Sabtu, 16 Januari 2016

Berbagai "Mukjizat" Eksternal Al-Quran Berkenaan Nabi Besar Muhammad Saw. Diantaranya Mukjizat "Terbelahnya Bulan"


Bismillaahirrahmaanirrahiim


KITAB SUCI AL-QURAN

Kitab Suci Al-Quran adalah kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak menyadarinya

“Setiap saat hatiku merindukan untuk mencium Kitab  Engkau dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan Kabahku”

 (Al-Masih-al-Mau’ud a.s.)


Berbagai Mukjizat Eksternal Al-Quran Berkenaan Nabi Besar Muhammad Saw. Diantaranya  Mukjizat   “Terbelahnya Bulan     


Bab 11


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya  Masih Mau’ud a.s. mengemukakan empat macam mukjizat Al-Quran, selanjutnya dengan penjelasan yang agak berbeda Masih Mau’ud a.s. menulis dalam buku beliau lainnya    mengenai mukjizat Internal dan eksternal Al-Quran:
      “Mukjizat dan tanda-tanda ajaib   Al-Quran terdiri dari 4 macam. Pertama adalah mukjizat yang berkaitan dengan intelek manusia; kedua, mukjizat yang berkaitan dengan pengetahuan; ketiga, mukjizat yang berkaitan dengan karunia keruhanian; dan keempat, mukjizat yang berkaitan dengan hal-hal yang luar biasa.
   Tiga mukjizat yang disebut pertama merupakan sifat-sifat yang inheren (melekat) dari Kitab Suci Al-Quran. Ketiganya bersifat sangat agung dan mudah dibuktikan, dan semuanya dapat disaksikan di setiap zaman sebagai kenyataan realitas. Adapun jenis yang keempat merupakan hal eksternal yang tidak inheren (melekat) di dalam Al-Quran. Salah satu mukjizat jenis keempat adalah yang berkaitan dengan peristiwa terbelahnya bulan.
     Keagungan dan keindahan Al-Quran diwujudkan dalam ketiga jenis mukjizat tersebut. Bahkan sesungguhnya tanda-tanda akbar firman Ilahi memang mengharuskan adanya ketiga jenis mukjizat itu di dalamnya. Di dalam Kitab Suci Al-Quran ketiga jenis mukjizat itu dapat ditemui secara lengkap dan sempurna serta  berulangkali dikemukakan Al-Quran sebagai bukti bahwa Kitab ini memang tanpa tanding dan tanpa banding seperti yang dinyatakan oleh firman:
قُلۡ لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ 
Katakanlah: “Seandainya manusia dan jin berhimpun bersama-sama untuk mendatangkan yang sama seperti Al-Quran ini, tidaklah mereka akan sanggup mendatangkan yang sama seperti ini” (Bani Israil [17]:89).
Di tempat lain disampaikan:
مَا فَرَّطۡنَا فِی الۡکِتٰبِ مِنۡ شَیۡءٍ
Sekali-kali tidak ada sesuatu yang Kami alpakan dalam Kitab ini  (Al-An’ām [6]:39).
Begitu juga difirmankan:
رَسُوۡلٌ مِّنَ اللّٰہِ یَتۡلُوۡا صُحُفًا مُّطَہَّرَۃً  ۙ﴿﴾   فِیۡہَا کُتُبٌ قَیِّمَۃٌ ؕ﴿﴾
Seorang rasul dari Allah yang membacakan kepada mereka lembaran-lembaran suci, yang di dalamnya terkandung perintah-perintah kekal abadi  (Al-Bayyinah [98]:3-4).
Di tempat lainnya lagi:
لَوۡ اَنۡزَلۡنَا ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ عَلٰی جَبَلٍ لَّرَاَیۡتَہٗ  خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنۡ خَشۡیَۃِ اللّٰہِ ؕ وَ تِلۡکَ الۡاَمۡثَالُ نَضۡرِبُہَا لِلنَّاسِ لَعَلَّہُمۡ یَتَفَکَّرُوۡنَ﴿﴾
Sekiranya Kami menurunkan Al-Quran ini kepada gunung, niscaya engkau akan melihat gunung itu merendahkan diri dan pecah berantakan karena takut kepada Allah. Dan inilah tamsil-tamsil yang Kami kemukakan untuk manusia supaya mereka dapat berfikir (Al-Hasyr [59]:22)…..” (Surma Chasm Arya, Qadian, 1886; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. II, hlm.  60-62, London, 1984).


Mukjizat Eksternal  Al-Quran  “Terbelahnya Bulan
      
       Selanjutnya Masih Mau’ud a.s. menjelaskan mengenai mukjizat eksternal Al-Quran, antara lain terjadinya peristiwa “terbelahnya bulan”, yang walau pun banyak orang banyak yang meragukan kebenarannya tetapi Allah Swt. telah menubuatkan peristiwa tersebut dalam Al-Quran, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿۱﴾ اِقۡتَرَبَتِ السَّاعَۃُ  وَ انۡشَقَّ  الۡقَمَرُ ﴿﴾  وَ اِنۡ یَّرَوۡا اٰیَۃً  یُّعۡرِضُوۡا وَ یَقُوۡلُوۡا سِحۡرٌ مُّسۡتَمِرٌّ ﴿﴾  وَ کَذَّبُوۡا وَ اتَّبَعُوۡۤا اَہۡوَآءَہُمۡ وَ کُلُّ اَمۡرٍ مُّسۡتَقِرٌّ ﴿﴾  وَ لَقَدۡ جَآءَہُمۡ  مِّنَ الۡاَنۡۢبَآءِ مَا فِیۡہِ مُزۡدَجَرٌ ۙ﴿﴾  حِکۡمَۃٌۢ  بَالِغَۃٌ  فَمَا تُغۡنِ النُّذُرُ ۙ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.  Telah dekat  Saat itu dan bulan terbelah.  Dan jika mereka melihat suatu Tanda, mereka berpaling dan berkata, “Sihir yang selalu berulang.”  Dan mereka mendustakan kebenaran dan mengikuti hawa nafsu mereka dan setiap perkara ada kete-tapan waktunya.   Dan sungguh benar-benar telah datang kepada mereka berita-berita yang di dalamnya ada peringatan,  hikmah yang sempurna, tetapi  para pemberi peringatan itu sekali-kali tidak berfaedah bagi mereka. (Al-Qamar [54]:1-6).
  Peristiwa “bulan terbelah” menjadi dua yang dapat disaksikan oleh mata telanjang  —  baik telah menyalahi hukum alam fisika ataupun tidak — sukar di sangkal, sedang peristiwa itu nampaknya kekurangan bukti-bukti sejarah yang meyakinkan. Pada pihak lain, tidak ada seorang pun dapat memberanikan diri mengakui telah menyelami semua rahasia Allah atau sepenuhnya mengerti atau memahami semua rahasia alam
 Adalah mustahil bahwa peristiwa yang meliputi bagian besar wilayah bumi serupa itu masih tetap tidak dimaklumi kalangan peneropong-peneropong bintang (para ahli observatori) di dunia ini, atau sama sekali tidak tercatat di dalam buku-buku sejarah. Tetapi  karena peristiwa itu sungguh tercantum di dalam kitab-kitab hadits yang sangat terpercaya, seperti Bukhari dan Muslim, dan sebab dituturkan secara berkesinambungan dalam riwayat-riwayat yang sumbernya dapat dipercaya, pula diriwayatkan oleh sahabat Nabi Besar Muhammad saw.  yang cendekia seperti Ibn Mas’ud r.a., peristiwa itu sungguh-sungguh menunjukkan bahwa gejala alam yang luar biasa pentingnya itu niscaya telah terjadi di masa Nabi Besar Muhammad saw..
 Beberapa ahli tafsir Al-Quran – di antaranya Razi – telah berusaha menguraikan masalah pelik itu dengan menyatakan bahwa peristiwa itu adalah gerhana bulan. Imam Ghazali dan Syah Waliullah juga berpegang pada pendapat babwa pada hakikatnya bulan tidak terbelah, melainkan Allah Swt.  telah mengatur demikian rupa sehingga bulan nampak kepada orang-orang yang menyaksikannya sebagai sungguh-sungguh terbelah.
Menurut Ibn ‘Abbas dan Syah ‘Abdul ‘Aziz, peristiwa itu semacam gerhana bulan. Tetapi bagaimana pun bila kita mengingat akan kuatnya bobot bahasa yang dipergunakan Al-Quran berkenaan dengan peristiwa itu nampaknya lebih daripada gerhana bulan biasa. Peristiwa itu sungguh-sungguh merupakan mukjizat besar yang ditampakkan oleh Nabi Besar Muhammad saw.  atas desakan orang-orang kafir (Bukhari dan Muslim).
 Nampaknya peristiwa itu merupakan suatu kasyaf Nabi Besar Muhammad saw.  – tidak ubah halnya seperti peristiwa tongkat Nabi Musa a.s.   berubah menjadi ular pun adalah suatu kasyaf (rukya) yang para ahli sihir dibuat ikut serta di dalamnya.  Atau, boleh jadi seperti halnya pemukulan air laut yang dilakukan  oleh Nabi Musa a.s.  dengan tongkat beliau, bertepatan dengan saat pasang surut, dan dengan demikian merupakan suatu mukjizat
Demikian juga  boleh jadi Allah Swt. telah memerintahkan Nabi Besar Muhammad saw.  agar memperlihatkan mukjizat pembelahan bulan pada saat ketika suatu benda langit mengambil posisi di depan bulan demikian rupa sehingga bulan nampak kepada orang-orang yang menyaksikan sebagai terbelah menjadi dua bagian.
Tetapi keterangan yang paling dapat diterima dan juga mengandung makna keruhanian yang sangat mendalam, terletak pada kenyataan, bahwa bulan adalah lambang kebangsaan orang Arab dan lambang kekuasaan politik mereka, seperti halnya matahari merupakan lambang kebangsaan orang-orang Parsi.
   Tatkala Siti Shafiyah r.a., anak perempuan Huyay ibn Akhthab, pemimpin orang-orang Yahudi dari Khaibar menceritakan kepada ayahnya bahwa ia melihat mimpi bulan telah jatuh ke atas pangkuannya, sang ayah menampar muka beliau seraya berkata bahwa “Rupanya engkau menginginkan menikah dengan pemimpin bangsa Arab.” Sesudah Khaibar jatuh, impian Siti Shafiyah menjadi sempurna, ketika beliau dipersunting oleh Nabi Besar Muhammad saw.. (Zurqani & Usud al-Ghabbah).
   Begitu pula Siti ‘Aisyah r.a. . pernah melihat dalam mimpi  bahwa tiga buah bulan jatuh ke dalam kamar pribadi beliau, dan  mimpi itu telah menjadi kenyataan ketika di sana jasad Nabi Besar Muhammad saw., Abu Bakar Shiddiq r.a., dan Umar bin Khaththab r.a.  berturut-turut dikebumikan (Mu’aththa, Kitab al-Jana’iz). Makna simbolis bagi kata qamar bulan) pada ayat ini mengandung arti, bahwa saat kehancuran kekuasaan politik mereka --  yang karenanya orang-orang kafir telah diperingatkan dalam QS.53:58  -- telah tiba.
   Kata Saat dalam hal ini mungkin mengisyaratkan kepada pertempuran Badar, yang di dalam pertempuran itu hampir semua kepala dan pemimpin kabilah Quraisy terbunuh dan dasar kehancuran-mutlak kekuatan mereka telah diletakkan. Dengan demikian ayat ini merupakan nubuatan hebat, yang telah menjadi genap dengan sangat ajaib  kira-kira 8 atau 9 tahun sesudah nubuatan itu diumumkan.
    Teristimewa pula, menurut beberapa penulis, ungkapan bahasa Arab “insyaqqa al-qamaru,” berarti  “urusan itu telah menjadi nampak kentara”. Dalam arti ini ayat ini agaknya bermaksud, bahwa saat kehancuran kekuasaan kaum Quraisy telah tiba, dan kemudian akan menjadi nampak nyata, bahwa Nabi Besar Muhammad saw. adalah  seorang nabi Allah sejati.  
    Mustamir  dalam ayat  وَ اِنۡ یَّرَوۡا اٰیَۃً  یُّعۡرِضُوۡا وَ یَقُوۡلُوۡا سِحۡرٌ مُّسۡتَمِرٌّ -- berarti : (1) sepintas, selintas, tidak kekal; (2) bersinambungan; (3) kuat, kokoh (Al-Aqrab-ul-Mawarid). Jadi,  kehancuran kekuatan politik kaum Quraisy telah ditakdirkan oleh Allah Swt.  dan takdir Ilahi pasti terjadi.

Berbagai Mukjizat Eksternal Al-Quran Lainnya

    Sehubungan dengan berbagai mukjizat eksternal  Al-Quran – termasuk  mukjizat ”terbelahnya bulan”   -- tersebut selanjutnya Masih Mau’ud a.s. bersabda:
      “…Disamping itu ada banyak mukjizat eksternal (luar) yang dikemukakan Al-Quran. Mukjizat seperti ini berfungsi sebagai hiasan bagi keindahan Kitab ini. Memang benar bahwa sesuatu yang indah tidak membutuhkan perhiasan lain namun perhiasan demikian sesungguhnya akan meningkatkan lagi harkat keindahannya.
     Mukjizat-mukjizat yang dikemukakan Al-Quran ada beberapa macam. Salah satunya adalah dimana berkat doa Hadhrat Rasulullah Saw. maka Allah Swt.  menzahirkan kekuatan-Nya yang dahsyat di alam dengan membelah bulan menjadi dua bagian.
     Kedua, adalah perubahan yang dizahirkan Allah Swt.  di muka bumi berkat doa Hadhrat Rasulullah Saw. berupa bencana kelaparan yang berlangsung selama 7 tahun dimana manusia sampai terpaksa harus menumbuk tulang-tulang tua untuk dimakan.  
   Ketiga, adalah perlindungan ajaib yang diturunkan saat hijrah Hadhrat Rasulullah Saw. sehingga beliau selamat dari kejahatan orang-orang kafir. Ketika golongan kafir Mekkah memutuskan akan membunuh beliau maka Allah Yang Maha Agung lalu memberitahukan rencana mereka dan memerintahkan beliau untuk hijrah dari Mekkah ke Medinah berikut kabar gembira mengenai kemenangan saat nanti kembali.
   Hari itu adalah hari Rabu dan saatnya tengah hari dan cuaca sedang amat panas ketika Tuhan mengungkapkan hal cobaan itu. Dalam situasi menegangkan demikian sewaktu Hadhrat Rasulullah Saw. bersiap meninggalkan kota kelahiran beliau dan musuh-musuh sudah mengepung rumah dengan tujuan membunuh beliau, seorang kerabat dekat yang mengasihi dan beriman kepadanya, merebahkan dirinya di tempat tidur beliau sambil menutupi mukanya untuk mengecoh musuh agar beliau berkesempatan meloloskan diri.
   Setelah orang-orang kafir ini menyadari kelepasan beliau, mereka lalu mengejar dengan tujuan membunuh beliau di perjalanan. Pada saat itu beliau hanya ditemani seorang sahabat yang setia. Namun Tuhan Yang telah mengutus hamba yang setia dan sempurna tersebut  ke dunia untuk membawa perubahan akbar, nyatanya tetap menemani beliau dalam perjalanan yang berbahaya itu.
  Guna memelihara dan menjaga hamba-Nya yang terkasih ini, Dia menggunakan beberapa cara yang disinggung secara singkat di dalam Kitab Suci Al-Quran. Salah satunya adalah bahwa tidak ada dari musuh-musuh itu yang menyadari kepergian beliau meskipun saat itu pagi hari dan mereka itu telah mengepung rumah beliau. Sebagaimana diungkapkan dalam Surah Ya Sin, Allah Swt. telah menutupi mata orang-orang jahat itu sehingga beliau bisa menyelinap pergi tanpa diketahui.
   Mukjizat luar biasa lainnya yang dimanifestasikan Allah Swt  untuk memelihara Rasul-Nya yang suci adalah ketika para musuh beliau tiba di depan  gua dimana Hadhrat Rasulullah Saw. sedang bersembunyi bersama sahabatnya. Para musuh itu tidak bisa melihat beliau karena Allah Yang Maha Kuasa telah mengirim sepasang merpati yang merajut sarang mereka di mulut gua tersebut serta bertelur di situ pada malam sebelumnya, ditambah lagi seekor laba-laba dengan perintah Ilahi telah memasang jaringnya menutup lubang gua. Melihat hal itu para musuh tersebut terkecoh dan kembali dengan tangan hampa.
    Mukjizat lainnya adalah ketika seorang musuh berkendaraan kuda yang mengejar Hadhrat Rasulullah Saw. dalam perjalanan ke Medinah dan mencoba mendekati beliau, namun karena doa beliau maka kaki kudanya terbenam ke dalam pasir dan ia terjatuh. Ia kemudian memohon ampun dan meninggalkan beliau.
    Begitu pula dengan mukjizat saat orang-orang kafir yang jengkel atas kegagalan mereka yang berulangkali, lalu maju bersama dalam rombongan besar guna menghadapi Hadhrat Rasulullah Saw. dan menghancurkan umat Muslim yang jumlahnya jauh lebih sedikit. Allah Yang Maha Agung telah menciptakan kekacauan di tengah mereka di padang Badar dengan cara  Hadhrat Rasulullah Saw. melemparkan segenggam pasir dan kerikil kepada para musuh dan dengan cara demikian telah mengalahkan mereka.
      Dengan segenggam pasir dan kerikil itu oleh Allah Swt.. telah menjadikan para pimpinan musuh menjadi buta, mengacaukan mereka serta menjadikan mereka seolah terpaku ke tanah dan jatuh mati di tempat-tempat yang telah disebutkan sebelumnya dalam nubuatan Hadhrat Rasulullah Saw..
     Kitab Suci Al-Quran juga menyebut beberapa bantuan dan pertolongan ajaib dari Allah Swt.  bagi Hadhrat Rasulullah Saw. dimana Dia telah mengangkat beliau yang semula dalam keadaan miskin, yatim, seorang diri dan tanpa daya, lalu dalam waktu singkat kurang dari 30 tahun telah menjadikan beliau berjaya di atas suatu daerah dan menguasai kerajaan Rumawi, Syria, Mesir dan negeri-negeri di antara sungai Tigris dan Euphrat.
     Di samping itu beliau juga telah menebarkan kemenangan umat Islam sampai ke sungai Oxus[1]. Hadhrat Rasulullah Saw. sudah menubuatkan sebelumnya penyebaran Islam di negeri-negeri tersebut. Dengan mempertimbangkan bahwa pada awalnya umat Muslim tidak memiliki sarana sama sekali lalu melihat kemenangan-kemenangan mereka yang demikian luar biasa, orang-orang terpelajar dan bijak bangsa Eropa  mengakui bahwa sebelumnya dalam sejarah dunia ini belum pernah ada kemajuan penaklukan yang demikian cepatnya sebagaimana ditunjukkan umat Muslim dan kerajaan-kerajaan Islam.   Rasanya jelas bahwa segala sesuatu yang tidak ada padanannya bisa dikatakan sebagai suatu mukjizat.
   Singkat kata, banyak lagi perubahan-perubahan eksternal yang bersifat mukjizat yang dikemukakan oleh Kitab Suci Al-Quran. Setiap firman tersebut menggambarkan bantuan dan pertolongan Ilahi.” (Surma Chasm Arya, Qadian, 1886; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. II, hlm.  63-67, London, 1984).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran Anyar,   14 Januari 2016




[1] Sekarang bernama sungai Amu Darya yang hulunya ada di utara Afghanistan dan mengalir  ke arah barat – barat laut membelah padang pasir Kara Kum dan Kyzil Kum untuk bermuara di Laut Aral. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar