Jumat, 29 Januari 2016

"Kemusyrikan" Berupa "Perpecahan Umat" & Tanda-tanda "Hizbullaah"" (Golongan Allah) yang Hakiki


Bismillaahirrahmaanirrahiim


KITAB SUCI AL-QURAN

Kitab Suci Al-Quran adalah kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak menyadarinya

“Setiap saat hatiku merindukan untuk mencium Kitab  Engkau dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan Kabahku”

 (Al-Masih-al-Mau’ud a.s.)


Kemusyrikan” Berupa “Perpecahan Umat” & Tanda-tanda Hizbullāh (Golongan Allah) yang Hakiki   


Bab 21


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya  telah dijelaskan mengenai   ayat-ayat Al-Quran yang muhkamat dan mutasyabihat (QS.3:8) serta  makna  doa  orang-orang yang “mendalam ilmunya” dalam ayat: وَ مَا یَعۡلَمُ  تَاۡوِیۡلَہٗۤ  اِلَّا اللّٰہُ  ۘؔ وَ الرّٰسِخُوۡنَ فِی الۡعِلۡمِ  -- “padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah dan orang-orang yang memiliki pengetahuan mendalam یَقُوۡلُوۡنَ اٰمَنَّا بِہٖ ۙ کُلٌّ  مِّنۡ عِنۡدِ رَبِّنَا ۚ وَ مَا یَذَّکَّرُ  اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ  --  mereka berkata: “Kami beriman kepadanya, semuanya berasal dari sisi Rabb (Tuhan) kami.” وَ مَا یَذَّکَّرُ  اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ  -- Dan  tidak ada yang meraih nasihat kecuali orang-orang yang mempergunakan akal,  رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا بَعۡدَ  اِذۡ ہَدَیۡتَنَا وَ ہَبۡ لَنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ رَحۡمَۃً  -- “Ya Rabb (Tuhan) kami, janganlah Engkau menyimpangkan hati kami  setelah  Engkau telah memberi kami petunjuk, dan anugerahilah kami rahmat dari sisi Engkau, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Pemberi anugerah” (QS.3:9).

Pembukaan “Rahasia Gaib” Allah Swt. &  Pengkultusan Para  Rasul Allah  dan Wali Allah

   Ayat-ayat tersebut mengisyaratkan bahwa makrifat Al-Quran hanya dianugerahkan kepada mereka yang  hatinya disucikan  Allah Swt. (QS.56:80), terutama  para wali Allah dan Rasul Allah firman-Nya:
عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا ﴿ۙ﴾  اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ  بَیۡنِ یَدَیۡہِ  وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾  لِّیَعۡلَمَ  اَنۡ  قَدۡ  اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ  شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿٪﴾
Dia-lah Yang mengetahui yang gaib, maka Dia tidak menzahirkan  rahasia gaib-Nya kepada siapa pun,  kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai, maka sesungguhnya barisan pengawal berjalan di hadapannya dan di belakangnya,  supaya Dia mengetahui bahwa  sungguh  mereka telah menyam-paikan Amanat-amanat Rabb (Tuhan) mereka, dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka dan Dia membuat perhitungan mengenai segala sesuatu. (QS.72:27-29),
 Ungkapan, “izhhar ‘ala al-ghaib,” berarti, diberi pengetahuan dengan sering dan secara berlimpah-limpah mengenai rahasia gaib bertalian dengan dan mengenai peristiwa dan kejadian yang sangat penting.  Ayat ini merupakan ukuran yang tiada tara bandingannya guna membedakan antara sifat dan jangkauan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada seorang rasul Tuhan dan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada orang-orang mukmin bertakwa lainnya.
Perbedaan itu letaknya pada kenyataan bahwa, kalau rasul-rasul Tuhan dianugerahi izhhar ‘ala al-ghaib yakni  penguasaan atas yang gaib, maka rahasia-rahasia yang diturunkan kepada orang-orang bertakwa dan orang-orang suci lainnya tidak menikmati kehormatan serupa itu.
Tambahan pula wahyu yang dianugerahkan kepada rasul-rasul Tuhan, karena ada dalam pemeliharaan-istimewa-Ilahi, keadaannya aman dari pemutar-balikkan atau pemalsuan oleh jiwa-jiwa yang jahat, sedang rahasia-rahasia yang dibukakan kepada orang-orang bertakwa  lainnya tidak begitu terpelihara.
   Orang-orang yang “disucikan” Allah Swt.   seperti itu mustahil  akan menjadi provokator  yang  menjerumuskan “orang-orang awam” dengan tafsiran-tafsiran keliru dan menyesatkan. Tetapi walau pun demikian  bagi    orang-orang yang “hatinya  ada kebengkokan dan berpenyakit,   mereka itu   -- dengan tujuan-tujuan buruk  -- sengaja  mensalah-tafsirkan ucapan-ucapan   para rasul Allah dan wali Allah  yang penuh hikmah   tersebut,  seperti  yang terjadi di kalangan para pengikut  berbagai thariqah  di kalangan umat Islam, sebagaimana yang    sebelumnya terjadi di kalangan golongan Ahli Kitab,  berupa pengkultusan  berlebihan terhadap para nabi Allah dan para wali Allah, firman-Nya:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ  ابۡنُ اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ  ابۡنُ  اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ  قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی  یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾  اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ  اُمِرُوۡۤا  اِلَّا  لِیَعۡبُدُوۡۤا  اِلٰـہًا  وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾  یُرِیۡدُوۡنَ  اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ  اِلَّاۤ  اَنۡ  یُّتِمَّ  نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾  ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ﴿﴾
Dan  orang-orang Yahudi berkata: “Uzair adalah  anak Allah”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Al-Masih adalah  anak  Allah.” Demikian itulah perkataan mereka dengan mulutnya, mereka  meniru-niru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah membinasakan mereka, bagaimana mereka sampai dipa-lingkan dari Tauhid?  اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ مَرۡیَمَ  --   Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka  sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan begitu juga Al-Masih ibnu Maryam, وَ مَاۤ  اُمِرُوۡۤا  اِلَّا  لِیَعۡبُدُوۡۤا  اِلٰـہًا  وَّاحِدًا ۚ  -- padahal  mereka tidak diperintahkan melainkan supaya mereka menyembah Tuhan Yang Mahaesa.  لَاۤ اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ  -- Tidak ada Tuhan kecuali Dia.  Maha-suci Dia dari apa yang mereka sekutukan. یُرِیۡدُوۡنَ  اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ  اِلَّاۤ  اَنۡ  یُّتِمَّ  نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡکٰفِرُوۡنَ --   Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah  dengan mulut mereka, tetapi Allah menolak bahkan menyempurnakan cahaya-Nya, walau pun orang-orang kafir tidak menyukai. ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ  --    Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang haq (benar), supaya Dia mengunggulkannya atas semua agama walau pun orang-orang musyrik tidak menyukainya.  (At-Taubah [9]:30-33).

Peringatan dan Nubuatan  Al-Quran  Berkenaan   Umat Islam

     Firman Allah Swt. tersebut merupakan peringatan terhadap umat Islam  karena di masa terjadinya percahan  di kalangan umat Islam pun salah satu sebabnya adalah karena telah terjadi semacam “kemusyrikan” yaitu  berupa “mempertuhankan” (mengkultuskan) para pemimpin firqah atau  pemimpin golongan agama,  bahkan pengkultusan terhadap  pemimpin partai politik,  sehingga muncul  firqah-firqah dan partai-partai sempalan, firman-Nya:
فَاَقِمۡ  وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ اللّٰہِ  الَّتِیۡ فَطَرَ  النَّاسَ عَلَیۡہَا ؕ لَا تَبۡدِیۡلَ  لِخَلۡقِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾ مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ  وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ﴾  مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah wajah kamu kepada agama yang lurus, yaitu fitrat Allah, yang atas dasar itu  Dia menciptakan manusia,  لَا تَبۡدِیۡلَ  لِخَلۡقِ اللّٰہِ -- tidak ada perubahan dalam penciptaan Allah,  ذٰلِکَ الدِّیۡنُ الۡقَیِّمُ --  itulah agama yang lurus, وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ --  tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.    Kembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalatوَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ    -- dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik, ِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا  --  yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi golongan-golongan, کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ --   tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka. (Ar-Rūm [30]:31-3).
     Makna ayat 31 bahwa  Tuhan adalah  Esa dan kemanusiaan itu satu, inilah fithrat Allāh dan dīnul-fithrah — satu agama yang berakar dalam fitrat manusia — dan terhadapnya manusia menyesuaikan diri dan berlaku secara naluri (QS.7:173-175).  Nabi Besar Muhammad saw. bersabda bahwa di dalam agama inilah seorang bayi dilahirkan akan tetapi lingkungannya, cita-cita dan kepercayaan-kepercayaan orang tuanya, serta didikan dan ajaran yang diperolehnya dari mereka itu  kemudian membuat dia Yahudi, Majusi atau Kristen (Bukhari).
    Ayat 32 menjelaskan bahwa  hanya semata-mata percaya (beriman)  kepada Kekuasaan mutlak dan Keesaan Tuhan  -- yang sesungguhnya hal itu merupakan asas pokok agama yang hakiki  -- adalah tidak cukup. Sebab suatu agama yang benar harus memiliki peraturan-peraturan dan perintah-perintah tertentu. Dari semua peraturan dan perintah itu shalatlah yang harus mendapat prioritas utama, firman-Nya:  مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ  وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ    -- “Kembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat.”

Kemusyrikan” Berupa “Perpecahan Umat” & Tanda Hizbullāh (Golongan Allah) yang Hakiki

    Makna ayat selanjutnya:   وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ  -- “dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik, مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا  --   yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi golongan-golongan, کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ --   tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka,” yaitu bahwa penyimpangan dari agama sejati menjuruskan umat di zaman lampau kepada perpecahan dalam bentuk aliran-aliran (firqah-firqah/sekte-sekte) yang saling memerangi dan menyebabkan sengketa di antara mereka, termasuk di lingkungan umat Islam   dalam masa kemunduran  secara bertahap selama 1000 tahun  setelah  mengalami masa kejayaan yang pertama selama 3 abad  (QS.32:6).
     Sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt.   – dalam rangka memisahkan “yang baik” daripada “yang buruk” dalam masalah keimanan  serta  pemahaman  dan pengamalan keagamaan di kalangan umat Islam melalui pengutusan Rasul Allah (QS.3:180)  --  Allah Swt. berfirman:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَنۡ یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ فَسَوۡفَ یَاۡتِی اللّٰہُ بِقَوۡمٍ یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ ۙ اَذِلَّۃٍ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ۫ یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ لَا  یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ ؕ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ  یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  وَاسِعٌ  عَلِیۡمٌ ﴿﴾  اِنَّمَا وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ  الزَّکٰوۃَ  وَ ہُمۡ  رٰکِعُوۡنَ ﴿﴾  وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ ﴿٪﴾   
Hai orang-orang yang beriman, مَنۡ یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ فَسَوۡفَ یَاۡتِی اللّٰہُ بِقَوۡمٍ  -- barangsiapa di antara kamu  murtad dari agamanya maka Allah segera akan mendatangkan suatu kaum, یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ  -- Dia akan mencintai mereka dan mereka pun akan mencintai-Nya, اَذِلَّۃٍ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ  --  mereka akan bersikap lemah-lembut terhadap  orang-orang beriman  dan keras terhadap orang-orang kafir. یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ لَا  یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ  -- Mereka akan berjuang di jalan Allah dan tidak takut akan celaan seorang pencela. ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ  یَّشَآءُ  -- Itulah karunia Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki وَ اللّٰہُ  وَاسِعٌ  عَلِیۡمٌ -- dan Allah Maha Luas karunia-Nya, Maha Mengetahui. اِنَّمَا وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ  الزَّکٰوۃَ  وَ ہُمۡ  رٰکِعُوۡنَ  --  Sesungguhnya pelindung kamu adalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman yang senantiasa mendirikan shalat dan membayar zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.  وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ --  Dan barangsiapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan mereka yang beriman sebagai pelindung, maka  sesungguhnya  golongan  Allah pasti menang. (Al-Māidah [5]:55-57).

Ciri-ciri Hizbullāh  (Golongan Allah)  yang Hakiki

 Firman Allah Swt. tersebut merupakan rujukan yang paling tepat untuk mengetahui golongan manakah  di antara  firqah-firqah di kalangan umat Islam yang masing-masing mendakwakan dirinya sebagai firqah yang paling benar. Ada pun tanda-tanda  dari golongan  Muslim   yang disebut Hizbullāh  yang hakiki tersebut adalah:
(1) Golongan Muslim tersebut didirikan oleh Allah Swt. melalui orang yang  kedatangannya dijanjikan guna mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini (QS.61:10): مَنۡ یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ فَسَوۡفَ یَاۡتِی اللّٰہُ بِقَوۡمٍ  -- barangsiapa di antara kamu  murtad dari agamanya maka Allah segera akan mendatangkan suatu kaum, یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ  -- Dia akan mencintai mereka dan mereka pun akan mencintai-Nya.”
(2) Hizbullāh yang hakiki tersebut akan memperagakan  misi kerasulan Nabi BGsar Muhammad saw. sebagai  rahmatan- lil- ‘ālamīn (rahmat bagi seluruh alam – QS.21:108): اَذِلَّۃٍ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ  --  ”Mereka akan bersikap lemah-lembut terhadap  orang-orang beriman  dan keras (tegas) terhadap orang-orang kafir”.
(3) Perjuangan utama mereka bukan    jihad secara fisik  berupa tindakan paksaan, kekerasan dan peperangan,  melainkan  melaksanakan “yuhyid-dīna wa yuqīmusy- syarī’ah” yakni menghidupkan kembali  pemahanan Islam (Al-Quran) yang hakiki sebagaimana yang difahami dan diajarkan   oleh Nabi Besar Muhammad saw.  serta mengamalkannya sesuai dengan Sunnah beliau saw.,  karena   umumnya umat Islam telah meninggalkan Al-Quran sebagai sesuatu yang telah ditinggalkan  (QS.25:31), karena  mereka tertipu oleh “fitnah Dajjal” atau Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog   -- QS.18:1-10 & 101-111): یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ لَا  یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ  -- “Mereka akan berjuang di jalan Allah dan tidak takut akan celaan seorang pencela.”
(4)  Keberhasilan perjuangan yang mereka lakukan  di seluruh dunia semata-mata pertolongan dan karunia Allah Swt. serta rahmat-Nya, tanpa mengandalkan bantuan dan dukungan dari pihak mana pun, yang  selalu menjadi jerat dan ikatan bagi pihak-pihak yang dibantunya:  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ  یَّشَآءُ  -- Itulah karunia Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki وَ اللّٰہُ  وَاسِعٌ  عَلِیۡمٌ -- dan Allah Maha Luas karunia-Nya, Maha Mengetahui.”
 (5)  Jihad  yang mereka lakukan sepenuhnya merupakan jihad ruhani  dalam upaya tegaknya kembali Tauhid Ilahi  yang hakiki di muka bumi, berupa kejayaan Islam yang kedua kali sebagaimana yang dijanjikan Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw. (QS.61:10) yang disebut terciptanya “langit baru dan bumi baru” (QS.14:49-53): اِنَّمَا وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ  الزَّکٰوۃَ  وَ ہُمۡ  رٰکِعُوۡنَ  --  “Sesungguhnya pelindung kamu adalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman yang senantiasa mendirikan shalat dan membayar zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.”    
   (6) Allah Swt. memberikan jaminan mengenai kesuksesan  perjuangan suci HIzbullāh hakiki tersebut,  walau pun harus menghadapi berbagai jenis  “makar buruk”  atau “teror” dari berbagai   pihak yang tidak menyukai kehadiran Hizbullāh hakiki tersebut di Akhir Zaman ini: وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ --  “Dan barangsiapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan mereka yang beriman sebagai pelindung, maka  sesungguhnya   Hizbullāh  (golongan  Allah) pasti menang.”

Nasib Malang  Para Penentang Rasul Allah

     Sehubungan  jaminan Allah Swt. mengenai kesuksesan perjuangan suci   Hizbullāh  (golongan  Allah)  Dia berfirman:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی  الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾  کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾   لَا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ  یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ  وَ لَوۡ کَانُوۡۤا  اٰبَآءَہُمۡ  اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ  اَوۡ  اِخۡوَانَہُمۡ  اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ ؕ اُولٰٓئِکَ  کَتَبَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الۡاِیۡمَانَ وَ اَیَّدَہُمۡ  بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ ؕ وَ یُدۡخِلُہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ  فِیۡہَا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ  عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ اُولٰٓئِکَ حِزۡبُ اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ  حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya اُولٰٓئِکَ فِی  الۡاَذَلِّیۡنَ -- mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina.  کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ  --  Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku  pasti akan menang.” Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa. لَا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ    --Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum yang menyatakan beriman kepada Allah dan Hari Akhir یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ -- tetapi mereka mencintai orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, وَ لَوۡ کَانُوۡۤا  اٰبَآءَہُمۡ  اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ  اَوۡ  اِخۡوَانَہُمۡ  اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ  -- walau pun mereka  itu bapak-bapak mereka atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka ataupun keluarga mereka. اُولٰٓئِکَ  کَتَبَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الۡاِیۡمَانَ  -- Mereka itulah orang-orang yang di dalam hati mereka Dia telah menanamkan iman وَ اَیَّدَہُمۡ  بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ -- dan Dia telah meneguhkan mereka dengan ilham dari Dia sendiri, وَ یُدۡخِلُہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ  فِیۡہَا -- dan Dia akan memasukkan mereka ke da-lam kebun-kebun yang  di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal  di dalamnya. رَضِیَ اللّٰہُ  عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ --   Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada-Nya. اُولٰٓئِکَ حِزۡبُ اللّٰہِ  -- mereka itulah golongan Allah. اَلَاۤ اِنَّ  حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ  -- Ketahuilah, sesungguhnya golongan Allāh  itulah orang-orang yang berhasil. (Al-Mujadalah [58]:21-23).
  Ada tersurat nyata pada lembaran-lembaran sejarah bahwa kebenaran yang diajarkan para Rasul Allah senantiasa menang terhadap kepalsuan  walau pun didukung oleh     golongan mayoritas,  inilah   makna ayat:  اِنَّ  الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی  الۡاَذَلِّیۡنَ -- “Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina.  کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ  --  Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku  pasti akan menang.”  Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa.”

Persahabatan Hakiki  Hizbullāh dengan Allah Swt. dan Rasul Allah

 Makna ayat selanjutnya menyatakan bahwa pasti   tidak mungkin terdapat persahabatan atau perhubungan cinta sejati atau sungguh-sungguh di antara orang-orang beriman kepada Allah Swt. dan kepada  Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan  dengan  orang-orang yang mendustakan dan menentangnya.
  Dikarenakan  cita-cita, pendirian-pendirian, dan kepercayaan agama dari kedua golongan itu satu sama lain bertentangan, dan karena kesamaan dan perhubungan kepentingan itu merupakan syarat mutlak bagi perhubungan yang sungguh-sungguh erat menjadi tidak ada, maka orang-orang beriman  diminta jangan mempunyai persahabatan yang erat lagi mesra dengan orang-orang kafir.
Bahkan Allah Swt. selanjutnya menjelaskan bawa ikatan agama harus mengatasi segala perhubungan lainnya, malahan mengatasi pertalian darah yang amat dekat sekalipun: وَ لَوۡ کَانُوۡۤا  اٰبَآءَہُمۡ  اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ  اَوۡ  اِخۡوَانَہُمۡ  اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ  --    walau pun mereka  itu bapak-bapak mereka atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka ataupun keluarga mereka.”
Mengisyaratkan kepada  sikap orang-orang beriman dari  golongan Hizbullāh yang  lebih mendahulukan kecintaan kepada Allah Swt. dan Rasul Allah seperti itulah yang diisyaratkan dalam firman-Nya sebelum ini: یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ لَا  یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ  -- “Mereka akan berjuang di jalan Allah dan tidak takut akan celaan seorang pencela” (QS.5:55).
Surah Al-Mujadalah ayat 23  merupakan seruan umum, tetapi secara khusus seruan itu tertuju kepada orang-orang kafir yang   dalam keadaan  berperang dengan kaum Muslim, seperti contohnya yang dilakukan oleh   kaum kafir Quraisy Mekkah pimpinan Abu Jahal dkk terhadap Nabi Besar Muhammad saw., padahal    kedua pihak   yang bertentangan tersebut tersebut memiliki hubungan darah yang sangat dekat.
 Sejarah kenabian membuktikan bahwa  Hizbullāh (golongan Allah) yang hakiki dalam memperjuangkan Tauhid Ilahi tidak pernah melakukan tindakan pemaksaan mau pun kekerasan secara fisik (QS.2:257; QS.10:100; QS.11:119; QS.18:30; QS.76:4)  sehingga terjadi penumpahan darah, bahkan yang terjadi sebaliknya, mereka itulah yang selalu menjadi  obyek  tindakan pemaksaaan dan kekerasan secara fisik, sebagaimana prediksi para malaikat ketika Allah Swt. bermaksud menciptakan tatanan “langit baru dan bumi baru” (QS.14:49-53) melalui penciptaan Adam sebagai Khalifah Allah di muka bumi (QS.2:31-36).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo

Pajajaran Anyar,   24  Januari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar