas dan nyata, sehingga tidak memerlukan sumpah untuk mendukungnya.
    Atau boleh jadi huruf (tidak) dalam ayat لَاۤ  اُقۡسِمُ  بِہٰذَا الۡبَلَدِ --  “tidak demikian,  Aku bersumpah dengan kota ini” dimaksudkan untuk membantah keberatan yang tidak dilisankan. Dalam hal demikian  ayat ini akan berarti: “Engkau Muhammad saw. bukanlah seorang pendusta seperti dikira orang-orang kafir, melainkan engkau benar-benar nabi Allah sejati, dan kota ini disebutkan sebagai saksi mengenai kenyataan ini.”
Tetapi dengan lebih tepat lagi maksud ayat tersebut kira-kira demikian: “Kamu diam-diam membuat rencana jahat terhadap Islam, hai orang-orang kafir. Aku mengetahui apa yang tersimpan di dalam hati kamu, tetapi Aku mengatakan kepada kamu bahwa apa yang kamu inginkan itu sekali-kali tidak akan terjadi dan Aku menyebutkan kota ini sebagai saksi atas kenyataan ini.”

Berbagai  Makna Kata Hill 

 Kata hill  dalam ayat selanjutnya: وَ اَنۡتَ حِلٌّۢ بِہٰذَا الۡبَلَدِ “dan engkau akan singgah di kota ini” berarti: (1) Sesuatu yang bila dilakukan adalah halal; (2) sasaran; (3) seseorang yang bebas dari kewajiban; (4) seseorang yang singgah atau bermukim di suatu tempat (Lexicon Lane).
Mengingat akar kata halla itu mempunyai semua arti tersebut  maka ayat   وَ اَنۡتَ حِلٌّۢ بِہٰذَا الۡبَلَدِ “dan engkau akan singgah di kota ini”   berarti:
(1) “Hai  Rasulullah saw., musuh-musuh engkau  menganggap halal mendatangkan kesusahan kepada engkau,  bahkan membunuh engkau di kota Mekkah yang begitu suci itu, padahal jangankan membunuh makhluk hidup, sekali pun mendatangkan sedikitpun kemudaratan, kesusahan, kekejaman atau tindak kekerasan yang merugikan amat terlarang.” (QS.2:126-127).
(2)  “Hai Rasulullah saw., engkau satu-satunya orang di kota suci  Mekkah yang menjadi sasaran segala macam makian, kemudaratan, kesusahan, kekejaman atau tindak kekerasan yang merugikan jiwa, kekayaan atau kehormatan.”
 (3) “Hai Rasulullah  saw., engkau akan kembali lagi sebagai penakluk  ke kota yang dari tempat itu engkau sekarang terusir sebagai buronan.” (Qs.48:28-30; QS.8:32; QS.9:40).
 (4) “Hai Rasulullah  saw., untuk sejenak engkau akan dibebaskan dari kewajiban menghormati kesucian kota ini, yakni ketika engkau akan memasukinya sebagai penakluk, dan orang-orang jahat yang telah melanggar segala batas hukum dengan melakukan tindakan aniaya yang sangat mengerikan terhadap orang-orang Islam akan berada di bawah kekuasaan engkau dan mengharapkan belas kasihan engkau.”
   Makna ayat وَ  وَالِدٍ وَّ  مَا وَلَدَ  --   “dan demi ayah dan anak”, sambil meletakkan landasan-landasan Ka’bah (Baitullah), Nabi Ibrahim a.s.  dan putra beliau (Nabi Isma’il  a.s.)  telah berdoa kepada Allsh Swt. supaya Dia membangkitkan seorang rasul di tengah-tengah orang-orang Mekkah (QS.2:126-130). Dengan demikian ayah dan anak kedua-duanya memberi kesaksian mengenai kebenaran  pendakwaan Nabi Besar Muhammad saw. .
  Ayat berikutnya خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ فِیۡ  کَبَدٍ ؕ  -- “sungguh Kami benar-benar telah menciptakan manusia  supaya bekerja keras” menyatakan bahwa nubuatan bahwa  Nabi Besar Muhammad saw.  akan diusir dari Mekkah (QS.8:31; QS.9:40) dan beliau saw. akan kembali lagi ke sana sebagai penakluk, dan bahwa kota Mekkah itu akan menyerah kepada beliau saw. dan bahwa penghuninya akan masuk Islam, hanya akan menjadi sempurna (digenapi) apabila beliau saw. serta para pengikut beliau saw. telah melalui kesukaran dan kesusahan besar. Atau dengan perkataan lain, bahwa melakukan jihad yakni bekerja keras dan perjuangan gigih yang tidak kunjung padam, akan dituntut dari mereka untuk mencapai tujuan mereka yang agung itu  (QS.29:70; QS.84:7).

Orang-orang yang Mendustakan Para Rasul Allah Tidak Menghargai Allah Swt. dengan Penghargaan yang Selayaknya

        Kembali kepada masalah  Rukun Iman,    bahwa   wahyu Ilahi     -- yang kemudian ditulis menjadi shuhuf atau Kitab --  mau pun   kenabian (kerasulan) yang dianugerahkan Allah Swt. kepada para Rasul Allah   -- termasuk kepada Nabi Besar Muhammad saw.   –  termasuk   “hal yang gaib”,  sebagaimana halnya    Allah Swt., para malaikat, hari kiamat,  dan qadha serta qadar   juga keadaannya gaib.      Sehubungan dengan itu  Allah Swt. berfirman: 
اٰمَنَ الرَّسُوۡلُ بِمَاۤ  اُنۡزِلَ اِلَیۡہِ مِنۡ رَّبِّہٖ وَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ ؕ کُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰہِ وَ مَلٰٓئِکَتِہٖ وَ کُتُبِہٖ وَ رُسُلِہٖ ۟ لَا نُفَرِّقُ بَیۡنَ  اَحَدٍ مِّنۡ رُّسُلِہٖ ۟ وَ قَالُوۡا سَمِعۡنَا وَ اَطَعۡنَا ٭۫ غُفۡرَانَکَ رَبَّنَا وَ اِلَیۡکَ الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾
Rasul ini beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari  Rabb-nya (Tuhan-nya), dan begitu pula  orang-orang beriman,  semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya, لَا نُفَرِّقُ بَیۡنَ  اَحَدٍ مِّنۡ رُّسُلِہٖ  --  mereka berkata:  ”Kami tidak membeda-bedakan  seorang pun dari antara Rasul-rasul-Nya”, وَ قَالُوۡا سَمِعۡنَا وَ اَطَعۡنَا ٭۫ غُفۡرَانَکَ رَبَّنَا وَ اِلَیۡکَ الۡمَصِیۡرُ  -- dan mereka berkata: “Kami telah mendengar dan kami taat.  Kami mohon ampunan Engkau, ya Rabb (Tuhan) kami, dan kepada Engkau-lah kami  kembali” (Al-Baqarah [2]:286).
       Tetapi orang-orang  yang tidak memiliki bashirah (penglihatan ruhani) yang baik, jangankan mengenai hal-hal yang bersifat “gaib” tersebut, sekali pun tuntutan mereka dalam Surah Bani Israil ayat 91-94 benar-benar  dibuktikan secara nyata, tetapi mereka tetap tidak akan beriman kepada pendakwaan Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka, firman-Nya:
اُولٰٓئِکَ الَّذِیۡنَ اٰتَیۡنٰہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحُکۡمَ وَ النُّبُوَّۃَ ۚ فَاِنۡ یَّکۡفُرۡ بِہَا ہٰۤؤُلَآءِ  فَقَدۡ وَکَّلۡنَا بِہَا قَوۡمًا لَّیۡسُوۡا بِہَا بِکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾ اُولٰٓئِکَ الَّذِیۡنَ ہَدَی اللّٰہُ  فَبِہُدٰىہُمُ اقۡتَدِہۡ ؕ قُلۡ  لَّاۤ  اَسۡـَٔلُکُمۡ عَلَیۡہِ  اَجۡرًا ؕ اِنۡ  ہُوَ   اِلَّا  ذِکۡرٰی لِلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿٪﴾ وَ مَا  قَدَرُوا اللّٰہَ حَقَّ قَدۡرِہٖۤ  اِذۡ قَالُوۡا مَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰہُ  عَلٰی بَشَرٍ مِّنۡ  شَیۡءٍ ؕ قُلۡ مَنۡ اَنۡزَلَ  الۡکِتٰبَ الَّذِیۡ جَآءَ بِہٖ مُوۡسٰی نُوۡرًا وَّ  ہُدًی لِّلنَّاسِ تَجۡعَلُوۡنَہٗ قَرَاطِیۡسَ تُبۡدُوۡنَہَا وَ تُخۡفُوۡنَ  کَثِیۡرًا ۚ وَ  عُلِّمۡتُمۡ  مَّا لَمۡ تَعۡلَمُوۡۤا  اَنۡتُمۡ وَ لَاۤ  اٰبَآؤُکُمۡ ؕ قُلِ  اللّٰہُ ۙ ثُمَّ  ذَرۡہُمۡ  فِیۡ  خَوۡضِہِمۡ  یَلۡعَبُوۡنَ  ﴿﴾ وَ ہٰذَا کِتٰبٌ اَنۡزَلۡنٰہُ  مُبٰرَکٌ مُّصَدِّقُ الَّذِیۡ  بَیۡنَ  یَدَیۡہِ  وَ لِتُنۡذِرَ اُمَّ الۡقُرٰی وَ مَنۡ حَوۡلَہَا ؕ وَ الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ  یُؤۡمِنُوۡنَ بِہٖ وَ ہُمۡ عَلٰی صَلَاتِہِمۡ  یُحَافِظُوۡنَ ﴿﴾
Mereka itulah  orang-orang yang  Kami telah menganugerahkan  kepada mereka Kitab,   kekuasaan, dan kenabian. Tetapi jika mereka kafir terhadapnya maka sungguh  Kami telah menyerahkannya kepada satu kaum yang sekali-kali tidak akan mengingkarinya.  اُولٰٓئِکَ الَّذِیۡنَ ہَدَی اللّٰہُ  فَبِہُدٰىہُمُ اقۡتَدِہۡ  --   Mereka itulah orang-orang yang Allah telah memberi petunjuk maka ikutilah petunjuk mereka. Ka-takanlah: “Untuk tugas ini aku tidak meminta upah kepada kamu, ini tidak lain melainkan suatu nasihat untuk seluruh alam.” وَ مَا  قَدَرُوا اللّٰہَ حَقَّ قَدۡرِہٖۤ  اِذۡ قَالُوۡا مَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰہُ  عَلٰی بَشَرٍ مِّنۡ  شَیۡءٍ  --  Dan    mereka sekali-kali tidak menghargai Allah dengan penghar-gaan sebenar-benarnya ketika  mereka berkata: “Allah sekali-kali tidak pernah menurunkan sesuatu kepada seorang manusia pun.” قُلۡ مَنۡ اَنۡزَلَ  الۡکِتٰبَ الَّذِیۡ جَآءَ بِہٖ مُوۡسٰی نُوۡرًا وَّ  ہُدًی لِّلنَّاسِ تَجۡعَلُوۡنَہٗ قَرَاطِیۡسَ تُبۡدُوۡنَہَا وَ تُخۡفُوۡنَ  کَثِیۡرًا  --  Katakanlah: “Siapakah yang telah menurunkan Kitab yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi seluruh manusia, walaupun kemudian kamu menjadikannya  sebagai lembaran-lembaran kertas biasa, yang sebagian kamu perlihatkan, sedangkan sebagian besarnya  kamu sembunyikan, وَ  عُلِّمۡتُمۡ  مَّا لَمۡ تَعۡلَمُوۡۤا  اَنۡتُمۡ وَ لَاۤ  اٰبَآؤُکُمۡ   -- dan telah diajarkan kepada kamu apa pun yang tidak kamu ketahui  dan tidak pula bapak-bapak kamu ketahui?” قُلِ  اللّٰہُ ۙ ثُمَّ  ذَرۡہُمۡ  فِیۡ  خَوۡضِہِمۡ  یَلۡعَبُوۡنَ  --  Katakanlah: “Allah-lah yang telah  menurunkannya!” kemudian biarkanlah mereka bermain-main dalam percakapan dusta mereka.  وَ ہٰذَا کِتٰبٌ اَنۡزَلۡنٰہُ  مُبٰرَکٌ مُّصَدِّقُ الَّذِیۡ  بَیۡنَ  یَدَیۡہِ  وَ لِتُنۡذِرَ اُمَّ الۡقُرٰی وَ مَنۡ حَوۡلَہَا --   Dan inilah Al-Quran sebuah Kitab penuh berkat yang Kami telah menurunkannyamenggenapi yang sebelumnya, supaya engkau  memberi peringatan kepada  Ummul Qura  dan  orang-orang yang di sekitarnya. وَ الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ  یُؤۡمِنُوۡنَ بِہٖ وَ ہُمۡ عَلٰی صَلَاتِہِمۡ  یُحَافِظُوۡنَ  -- Dan orang-orang yang beriman kepa-da akhirat, beriman pula kepada Al-Quran ini  dan  mereka  senantiasa memelihara  shalat mereka. (Al-An’ām [6]:92-93).

Nabi Besar Muhammad Saw.  Merupakan  Himpunan Keistimewaan Semua Rasul Allah

   Ayat 90  tidak berarti bahwa tiap-tiap nabi Allah diberi Kitab masing-masing. “Memberi Kitab” itu ungkapan yang dipergunakan dalam Al-Quran, pada umumnya dalam artian  memberi Kitab melalui seorang nabi pembawa syariat. Di tempat lain dalam Al-Quran (QS.45:17) dikatakan bahwa tiga hal, yaitu Kitab, kedaulatan dan kenabian diberikan kepada semua keturunan Bani Israil.
Dalam QS.2:88-89 dan QS.5:45   bahwa satu rangkaian nabi Allah datang sesudah Nabi Musa a.s.  tidak diberi syariat baru, melainkan mengikuti syariat yang diberikan dalam Taurat dan menjalankan hukum dengan syariat Taurat itu.  Sebenarnya nabi-nabi Allah itu ada dua golongan: (1) nabi-nabi pembawa syariat yang kepada mereka masing-masing diberikan sebuah Kitab (hukum atau syariat),  dan (2) nabi-nabi yang tidak diberi Kitab atau syariat, tetapi mengikuti syariat nabi pembawa syariat.  
Dengan demikian ihwal  nabi-nabi Allah golongan kedua maka  kata-kata “Kami beri mereka Kitab” berarti bahwa mereka diberi pengetahuan mengenai Kitab, atau mereka mewarisi Kitab atau mewarisi syariat nabi pembawa syariat yang mendahuluinya.
  Makna ayat   اُولٰٓئِکَ الَّذِیۡنَ ہَدَی اللّٰہُ  فَبِہُدٰىہُمُ اقۡتَدِہۡ  --   “Mereka itulah orang-orang yang Allah telah memberi petunjuk maka ikutilah petunjuk mereka” dapat dianggap tertuju kepada  Nabi Besar Muhammad saw.  atau kepada tiap-tiap orang Islam, sebab dasar ajaran para nabi Allah semuanya sama, yaitu mengajarkan Haququllāh dan haququl-’ibād.
  Atau, kata-kata itu dapat diartikan bahwa wujud ruhani atau fitrat  Nabi Besar Muhammad saw.  adalah demikian rupa sehingga seakan-akan beliau saw. diperintahkan supaya memadukan di dalam diri beliau saw. segala sifat utama (akhlak fadhilah) yang terdapat pada pribadi nabi-nabi  Allah lainnya, sehingga pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. seakan-akan merupakan pengutusan kedua kali para rasul Allah sebelumnya (QS.77:12).
Perintah yang dikemukakan dengan kata-kata:  فَبِہُدٰىہُمُ اقۡتَدِہۡ  --  “maka Ikutilah petunjuk mereka” itu disebut dalam istilah keruhanian Amr kauni atau Amr khalqi, yang berarti satu keinginan atau sifat yang terdapat pada suatu benda atau orang. Sebagai contoh mengenai perintah itu lihatlah QS.3:60 dan QS.21:70 mengenai “Kun fayakun (Jadilah! Maka terjadilah).

Makna “Ummul Qura” dan “Yang di Sekitarnya

Makna ayat:  وَ مَا  قَدَرُوا اللّٰہَ حَقَّ قَدۡرِہٖۤ    --  Dan    mereka sekali-kali tidak menghargai Allah dengan penghargaan sebenar-benarnya  اِذۡ قَالُوۡا مَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰہُ  عَلٰی بَشَرٍ مِّنۡ  شَیۡءٍ    -- ketika  mereka berkata: “Allah sekali-kali tidak pernah menurunkan sesuatu kepada seorang manusia pun,”   berarti: “Seandainya Kitab ini (Al-Quran) tidak diwahyukan oleh Allah Swt.   maka siapakah yang memasukkan ke dalamnya ajaran-ajaran yang bijak dan padat yang tidak dikenal oleh kamu maupun oleh bapak-bapak kamu  ini — ajaran-ajaran yang ada di luar kesanggupanmu untuk menghasilkannya. Hanya Allah Swt. yang dapat memberikan ajaran-ajaran demikian.”
 Dalam ayat تَجۡعَلُوۡنَہٗ قَرَاطِیۡسَ تُبۡدُوۡنَہَا وَ تُخۡفُوۡنَ  کَثِیۡرًا – “walaupun kemudian kamu menjadikannya  sebagai lembaran-lembaran kertas biasa, yang sebagian yang sebagian kamu perlihatkan, sedangkan sebagian besarnya  kamu sembunyikan.” Orang-orang Yahudi di sini disalahkan, karena mereka mengemukakan sebagian Taurat dan menyembunyikan bagian lain yang mengandung nubuatan-nubuatan dan tanda-tanda tentang kedatangan  Nabi Besar Muhamad saw..
  Makna ayat  وَ ہٰذَا کِتٰبٌ اَنۡزَلۡنٰہُ  مُبٰرَکٌ مُّصَدِّقُ الَّذِیۡ  بَیۡنَ  یَدَیۡہِ  وَ لِتُنۡذِرَ اُمَّ الۡقُرٰی وَ مَنۡ حَوۡلَہَا –   “Dan inilah Al-Quran sebuah Kitab penuh berkat yang Kami telah menurunkannyamenggenapi yang sebelumnya, supaya engkau  memberi peringatan kepada  Ummul Qura  dan  orang-orang yang di sekitarnya. Tempat seorang nabi Allah  turun disebut “Ummul Qura” (ibu kota) sebab di sanalah manusia minum air-susu ruhani sebagaimana halnya bayi minum susu dari dada ibunya.
  Kata-kata وَ مَنۡ حَوۡلَہَا --  “dan orang-orang di sekitarnya”  dapat diartikan seluruh dunia,  karena amanat  atau risalah Nabi Besar Muhammad saw.   dirancang untuk segenap umat manusia (QS.7:159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29).
  Kata akhirat dalam ayat: وَ الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ  یُؤۡمِنُوۡنَ بِہٖ وَ ہُمۡ عَلٰی صَلَاتِہِمۡ  یُحَافِظُوۡنَ  -- “Dan orang-orang yang beriman kepada akhirat, beriman pula kepada Al-Quran ini dan  mereka  senantiasa memelihara  shalat mereka”  menunjukkan bahwa  orang-orang yang percaya (beriman) kepada kehidupan akhirat, harus percaya (beriman) kepada Al-Quran juga. Oleh karena itu  beriman kepada Al-Quran dan beriman kepada akhirat itu bertalian erat, yang satu tidak ada artinya tanpa yang lain,   oleh karena itu beriman kepada akhirat merupakan tanda lainnya dari orang-orang yang bertakwa,  firman-Nya: 
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾   الٓـمّٓ ۚ﴿﴾ ذٰلِکَ  الۡکِتٰبُ لَا رَیۡبَ ۚۖۛ فِیۡہِ ۚۛ ہُدًی  لِّلۡمُتَّقِیۡنَ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡغَیۡبِ وَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ  مِمَّا رَزَقۡنٰہُمۡ  یُنۡفِقُوۡنَ ۙ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِمَاۤ  اُنۡزِلَ اِلَیۡکَ وَ مَاۤ اُنۡزِلَ مِنۡ قَبۡلِکَ ۚ وَ بِالۡاٰخِرَۃِ ہُمۡ یُوۡقِنُوۡنَ ؕ﴿﴾ اُولٰٓئِکَ عَلٰی ہُدًی مِّنۡ رَّبِّہِمۡ ٭ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Alif Lām Mīm.  Inilah Kitab yang sempurna itu,  tidak ada keraguan di dalamnya,  petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.  Yaitu orang-orang yang beriman kepada  yang gaib, dan   mendirikan shalat, dan mereka  membelanjakan sebagian dari apa  yang Kami rezekikan  kepada mereka.   Dan orang-orang  yang beriman kepada apa yang diturunkan kepada engkau, juga kepada apa yang telah diturunkan sebelum engkau  dan kepada  akhirat  pun mereka   yakin.   Mereka itulah orang-orang yang  berada di atas  petunjuk dari Rabb (Tuhan) mereka  dan mereka itulah  orang-orang yang  berhasil. (Al-Baqarah [2]:1-6).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran Anyar,   17 Januari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar