Bismillaahirrahmaanirrahiim
KITAB SUCI AL-QURAN
“Kitab Suci Al-Quran adalah
kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak
menyadarinya ”
“Setiap saat hatiku
merindukan untuk mencium Kitab Engkau
dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan Kabahku”
(Al-Masih-al-Mau’ud a.s.)
Berbagai Mukjizat Eksternal Al-Quran Berkenaan Nabi Besar Muhammad Saw. Diantaranya Mukjizat “Terbelahnya
Bulan”
Bab 11
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab sebelumnya Masih
Mau’ud a.s. mengemukakan empat macam mukjizat
Al-Quran, selanjutnya dengan penjelasan yang agak berbeda Masih Mau’ud a.s. menulis dalam buku beliau
lainnya mengenai mukjizat Internal dan
eksternal Al-Quran:
“Mukjizat dan tanda-tanda
ajaib Al-Quran terdiri dari 4
macam. Pertama adalah mukjizat yang
berkaitan dengan intelek manusia;
kedua, mukjizat yang berkaitan
dengan pengetahuan; ketiga, mukjizat yang berkaitan dengan karunia keruhanian; dan keempat, mukjizat yang berkaitan dengan hal-hal yang luar biasa.
Tiga mukjizat yang disebut
pertama merupakan sifat-sifat yang inheren (melekat) dari Kitab Suci Al-Quran. Ketiganya bersifat
sangat agung dan mudah dibuktikan, dan semuanya dapat disaksikan di setiap zaman sebagai kenyataan
realitas. Adapun jenis yang keempat
merupakan hal eksternal yang tidak inheren (melekat) di dalam Al-Quran. Salah satu mukjizat jenis keempat adalah yang berkaitan dengan peristiwa terbelahnya bulan.
Keagungan dan keindahan Al-Quran diwujudkan dalam ketiga jenis mukjizat tersebut. Bahkan
sesungguhnya tanda-tanda akbar
firman Ilahi memang mengharuskan
adanya ketiga jenis mukjizat itu di
dalamnya. Di dalam Kitab Suci Al-Quran ketiga
jenis mukjizat itu dapat ditemui secara lengkap dan sempurna
serta berulangkali dikemukakan Al-Quran sebagai bukti bahwa Kitab ini
memang tanpa tanding dan tanpa banding seperti yang dinyatakan
oleh firman:
قُلۡ لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ
الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ لَا
یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ
Katakanlah: “Seandainya manusia dan jin berhimpun bersama-sama untuk mendatangkan yang sama seperti Al-Quran ini, tidaklah mereka akan sanggup mendatangkan yang sama seperti ini” (Bani Israil [17]:89).
Di tempat lain disampaikan:
مَا فَرَّطۡنَا فِی الۡکِتٰبِ
مِنۡ شَیۡءٍ
Sekali-kali tidak
ada sesuatu yang Kami alpakan dalam Kitab
ini (Al-An’ām
[6]:39).
Begitu juga difirmankan:
رَسُوۡلٌ مِّنَ اللّٰہِ
یَتۡلُوۡا صُحُفًا مُّطَہَّرَۃً ۙ﴿﴾ فِیۡہَا
کُتُبٌ قَیِّمَۃٌ ؕ﴿﴾
Seorang
rasul dari Allah yang membacakan kepada
mereka lembaran-lembaran suci, yang di dalamnya terkandung perintah-perintah kekal abadi
(Al-Bayyinah [98]:3-4).
Di tempat lainnya lagi:
لَوۡ اَنۡزَلۡنَا ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ عَلٰی جَبَلٍ
لَّرَاَیۡتَہٗ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا
مِّنۡ خَشۡیَۃِ اللّٰہِ ؕ وَ تِلۡکَ الۡاَمۡثَالُ نَضۡرِبُہَا لِلنَّاسِ
لَعَلَّہُمۡ یَتَفَکَّرُوۡنَ﴿﴾
Sekiranya
Kami menurunkan Al-Quran ini kepada
gunung, niscaya engkau akan melihat gunung
itu merendahkan diri dan pecah
berantakan karena takut kepada Allah. Dan inilah tamsil-tamsil yang Kami kemukakan untuk
manusia supaya mereka dapat berfikir (Al-Hasyr [59]:22)…..” (Surma Chasm Arya, Qadian,
1886; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. II,
hlm. 60-62, London, 1984).
Mukjizat Eksternal Al-Quran
“Terbelahnya Bulan”
Selanjutnya Masih Mau’ud a.s. menjelaskan mengenai mukjizat eksternal Al-Quran, antara lain
terjadinya peristiwa “terbelahnya bulan”,
yang walau pun banyak orang banyak yang meragukan kebenarannya tetapi Allah Swt. telah menubuatkan peristiwa tersebut dalam Al-Quran, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ﴿۱﴾ اِقۡتَرَبَتِ السَّاعَۃُ
وَ انۡشَقَّ الۡقَمَرُ ﴿﴾ وَ اِنۡ یَّرَوۡا
اٰیَۃً یُّعۡرِضُوۡا وَ یَقُوۡلُوۡا
سِحۡرٌ مُّسۡتَمِرٌّ ﴿﴾ وَ کَذَّبُوۡا وَ اتَّبَعُوۡۤا اَہۡوَآءَہُمۡ وَ
کُلُّ اَمۡرٍ مُّسۡتَقِرٌّ ﴿﴾ وَ لَقَدۡ جَآءَہُمۡ
مِّنَ الۡاَنۡۢبَآءِ مَا فِیۡہِ مُزۡدَجَرٌ ۙ﴿﴾ حِکۡمَۃٌۢ بَالِغَۃٌ
فَمَا تُغۡنِ النُّذُرُ ۙ﴿﴾
Aku
baca dengan
nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Telah dekat Saat
itu dan bulan terbelah.
Dan jika mereka melihat suatu Tanda, mereka berpaling dan berkata, “Sihir yang selalu berulang.” Dan mereka
mendustakan kebenaran dan mengikuti hawa nafsu mereka dan setiap perkara ada kete-tapan waktunya. Dan sungguh benar-benar telah datang kepada mereka berita-berita yang di dalamnya ada
peringatan, hikmah yang sempurna,
tetapi para pemberi peringatan itu sekali-kali tidak berfaedah bagi mereka. (Al-Qamar
[54]:1-6).
Peristiwa “bulan
terbelah” menjadi dua yang dapat disaksikan oleh mata telanjang — baik
telah menyalahi hukum alam fisika
ataupun tidak — sukar di sangkal, sedang peristiwa itu nampaknya kekurangan bukti-bukti sejarah yang meyakinkan. Pada pihak lain, tidak ada
seorang pun dapat memberanikan diri mengakui telah menyelami semua rahasia Allah atau sepenuhnya mengerti atau memahami semua rahasia alam
Adalah mustahil bahwa peristiwa yang meliputi bagian besar wilayah bumi
serupa itu masih tetap tidak dimaklumi kalangan peneropong-peneropong bintang (para ahli observatori) di dunia ini,
atau sama sekali tidak tercatat di
dalam buku-buku sejarah. Tetapi karena peristiwa itu sungguh tercantum di dalam kitab-kitab hadits yang sangat terpercaya, seperti Bukhari
dan Muslim, dan sebab dituturkan secara berkesinambungan dalam
riwayat-riwayat yang sumbernya dapat dipercaya, pula diriwayatkan oleh sahabat Nabi
Besar Muhammad saw. yang cendekia
seperti Ibn Mas’ud r.a., peristiwa itu sungguh-sungguh menunjukkan bahwa gejala alam yang luar biasa pentingnya itu niscaya telah terjadi di masa Nabi Besar
Muhammad saw..
Beberapa ahli tafsir Al-Quran – di antaranya Razi – telah berusaha
menguraikan masalah pelik itu dengan menyatakan bahwa peristiwa itu adalah gerhana bulan. Imam Ghazali dan Syah
Waliullah juga berpegang pada pendapat babwa pada hakikatnya bulan tidak terbelah, melainkan Allah
Swt. telah mengatur demikian rupa
sehingga bulan nampak kepada
orang-orang yang menyaksikannya sebagai sungguh-sungguh terbelah.
Menurut Ibn ‘Abbas dan Syah ‘Abdul ‘Aziz, peristiwa itu semacam gerhana bulan. Tetapi bagaimana pun bila
kita mengingat akan kuatnya bobot bahasa yang dipergunakan Al-Quran berkenaan
dengan peristiwa itu nampaknya lebih daripada gerhana bulan biasa. Peristiwa itu sungguh-sungguh merupakan mukjizat besar yang ditampakkan oleh Nabi
Besar Muhammad saw. atas
desakan orang-orang kafir (Bukhari
dan Muslim).
Nampaknya peristiwa itu
merupakan suatu kasyaf Nabi Besar
Muhammad saw. – tidak ubah
halnya seperti peristiwa tongkat Nabi Musa a.s. berubah menjadi ular pun adalah suatu kasyaf
(rukya) yang para ahli sihir dibuat
ikut serta di dalamnya. Atau, boleh jadi seperti
halnya pemukulan air laut yang
dilakukan oleh Nabi Musa a.s. dengan tongkat beliau, bertepatan dengan saat pasang surut, dan dengan demikian merupakan suatu mukjizat.
Demikian juga boleh jadi Allah Swt.
telah memerintahkan Nabi Besar Muhammad saw. agar memperlihatkan mukjizat pembelahan bulan pada saat
ketika suatu benda langit mengambil
posisi di depan bulan demikian rupa
sehingga bulan nampak kepada
orang-orang yang menyaksikan sebagai terbelah
menjadi dua bagian.
Tetapi keterangan yang paling dapat diterima dan juga mengandung makna keruhanian yang sangat mendalam,
terletak pada kenyataan, bahwa bulan
adalah lambang kebangsaan orang Arab dan lambang kekuasaan politik mereka, seperti halnya matahari merupakan lambang kebangsaan orang-orang Parsi.
Tatkala Siti Shafiyah r.a., anak perempuan
Huyay ibn Akhthab, pemimpin orang-orang
Yahudi dari Khaibar menceritakan kepada ayahnya bahwa ia melihat mimpi bulan telah jatuh ke atas pangkuannya,
sang ayah menampar muka beliau seraya berkata bahwa “Rupanya engkau menginginkan menikah dengan pemimpin bangsa Arab.”
Sesudah Khaibar jatuh, impian Siti Shafiyah menjadi sempurna, ketika beliau
dipersunting oleh Nabi Besar Muhammad saw.. (Zurqani & Usud
al-Ghabbah).
Begitu pula Siti ‘Aisyah
r.a. . pernah melihat dalam mimpi bahwa tiga
buah bulan jatuh ke dalam kamar pribadi beliau, dan mimpi
itu telah menjadi kenyataan ketika di sana jasad Nabi Besar Muhammad saw., Abu
Bakar Shiddiq r.a., dan Umar bin Khaththab r.a. berturut-turut dikebumikan (Mu’aththa’, Kitab
al-Jana’iz). Makna simbolis bagi kata
qamar bulan) pada ayat ini mengandung arti, bahwa saat kehancuran kekuasaan politik mereka
-- yang karenanya orang-orang kafir telah diperingatkan
dalam QS.53:58 -- telah tiba.
Kata Saat dalam
hal ini mungkin mengisyaratkan kepada pertempuran
Badar, yang di dalam pertempuran
itu hampir semua kepala dan pemimpin kabilah Quraisy terbunuh dan
dasar kehancuran-mutlak kekuatan
mereka telah diletakkan. Dengan demikian ayat ini merupakan nubuatan hebat, yang telah menjadi genap dengan sangat ajaib kira-kira 8 atau 9 tahun sesudah nubuatan itu diumumkan.
Teristimewa pula, menurut beberapa penulis,
ungkapan bahasa Arab “insyaqqa al-qamaru,” berarti “urusan itu telah menjadi nampak kentara”.
Dalam arti ini ayat ini agaknya bermaksud, bahwa saat kehancuran kekuasaan kaum Quraisy telah tiba, dan kemudian akan
menjadi nampak nyata, bahwa Nabi
Besar Muhammad saw. adalah seorang
nabi Allah sejati.
Mustamir
dalam ayat
وَ اِنۡ یَّرَوۡا اٰیَۃً
یُّعۡرِضُوۡا وَ یَقُوۡلُوۡا سِحۡرٌ مُّسۡتَمِرٌّ -- berarti : (1) sepintas, selintas,
tidak kekal; (2) bersinambungan; (3) kuat, kokoh (Al-Aqrab-ul-Mawarid). Jadi,
kehancuran kekuatan politik
kaum Quraisy telah ditakdirkan oleh
Allah Swt. dan takdir Ilahi pasti terjadi.
Berbagai Mukjizat Eksternal
Al-Quran Lainnya
Sehubungan dengan berbagai mukjizat eksternal Al-Quran – termasuk mukjizat ”terbelahnya bulan” -- tersebut selanjutnya Masih Mau’ud a.s. bersabda:
“…Disamping itu ada banyak mukjizat
eksternal (luar) yang dikemukakan Al-Quran. Mukjizat seperti ini berfungsi sebagai hiasan bagi keindahan Kitab
ini. Memang benar bahwa sesuatu yang
indah tidak membutuhkan perhiasan
lain namun perhiasan demikian
sesungguhnya akan meningkatkan lagi harkat keindahannya.
Mukjizat-mukjizat
yang dikemukakan Al-Quran ada
beberapa macam. Salah satunya adalah dimana berkat doa Hadhrat Rasulullah Saw. maka Allah Swt. menzahirkan kekuatan-Nya yang dahsyat
di alam dengan membelah bulan
menjadi dua bagian.
Kedua, adalah perubahan yang
dizahirkan Allah Swt. di muka bumi berkat doa Hadhrat Rasulullah Saw. berupa bencana kelaparan yang berlangsung
selama 7 tahun dimana manusia sampai
terpaksa harus menumbuk tulang-tulang
tua untuk dimakan.
Ketiga, adalah perlindungan ajaib
yang diturunkan saat hijrah Hadhrat
Rasulullah Saw. sehingga beliau selamat
dari kejahatan orang-orang kafir.
Ketika golongan kafir Mekkah
memutuskan akan membunuh beliau maka
Allah Yang Maha Agung lalu memberitahukan rencana mereka dan memerintahkan beliau untuk hijrah dari Mekkah ke Medinah
berikut kabar gembira mengenai kemenangan saat nanti kembali.
Hari itu adalah hari Rabu dan
saatnya tengah hari dan cuaca sedang amat panas ketika Tuhan mengungkapkan hal cobaan
itu. Dalam situasi menegangkan
demikian sewaktu Hadhrat Rasulullah Saw. bersiap meninggalkan kota kelahiran
beliau dan musuh-musuh sudah mengepung rumah dengan tujuan membunuh beliau, seorang kerabat dekat yang mengasihi dan beriman
kepadanya, merebahkan dirinya di
tempat tidur beliau sambil menutupi
mukanya untuk mengecoh musuh agar beliau berkesempatan meloloskan diri.
Setelah orang-orang kafir ini
menyadari kelepasan beliau, mereka
lalu mengejar dengan tujuan membunuh beliau di perjalanan. Pada saat itu beliau hanya ditemani seorang sahabat yang setia. Namun Tuhan Yang telah
mengutus hamba yang setia dan sempurna tersebut ke dunia untuk membawa perubahan akbar, nyatanya tetap menemani beliau dalam perjalanan
yang berbahaya itu.
Guna memelihara dan menjaga hamba-Nya yang terkasih ini, Dia menggunakan beberapa cara yang disinggung secara
singkat di dalam Kitab Suci Al-Quran.
Salah satunya adalah bahwa tidak ada
dari musuh-musuh itu yang menyadari
kepergian beliau meskipun saat itu pagi
hari dan mereka itu telah mengepung
rumah beliau. Sebagaimana diungkapkan dalam Surah Ya Sin, Allah Swt. telah menutupi
mata orang-orang jahat itu sehingga beliau bisa menyelinap pergi tanpa diketahui.
Mukjizat luar biasa lainnya
yang dimanifestasikan Allah Swt untuk memelihara
Rasul-Nya yang suci adalah
ketika para musuh beliau tiba di
depan gua dimana Hadhrat Rasulullah
Saw. sedang bersembunyi bersama sahabatnya. Para musuh itu tidak bisa melihat beliau karena Allah Yang Maha Kuasa telah mengirim sepasang merpati yang merajut sarang mereka di mulut gua tersebut serta bertelur di situ pada malam sebelumnya,
ditambah lagi seekor laba-laba
dengan perintah Ilahi telah memasang jaringnya menutup lubang gua. Melihat hal itu para musuh
tersebut terkecoh dan kembali dengan
tangan hampa.
Mukjizat
lainnya adalah ketika seorang musuh berkendaraan
kuda yang mengejar Hadhrat Rasulullah Saw. dalam perjalanan ke Medinah dan
mencoba mendekati beliau, namun karena doa
beliau maka kaki kudanya terbenam ke
dalam pasir dan ia terjatuh. Ia
kemudian memohon ampun dan
meninggalkan beliau.
Begitu pula dengan mukjizat saat orang-orang kafir yang jengkel atas kegagalan mereka yang berulangkali, lalu maju bersama dalam rombongan besar guna menghadapi Hadhrat
Rasulullah Saw. dan menghancurkan umat
Muslim yang jumlahnya jauh lebih sedikit. Allah Yang Maha Agung telah menciptakan kekacauan di tengah mereka di padang
Badar dengan cara Hadhrat Rasulullah
Saw. melemparkan segenggam pasir dan
kerikil kepada para musuh dan dengan cara demikian telah mengalahkan mereka.
Dengan segenggam pasir dan kerikil itu oleh Allah Swt.. telah menjadikan para pimpinan musuh menjadi buta,
mengacaukan mereka serta menjadikan mereka seolah terpaku ke tanah dan jatuh mati di tempat-tempat yang telah disebutkan sebelumnya dalam nubuatan Hadhrat Rasulullah Saw..
Kitab Suci Al-Quran juga menyebut beberapa bantuan dan pertolongan
ajaib dari Allah Swt. bagi Hadhrat Rasulullah Saw. dimana Dia
telah mengangkat beliau yang semula
dalam keadaan miskin, yatim, seorang diri dan tanpa daya,
lalu dalam waktu singkat kurang dari
30 tahun telah menjadikan beliau berjaya
di atas suatu daerah dan menguasai kerajaan Rumawi, Syria, Mesir dan negeri-negeri
di antara sungai Tigris dan Euphrat.
Di samping itu beliau juga telah menebarkan kemenangan umat Islam sampai
ke sungai Oxus[1]. Hadhrat Rasulullah Saw. sudah menubuatkan sebelumnya penyebaran Islam di negeri-negeri tersebut. Dengan
mempertimbangkan bahwa pada awalnya umat
Muslim tidak memiliki sarana
sama sekali lalu melihat kemenangan-kemenangan
mereka yang demikian luar biasa, orang-orang terpelajar dan bijak bangsa Eropa mengakui bahwa sebelumnya dalam sejarah dunia
ini belum pernah ada kemajuan penaklukan
yang demikian cepatnya sebagaimana ditunjukkan umat Muslim dan kerajaan-kerajaan Islam. Rasanya jelas bahwa segala sesuatu yang tidak ada padanannya bisa dikatakan
sebagai suatu mukjizat.
Singkat kata, banyak lagi perubahan-perubahan
eksternal yang bersifat mukjizat
yang dikemukakan oleh Kitab Suci
Al-Quran. Setiap firman tersebut
menggambarkan bantuan dan pertolongan Ilahi.” (Surma Chasm Arya, Qadian,
1886; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. II,
hlm. 63-67, London, 1984).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran
Anyar, 14
Januari 2016
[1]
Sekarang bernama sungai Amu Darya yang hulunya ada di utara Afghanistan dan mengalir ke arah barat – barat laut membelah padang
pasir Kara Kum dan Kyzil Kum untuk bermuara di Laut Aral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar