Bismillaahirrahmaanirrahiim
KITAB SUCI AL-QURAN
“Kitab Suci Al-Quran
adalah kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak
menyadarinya ”
“Setiap saat hatiku
merindukan untuk mencium Kitab Engkau
dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan
Kabahku”
(Al-Masih-al-Mau’ud
a.s.)
“Kemusyrikan” Berupa “Perpecahan Umat” & Tanda-tanda Hizbullāh (Golongan Allah) yang Hakiki
Bab 21
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan
mengenai ayat-ayat Al-Quran yang muhkamat dan mutasyabihat
(QS.3:8) serta makna doa
orang-orang yang “mendalam ilmunya”
dalam ayat: وَ مَا یَعۡلَمُ
تَاۡوِیۡلَہٗۤ اِلَّا اللّٰہُ ۘؔ وَ الرّٰسِخُوۡنَ فِی الۡعِلۡمِ -- “padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali
Allah, dan orang-orang yang memiliki pengetahuan mendalam یَقُوۡلُوۡنَ
اٰمَنَّا بِہٖ ۙ کُلٌّ مِّنۡ عِنۡدِ
رَبِّنَا ۚ وَ مَا یَذَّکَّرُ اِلَّاۤ
اُولُوا الۡاَلۡبَابِ -- mereka berkata: “Kami beriman kepadanya, semuanya
berasal dari sisi Rabb (Tuhan)
kami.” وَ مَا یَذَّکَّرُ اِلَّاۤ اُولُوا
الۡاَلۡبَابِ -- Dan tidak
ada yang meraih nasihat kecuali orang-orang
yang mempergunakan akal, رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا بَعۡدَ
اِذۡ ہَدَیۡتَنَا وَ ہَبۡ لَنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ رَحۡمَۃً -- “Ya Rabb (Tuhan) kami, janganlah Engkau menyimpangkan hati kami setelah Engkau
telah memberi kami petunjuk, dan anugerahilah
kami rahmat dari sisi Engkau, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Pemberi anugerah” (QS.3:9).
Pembukaan “Rahasia Gaib”
Allah Swt. & Pengkultusan Para Rasul
Allah dan Wali Allah
Ayat-ayat tersebut mengisyaratkan bahwa makrifat Al-Quran hanya dianugerahkan
kepada mereka yang hatinya disucikan Allah Swt. (QS.56:80), terutama para wali
Allah dan Rasul Allah firman-Nya:
عٰلِمُ
الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا ﴿ۙ﴾ اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ
یَسۡلُکُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾ لِّیَعۡلَمَ
اَنۡ قَدۡ اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ
بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ شَیۡءٍ
عَدَدًا ﴿٪﴾
Dia-lah Yang
mengetahui yang gaib, maka Dia tidak menzahirkan rahasia gaib-Nya kepada siapa pun, kecuali
kepada Rasul yang Dia ridhai, maka
sesungguhnya barisan pengawal berjalan
di hadapannya dan di belakangnya, supaya Dia
mengetahui bahwa sungguh
mereka telah menyam-paikan Amanat-amanat Rabb (Tuhan) mereka, dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka
dan Dia membuat perhitungan mengenai
segala sesuatu. (QS.72:27-29),
Ungkapan, “izhhar ‘ala al-ghaib,” berarti, diberi pengetahuan dengan sering dan secara berlimpah-limpah
mengenai rahasia gaib bertalian
dengan dan mengenai peristiwa dan kejadian yang sangat penting. Ayat ini merupakan ukuran yang tiada tara bandingannya guna membedakan antara sifat dan jangkauan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada seorang rasul Tuhan dan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada orang-orang mukmin bertakwa lainnya.
Perbedaan itu letaknya pada kenyataan bahwa, kalau rasul-rasul Tuhan dianugerahi izhhar
‘ala al-ghaib yakni penguasaan atas
yang gaib, maka rahasia-rahasia yang diturunkan kepada orang-orang bertakwa dan orang-orang
suci lainnya tidak menikmati kehormatan
serupa itu.
Tambahan pula wahyu yang dianugerahkan kepada rasul-rasul Tuhan, karena ada dalam pemeliharaan-istimewa-Ilahi, keadaannya aman dari pemutar-balikkan atau pemalsuan
oleh jiwa-jiwa yang jahat, sedang rahasia-rahasia yang dibukakan kepada orang-orang bertakwa lainnya tidak begitu terpelihara.
Orang-orang yang “disucikan” Allah Swt.
seperti itu mustahil akan menjadi provokator yang menjerumuskan “orang-orang awam” dengan tafsiran-tafsiran keliru dan menyesatkan.
Tetapi walau pun demikian bagi orang-orang yang “hatinya ada kebengkokan dan berpenyakit, mereka
itu -- dengan tujuan-tujuan
buruk -- sengaja mensalah-tafsirkan
ucapan-ucapan para rasul Allah dan wali Allah yang penuh hikmah tersebut, seperti
yang terjadi di kalangan para pengikut
berbagai thariqah di kalangan umat Islam, sebagaimana yang
sebelumnya terjadi di kalangan golongan Ahli Kitab, berupa pengkultusan
berlebihan terhadap para nabi Allah dan para wali Allah, firman-Nya:
وَ قَالَتِ
الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ ابۡنُ اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ ابۡنُ
اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ
قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾ اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا
مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ
وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ
مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا
لِیَعۡبُدُوۡۤا اِلٰـہًا وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾ یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ
بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ
اِلَّاۤ اَنۡ یُّتِمَّ نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی
الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ
کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ﴿﴾
Dan orang-orang
Yahudi berkata: “Uzair adalah
anak
Allah”, dan orang-orang Nasrani berkata:
“Al-Masih adalah anak Allah.” Demikian itulah perkataan mereka dengan mulutnya,
mereka meniru-niru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah membinasakan mereka, bagaimana mereka sampai dipa-lingkan dari
Tauhid? اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ
الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ مَرۡیَمَ -- Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan
selain Allah, dan begitu juga
Al-Masih ibnu Maryam, وَ مَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا لِیَعۡبُدُوۡۤا اِلٰـہًا وَّاحِدًا ۚ -- padahal
mereka tidak diperintahkan melainkan supaya mereka menyembah Tuhan Yang Mahaesa. لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ -- Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Maha-suci Dia dari apa yang mereka
sekutukan. یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ اِلَّاۤ اَنۡ یُّتِمَّ نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡکٰفِرُوۡنَ -- Mereka
berkehendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut
mereka, tetapi Allah menolak
bahkan menyempurnakan cahaya-Nya,
walau pun orang-orang kafir tidak menyukai.
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ -- Dia-lah
Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan
petunjuk dan agama yang haq (benar), supaya Dia
mengunggulkannya atas semua agama walau pun orang-orang musyrik tidak menyukainya. (At-Taubah
[9]:30-33).
Peringatan dan Nubuatan Al-Quran Berkenaan
Umat Islam
Firman Allah Swt. tersebut merupakan peringatan terhadap umat Islam karena di masa
terjadinya percahan di kalangan umat Islam pun salah satu sebabnya adalah karena telah terjadi
semacam “kemusyrikan” yaitu berupa “mempertuhankan”
(mengkultuskan) para pemimpin firqah
atau pemimpin
golongan agama, bahkan pengkultusan terhadap pemimpin partai
politik, sehingga muncul firqah-firqah
dan partai-partai sempalan,
firman-Nya:
فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ
اللّٰہِ الَّتِیۡ فَطَرَ النَّاسَ عَلَیۡہَا ؕ لَا تَبۡدِیۡلَ لِخَلۡقِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ
الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ
النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾ مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ﴾ مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ کُلُّ حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah wajah kamu kepada agama yang lurus, yaitu fitrat Allah, yang atas dasar itu Dia menciptakan manusia, لَا تَبۡدِیۡلَ لِخَلۡقِ اللّٰہِ -- tidak
ada perubahan dalam penciptaan Allah, ذٰلِکَ الدِّیۡنُ الۡقَیِّمُ -- itulah
agama yang lurus, وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ -- tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Kembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat, وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ -- dan janganlah
kamu termasuk orang-orang yang
musyrik, ِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ
وَ کَانُوۡا شِیَعًا -- yaitu orang-orang
yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi golongan-golongan, کُلُّ
حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ -- tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka. (Ar-Rūm
[30]:31-3).
Makna ayat 31 bahwa Tuhan
adalah Esa dan kemanusiaan itu satu, inilah fithrat Allāh dan dīnul-fithrah
— satu agama yang berakar dalam fitrat manusia — dan terhadapnya manusia
menyesuaikan diri dan berlaku secara naluri (QS.7:173-175). Nabi Besar Muhammad saw. bersabda bahwa di
dalam agama inilah seorang bayi dilahirkan akan tetapi lingkungannya, cita-cita dan kepercayaan-kepercayaan
orang tuanya, serta didikan dan ajaran yang diperolehnya dari mereka itu
kemudian membuat dia Yahudi, Majusi atau Kristen (Bukhari).
Ayat 32 menjelaskan bahwa hanya semata-mata percaya (beriman) kepada Kekuasaan mutlak dan Keesaan Tuhan -- yang sesungguhnya hal itu merupakan asas pokok agama yang hakiki
-- adalah tidak cukup. Sebab suatu agama
yang benar harus memiliki peraturan-peraturan
dan perintah-perintah tertentu. Dari
semua peraturan dan perintah itu shalatlah yang harus mendapat prioritas
utama, firman-Nya: مُنِیۡبِیۡنَ
اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ وَ اَقِیۡمُوا
الصَّلٰوۃَ -- “Kembalilah
kamu kepada-Nya dan bertakwalah
kepada-Nya serta dirikanlah shalat.”
“Kemusyrikan” Berupa “Perpecahan Umat” & Tanda Hizbullāh (Golongan Allah) yang Hakiki
Makna ayat selanjutnya: وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ -- “dan janganlah kamu termasuk orang-orang
yang musyrik, مِنَ الَّذِیۡنَ
فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ وَ کَانُوۡا
شِیَعًا -- yaitu orang-orang
yang memecah-belah agamanya dan mereka
menjadi golongan-golongan, کُلُّ
حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ -- tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka,” yaitu bahwa penyimpangan dari agama sejati menjuruskan umat
di zaman lampau kepada perpecahan
dalam bentuk aliran-aliran (firqah-firqah/sekte-sekte)
yang saling memerangi dan menyebabkan
sengketa di antara mereka, termasuk
di lingkungan umat Islam dalam masa kemunduran secara bertahap
selama 1000 tahun setelah
mengalami masa kejayaan yang
pertama selama 3 abad (QS.32:6).
Sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. – dalam rangka memisahkan “yang baik” daripada “yang buruk” dalam masalah keimanan
serta pemahaman dan pengamalan keagamaan di kalangan umat
Islam melalui pengutusan Rasul Allah
(QS.3:180) -- Allah Swt. berfirman:
یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَنۡ یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ فَسَوۡفَ یَاۡتِی
اللّٰہُ بِقَوۡمٍ یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ ۙ اَذِلَّۃٍ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ
اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ۫ یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ لَا یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ ؕ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ
اللّٰہُ وَاسِعٌ عَلِیۡمٌ ﴿﴾ اِنَّمَا وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ الزَّکٰوۃَ
وَ ہُمۡ رٰکِعُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ ﴿٪﴾
Hai orang-orang yang beriman, مَنۡ یَّرۡتَدَّ
مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ فَسَوۡفَ یَاۡتِی اللّٰہُ بِقَوۡمٍ -- barangsiapa
di antara kamu murtad
dari agamanya maka Allah segera akan
mendatangkan suatu kaum, یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ -- Dia
akan mencintai mereka dan mereka pun
akan mencintai-Nya, اَذِلَّۃٍ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ -- mereka akan bersikap lemah-lembut terhadap
orang-orang beriman dan keras terhadap orang-orang kafir. یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ
سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ لَا یَخَافُوۡنَ
لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ -- Mereka
akan berjuang di jalan Allah dan tidak takut akan celaan seorang pencela.
ذٰلِکَ
فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ -- Itulah karunia Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki وَ اللّٰہُ وَاسِعٌ
عَلِیۡمٌ -- dan Allah
Maha Luas karunia-Nya, Maha
Mengetahui. اِنَّمَا وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ
رَسُوۡلُہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ
یُؤۡتُوۡنَ الزَّکٰوۃَ وَ ہُمۡ
رٰکِعُوۡنَ -- Sesungguhnya
pelindung kamu adalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang
beriman yang senantiasa mendirikan
shalat dan membayar zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ -- Dan barangsiapa
menjadikan Allah, Rasul-Nya dan mereka yang beriman sebagai pelindung, maka sesungguhnya
golongan Allah pasti menang. (Al-Māidah [5]:55-57).
Ciri-ciri Hizbullāh (Golongan Allah) yang
Hakiki
Firman Allah Swt. tersebut merupakan rujukan yang paling tepat untuk
mengetahui golongan manakah di antara
firqah-firqah di kalangan umat Islam yang masing-masing
mendakwakan dirinya sebagai firqah
yang paling benar. Ada pun tanda-tanda dari golongan
Muslim yang disebut Hizbullāh yang hakiki
tersebut adalah:
(1) Golongan
Muslim tersebut didirikan oleh Allah Swt.
melalui orang yang kedatangannya dijanjikan guna mewujudkan kejayaan
Islam yang kedua kali di Akhir Zaman
ini (QS.61:10): مَنۡ یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ فَسَوۡفَ یَاۡتِی اللّٰہُ بِقَوۡمٍ -- barangsiapa di antara kamu
murtad dari agamanya maka Allah
segera akan mendatangkan suatu kaum, یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ -- Dia akan mencintai mereka dan mereka
pun akan mencintai-Nya.”
(2) Hizbullāh yang hakiki tersebut akan
memperagakan misi kerasulan Nabi BGsar Muhammad saw. sebagai rahmatan-
lil- ‘ālamīn (rahmat bagi seluruh alam – QS.21:108): اَذِلَّۃٍ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ -- ”Mereka akan bersikap lemah-lembut terhadap
orang-orang beriman dan keras (tegas) terhadap orang-orang kafir”.
(3) Perjuangan
utama mereka bukan jihad secara fisik berupa tindakan paksaan, kekerasan dan peperangan, melainkan
melaksanakan “yuhyid-dīna wa yuqīmusy- syarī’ah”
yakni menghidupkan kembali pemahanan
Islam (Al-Quran) yang hakiki sebagaimana yang difahami dan diajarkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. serta mengamalkannya
sesuai dengan Sunnah beliau saw., karena umumnya umat
Islam telah meninggalkan Al-Quran
sebagai sesuatu yang telah ditinggalkan (QS.25:31), karena mereka tertipu
oleh “fitnah Dajjal” atau Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog -- QS.18:1-10
& 101-111): یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ لَا یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ -- “Mereka akan berjuang di jalan Allah dan tidak takut akan celaan seorang pencela.”
(4) Keberhasilan perjuangan yang mereka lakukan
di seluruh dunia semata-mata pertolongan
dan karunia Allah Swt. serta rahmat-Nya, tanpa mengandalkan bantuan dan dukungan dari pihak mana pun,
yang selalu menjadi jerat dan ikatan bagi pihak-pihak yang dibantunya: ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ -- Itulah karunia Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki وَ اللّٰہُ وَاسِعٌ
عَلِیۡمٌ -- dan Allah
Maha Luas karunia-Nya, Maha
Mengetahui.”
(5) Jihad yang mereka lakukan sepenuhnya merupakan jihad ruhani dalam upaya tegaknya
kembali Tauhid Ilahi yang hakiki
di muka bumi, berupa kejayaan Islam
yang kedua kali sebagaimana yang dijanjikan
Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw. (QS.61:10) yang disebut terciptanya “langit baru dan bumi baru” (QS.14:49-53):
اِنَّمَا وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ الزَّکٰوۃَ
وَ ہُمۡ رٰکِعُوۡنَ -- “Sesungguhnya pelindung kamu adalah Allah,
Rasul-Nya dan orang-orang beriman yang senantiasa
mendirikan shalat dan membayar zakat
dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.”
(6) Allah Swt. memberikan jaminan mengenai kesuksesan perjuangan suci HIzbullāh hakiki tersebut, walau pun harus menghadapi berbagai jenis “makar
buruk” atau “teror” dari berbagai pihak
yang tidak menyukai kehadiran Hizbullāh hakiki tersebut di Akhir Zaman ini: وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ
اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ
الۡغٰلِبُوۡنَ -- “Dan barangsiapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan mereka yang beriman sebagai pelindung,
maka sesungguhnya Hizbullāh
(golongan Allah) pasti menang.”
Nasib Malang Para Penentang
Rasul Allah
Sehubungan
jaminan Allah Swt. mengenai kesuksesan perjuangan suci Hizbullāh (golongan
Allah) Dia berfirman:
اِنَّ الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ
رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی
الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾ کَتَبَ اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ
اَنَا وَ رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾ لَا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ
الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ
حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ لَوۡ
کَانُوۡۤا اٰبَآءَہُمۡ اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ اَوۡ
اِخۡوَانَہُمۡ اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ
ؕ اُولٰٓئِکَ کَتَبَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ
الۡاِیۡمَانَ وَ اَیَّدَہُمۡ بِرُوۡحٍ
مِّنۡہُ ؕ وَ یُدۡخِلُہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ
خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ اُولٰٓئِکَ حِزۡبُ
اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ
ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya اُولٰٓئِکَ فِی الۡاَذَلِّیۡنَ -- mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina. کَتَبَ اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ
اَنَا وَ رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ -- Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti akan menang.” Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha
Perkasa. لَا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ --Engkau
tidak akan mendapatkan suatu kaum yang menyatakan beriman kepada Allah dan Hari Akhir یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ
حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ -- tetapi mereka mencintai orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, وَ لَوۡ کَانُوۡۤا اٰبَآءَہُمۡ
اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ اَوۡ اِخۡوَانَہُمۡ
اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ -- walau pun mereka itu bapak-bapak mereka
atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka ataupun keluarga mereka. اُولٰٓئِکَ کَتَبَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الۡاِیۡمَانَ -- Mereka itulah orang-orang yang di dalam hati mereka Dia telah menanamkan iman
وَ
اَیَّدَہُمۡ بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ -- dan Dia telah meneguhkan mereka dengan ilham
dari Dia sendiri, وَ یُدۡخِلُہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ
خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا -- dan Dia akan memasukkan mereka ke da-lam kebun-kebun yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka
kekal di dalamnya. رَضِیَ اللّٰہُ عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ -- Allah
ridha kepada mereka dan mereka ridha
kepada-Nya. اُولٰٓئِکَ حِزۡبُ اللّٰہِ
-- mereka itulah golongan Allah.
اَلَاۤ
اِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ
الۡمُفۡلِحُوۡنَ -- Ketahuilah, sesungguhnya golongan
Allāh itulah orang-orang yang berhasil.
(Al-Mujadalah
[58]:21-23).
Ada tersurat nyata pada lembaran-lembaran sejarah bahwa kebenaran yang diajarkan para Rasul Allah
senantiasa menang terhadap kepalsuan walau pun didukung oleh golongan mayoritas, inilah
makna ayat: اِنَّ الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ
اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی
الۡاَذَلِّیۡنَ -- “Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang
yang sangat hina. کَتَبَ اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ
اَنَا وَ رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ -- Allah
telah menetapkan: “Aku dan
rasul-rasul-Ku pasti
akan menang.” Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha
Perkasa.”
Persahabatan Hakiki Hizbullāh
dengan Allah Swt. dan Rasul Allah
Makna ayat selanjutnya menyatakan
bahwa pasti tidak
mungkin terdapat persahabatan atau perhubungan cinta sejati atau
sungguh-sungguh di antara orang-orang
beriman kepada Allah Swt. dan
kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan
dengan
orang-orang yang mendustakan dan menentangnya.
Dikarenakan cita-cita,
pendirian-pendirian, dan kepercayaan agama dari kedua golongan itu satu sama lain bertentangan, dan karena kesamaan dan perhubungan kepentingan itu merupakan syarat mutlak bagi perhubungan
yang sungguh-sungguh erat menjadi
tidak ada, maka orang-orang beriman diminta jangan mempunyai persahabatan yang erat
lagi mesra dengan orang-orang kafir.
Bahkan Allah Swt. selanjutnya menjelaskan bawa ikatan agama harus mengatasi segala perhubungan
lainnya, malahan mengatasi pertalian
darah yang amat dekat sekalipun: وَ لَوۡ
کَانُوۡۤا اٰبَآءَہُمۡ اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ اَوۡ
اِخۡوَانَہُمۡ اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ
-- walau pun mereka itu bapak-bapak mereka
atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka ataupun keluarga mereka.”
Mengisyaratkan kepada sikap orang-orang beriman dari golongan Hizbullāh yang lebih mendahulukan kecintaan kepada Allah Swt.
dan Rasul Allah seperti itulah yang
diisyaratkan dalam firman-Nya sebelum ini: یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ
لَا یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ -- “Mereka akan berjuang di jalan Allah dan tidak takut akan celaan seorang pencela”
(QS.5:55).
Surah Al-Mujadalah ayat 23
merupakan seruan umum, tetapi secara khusus seruan itu tertuju kepada orang-orang kafir yang dalam
keadaan berperang dengan kaum Muslim,
seperti contohnya yang dilakukan oleh kaum
kafir Quraisy Mekkah pimpinan Abu Jahal dkk terhadap Nabi Besar
Muhammad saw., padahal kedua
pihak yang bertentangan tersebut tersebut memiliki hubungan darah yang sangat dekat.
Sejarah kenabian membuktikan bahwa Hizbullāh
(golongan Allah) yang hakiki dalam memperjuangkan Tauhid Ilahi tidak pernah melakukan tindakan pemaksaan mau pun kekerasan
secara fisik (QS.2:257; QS.10:100;
QS.11:119; QS.18:30; QS.76:4) sehingga
terjadi penumpahan darah, bahkan yang
terjadi sebaliknya, mereka itulah yang selalu menjadi obyek tindakan pemaksaaan
dan kekerasan secara fisik, sebagaimana prediksi para malaikat
ketika Allah Swt. bermaksud menciptakan tatanan “langit baru dan bumi baru” (QS.14:49-53) melalui penciptaan Adam sebagai Khalifah Allah di muka bumi (QS.2:31-36).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran Anyar,
24
Januari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar