Minggu, 24 Januari 2016

Makna "Sempitnya Pintu Surga" & Tanda Calon "Penghuni Surga" Yaitu "Berhati Surgawi"



Bismillaahirrahmaanirrahiim


KITAB SUCI AL-QURAN

Kitab Suci Al-Quran adalah kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak menyadarinya

“Setiap saat hatiku merindukan untuk mencium Kitab  Engkau dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan Kabahku”

 (Al-Masih-al-Mau’ud a.s.)


Makna “Sempitnya Pintu Surga” & Tanda Calon Penguni Surga Yaitu "Berhati Surgawi" 

Bab 17


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


D

alam bagian akhir Bab sebelumnya  telah dijelaskan mengenai  pentingnya  mewaspadai    berbagai bentuk  ajaran  dan ajakan  dari pihak-pihak yang  menyederhanakan cara menjadi penghuni surga” dengan cara-cara yang merugikan pihak-pihak lain,  yang tidak diajarkan oleh Al-Quran dan Sunnah Nabi Besar Muhammad saw..

      Mengapa demikian? Sebab  dalam kenyataannya  pintu surga  itu benar-benar sangat sempit  bagi orang-orang yang dalam beragamanya  bukannya  benar-benar  menyembah  Allah Swt. (Tauhid Ilahi) melainkan “menyembah hawa-nafsunya” (QS.25:47-45; QS.45:23-27) yang  didasari   menginginkan keuntungan dan kekuasaan duniawi belaka, firman-Nya:

اِنَّ الَّذِیۡنَ  کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَا لَا تُفَتَّحُ لَہُمۡ  اَبۡوَابُ السَّمَآءِ  وَ لَا یَدۡخُلُوۡنَ الۡجَنَّۃَ حَتّٰی یَلِجَ الۡجَمَلُ فِیۡ سَمِّ الۡخِیَاطِ ؕ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾  لَہُمۡ مِّنۡ جَہَنَّمَ مِہَادٌ  وَّ مِنۡ فَوۡقِہِمۡ غَوَاشٍ ؕ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾

Sesungguhnya  orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat (Tanda-tanda) Kami dan dengan  takabur berpaling darinya,  tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit ruhani dan tidak pula mereka akan masuk surga  hingga unta masuk ke lubang jarum,  dan demikianlah Kami membalas  orang-orang  yang  berdosa. Bagi mereka ada hamparan   Jahannam sedangkan di atas mereka ada selimut Jahannam, dan demikianlah Kami membalas orang-orang yang zalim (Al-A’rāf [7]:41-42).

     Jamal (unta) juga dapat diartikan seutas tali, sebab tali mempunyai persamaan lebih dekat dengan benang yang dimasukkan ke dalam lobang jarum. Adalah mustahil bagi para pengingkar Tanda-tanda Ilahi  yang mendukung kebenaran pendakwan Rasul Allah akan masuk surga.



Pintu Surga Sangat Sempit Bagi Orang-orang yang  Gemuk “Hawa-nafsunya”



      Mengenai “sempitnya pintu surga” tersebut  digambarkan dalam firman Allah Swt. berikut ini:

اَمۡ حَسِبۡتُمۡ  اَنۡ تَدۡخُلُوا الۡجَنَّۃَ وَ لَمَّا یَاۡتِکُمۡ مَّثَلُ الَّذِیۡنَ خَلَوۡا مِنۡ قَبۡلِکُمۡ ؕ مَسَّتۡہُمُ الۡبَاۡسَآءُ  وَ الضَّرَّآءُ وَ زُلۡزِلُوۡا حَتّٰی یَقُوۡلَ الرَّسُوۡلُ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ مَتٰی نَصۡرُ  اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ نَصۡرَ اللّٰہِ  قَرِیۡبٌ ﴿﴾

Ataukah  kamu menganggap bahwa kamu akan masuk surga padahal belum datang kepada kamu seperti keadaan orang-orang yang telah berlalu sebelummu? مَسَّتۡہُمُ الۡبَاۡسَآءُ  وَ الضَّرَّآءُ وَ زُلۡزِلُوۡا  --    Kesusahan dan kesengsaraan menimpa mereka dan mereka digoncang dengan hebat,  حَتّٰی یَقُوۡلَ الرَّسُوۡلُ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ --  sehingga  rasul dan orang-orang yang beriman besertanya akan berkata: مَتٰی نَصۡرُ  اللّٰہِ  -- “Kapankah pertolongan Allah?” Ketahuilah, sesungguhnya pertolongan Allah   dekat. (Al-Baqarah [2]:215). Lihat pula 3:143-149; QS.9:16.

   Penerimaan ajaran Islam bukan sesuatu yang mudah,  dan dalam ayat ini orang-orang Islam diperingatkan bahwa mereka akan terpaksa melalui cobaan, ujian, dan kesengsaraan yang berat sebelum mereka dapat berharap mencapai cita-cita agung mereka sebagai “umat terbaik” yang dijadikan untuk kemanfaatan seluruh umat manusia (QS.2:144; QS.3:111), sebagaimana halnya Nabi Besar Muhammad saw. merupakan “rahmat bagi seluruh alam (QS.21:108).

   Teriakan penuh kerawanan minta pertolongan dalam kata-kata: مَتٰی نَصۡرُ  اللّٰہِ  -- “Kapankah pertolongan Allah? Tidak berarti keputus-asaan  sebab sikap putus-asa di pihak seorang nabi Allah dan para pengikutnya adalah sesuatu yang tidak masuk akal, karena tidak sesuai dengan iman sejati (QS.12:88). Kata-kata itu sesungguhnya merupakan doa — satu cara memohon kepada Allah Swt.  dengan sungguh-sungguh agar cepat-cepat menurunkan pertolongan-Nya.

 Mengisyaratkan kepada “sempitnya pintu surga itu pulalah firman Allah Swt. berikut ini:

 یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اسۡتَعِیۡنُوۡا بِالصَّبۡرِ وَ الصَّلٰوۃِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ مَعَ الصّٰبِرِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَا تَقُوۡلُوۡا لِمَنۡ یُّقۡتَلُ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ اَمۡوَاتٌ ؕ بَلۡ اَحۡیَآءٌ وَّ لٰکِنۡ لَّا تَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَنَبۡلُوَنَّکُمۡ بِشَیۡءٍ مِّنَ الۡخَوۡفِ وَ الۡجُوۡعِ وَ نَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَ الۡاَنۡفُسِ وَ الثَّمَرٰتِ ؕ وَ بَشِّرِ الصّٰبِرِیۡنَ ﴿﴾ۙ   الَّذِیۡنَ اِذَاۤ  اَصَابَتۡہُمۡ مُّصِیۡبَۃٌ  ۙ قَالُوۡۤا اِنَّا لِلّٰہِ وَ  اِنَّاۤ اِلَیۡہِ رٰجِعُوۡنَ ﴿﴾ؕ اُولٰٓئِکَ عَلَیۡہِمۡ صَلَوٰتٌ مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رَحۡمَۃٌ ۟ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾

Hai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan dengan sabar  dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.  وَ لَا تَقُوۡلُوۡا لِمَنۡ یُّقۡتَلُ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ اَمۡوَاتٌ -- Dan  janganlah kamu mengatakan mengenai orang-orang yang terbunuh di jalan Allah bahwa  mereka itu mati,  بَلۡ اَحۡیَآءٌ وَّ لٰکِنۡ لَّا تَشۡعُرُوۡنَ --  tidak bahkan mereka hidup, tetapi kamu tidak menyadari.  وَ لَنَبۡلُوَنَّکُمۡ بِشَیۡءٍ مِّنَ الۡخَوۡفِ وَ الۡجُوۡعِ وَ نَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَ الۡاَنۡفُسِ وَ الثَّمَرٰتِ ؕ وَ بَشِّرِ الصّٰبِرِیۡنَ --   Dan  Kami niscaya  akan  menguji kamu dengan sesuatu berupa ketakutan, kelaparan,  kekurangan dalam harta,  jiwa dan buah-buahan, dan berilah kabar gembira kepada  orang-orang yang sabar.  الَّذِیۡنَ اِذَاۤ  اَصَابَتۡہُمۡ مُّصِیۡبَۃٌ  ۙ قَالُوۡۤا اِنَّا لِلّٰہِ وَ  اِنَّاۤ اِلَیۡہِ رٰجِعُوۡنَ --  Yaitu orang-orang yang  apabila  suatu musibah menimpa mereka, mereka berkata:  ”Sesungguhnya kami  milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kami  kembali.”  اُولٰٓئِکَ عَلَیۡہِمۡ صَلَوٰتٌ مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رَحۡمَۃٌ ۟ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُہۡتَدُوۡنَ  -- Mereka itulah  orang-orang yang dilimpahi berkat-berkat dan rahmat dari Rabb (Tuhan) mereka dan mereka inilah  yang mendapat petunjuk. (Al-Baqarah [2]:154-158).



Penolakan Keras Yesus  Terhadap Orang-orang yang “Mempertuhankan” Beliau



Allah Swt. berfirman mengenai pemenuhan janji-janji-Nya kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh atau orang-orang yang bertakwa seperti itu:

وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَا نُکَلِّفُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَہَاۤ ۫ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ  الۡجَنَّۃِ ۚ ہُمۡ   فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾ وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلٍّ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ الۡاَنۡہٰرُ ۚ وَ قَالُوا الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ ہَدٰىنَا لِہٰذَا ۟ وَ مَا کُنَّا لِنَہۡتَدِیَ لَوۡ لَاۤ  اَنۡ ہَدٰىنَا اللّٰہُ ۚ لَقَدۡ جَآءَتۡ رُسُلُ رَبِّنَا بِالۡحَقِّ ؕ وَ نُوۡدُوۡۤا اَنۡ تِلۡکُمُ الۡجَنَّۃُ  اُوۡرِثۡتُمُوۡہَا بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾

Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh لَا نُکَلِّفُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَہَاۤ   -- Kami tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya,  mereka inilah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلٍّ  --  Dan Kami mencabut segala dendam  yang ada di dalam dada mereka.  تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ الۡاَنۡہٰرُ  --  di bawah mereka  mengalir sungai-sungai,  وَ قَالُوا الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ ہَدٰىنَا لِہٰذَا --  dan mereka berkata:   Segala puji bagi Allah Yang telah menunjuki kami kepada surga ini,  وَ مَا کُنَّا لِنَہۡتَدِیَ لَوۡ لَاۤ  اَنۡ ہَدٰىنَا اللّٰہُ -- dan kami  sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk seandainya  Allah tidak memberi kami petunjuk.  لَقَدۡ جَآءَتۡ رُسُلُ رَبِّنَا بِالۡحَقِّ ؕ    -- Sungguh benar-benar  telah datang rasul-rasul Rabb (Tuhan) kami dengan haq.”  وَ نُوۡدُوۡۤا اَنۡ تِلۡکُمُ الۡجَنَّۃُ  اُوۡرِثۡتُمُوۡہَا بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ -- Dan akan diserukan kepada mereka: “Inilah surga yang diwariskan kepada kamu sebagai ganjaran atas apa yang senantiasa kamu kerjakan.” (Al-A’rāf [7]:43-44).

 Anak kalimat sisipan لَا نُکَلِّفُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَہَاۤ --  Kami tidak membebani sesuatu jiwa di luar kemampuannya, bertolak belakang dengan paham agama Kristen  mengenai “penebusan dosa” yang menyatakan bahwa dosa itu terpendam dalam fitrat manusia maka upaya menghilangkan dosa itu berada di luar jangkauan kekuasaan manusia, sehingga memerlukan penebusan dengan “kematian  terkutuk  Yesus (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) di atas salib.

Dalam  Injil Matius 19:16-24 Yesus (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. a.s.) berkomentar mengenai seorang pemuda yang kaya yang ingin mengikuti Yesus tetapi ia  enggan mengorbankan harta kekayaannya, padahal telah melakukan perbuatan-perbuatan baik  lainnya  yang disebutkan Yesus:

Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."  (Matius 19:24). 

   Masih tentang cara masuk “surga” yang benar Yesus menjelaskan sekaligus memperingatkan mereka yang “menyederhanakan” cara  masuk “surga”  yang bertentangan dengan ajaran yang ditetapkan Allah Swt. dan para  Rasul-Nya, terutama Nabi Besar Muhammad saw.:

Bukan setiap orang yang berseru kepadaku: Tuhan-tuhan! Akan masuk ke dalam  kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang yang berseru  kepadaku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namamu, dan mengusir setan demi namamu, dan mengadakan banyak mukjizat demi namamu juga? Pada waktu itulah aku akan berterus-terang kepada mereka  dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Matius 7:21-23).

    Makna ucapan Yesus:  “…melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-ku yang di surga” adalah orang-orang yang mengamalkan hukum-hukum syariat karena hukum-hukum syariat itu merupakan kehendak Allah Swt., yang pengamalannya dicontohkan oleh  para Rasul Allah, terutama Nabi Besar Muhammad saw.  sebagai suri teladan terbaik (QS.3:32; QS.33:22) bagi umat manusia  yang menginginkan mendapat kecintaan Allah Swt. di dunia ini mau pun di akhirat, yang disebut  kehidupan surgawi” (QS.89:218-31).



Kehidupan Surgawi” di Dunia yang Dialami Orang-orang yang Bertakwa



 Jadi, berdasarkan Surah Al-A’rāf 43-44 tersebut bahwa pada hakikatnya kehidupan surgawi dimulai sejak dari dunia ini juga  (QS.55:47), dan seseorang dikatakan sedang menikmati kehidupan surgawi apabila hatinya bebas dari rasa permusuhan, irihati, dendam-kesumat, dan kegelisahan mental.

Siapa pun mustahil   akan menjadi  provokator mau pun  menjadi teroris   jika hati dan otak  seseorang  tidak diliputi oleh rasa permusuhan, irihati, dendam-kesumat,  kegelisahan mental  serta keburukan-keburukan lainnya, baik akibat keliru memahami masalah agama atau pun akibat  tindakan   cuci otak” dari para provokator.

   Jika keadaan hati (jiwa) mereka penuh  dengan  berbagai  keburukan tersebut, lalu bagaimana kemudian akan dapat menjadi “penghuni surga”, karena  dalam ayat  Al-A’rāf [7]:43-44 sebelumnya digambarkan bahwa para penghuni surga itu adalah orang-orang hatinya (jiwanya) bebas   hal-hal buruk seperti itu: وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلٍّ  --  Dan Kami  mencabut segala dendam  yang ada di dalam dada mereka.  تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ الۡاَنۡہٰرُ  --  di bawah mereka  mengalir sungai-sungai,  وَ قَالُوا الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ ہَدٰىنَا لِہٰذَا --  dan mereka berkata:   Segala puji bagi Allah Yang telah menunjuki kami kepada surga ini,  وَ مَا کُنَّا لِنَہۡتَدِیَ لَوۡ لَاۤ  اَنۡ ہَدٰىنَا اللّٰہُ -- dan kami  sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk seandainya  Allah tidak memberi kami petunjuk.”  

 Dengan demikian jelaslah, bahwa betapa pentingnya bagi   orang-orang Islam  benar-benar   memahami makna keimanan yang  hakiki tentang Rukun Iman  dan bentuk pengamalannya berupa  Rukun Islam,  karena dengan demikian pasti Allah Swt. akan memenuhi  janji-janji-Nya kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh  yakni   orang-orang yang bertakwa, firman-Nya:

وَ بَشِّرِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ  کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾

Dan berilah kabar gembira  orang-orang yang beriman dan beramal shaleh bahwa sesungguhnya  untuk mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا --  Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rezeki, قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ --  mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya”, وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا --  akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya, وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ  -- dan bagi mereka di dalamnya ada  jodoh-jodoh yang suci, dan mereka akan kekal di dalamnya  (Al-Baqarah [2]:26).



Makna Para Penghuni Surga Akan Mendapatkan Segala yang Mereka Inginkan



    Makna ayat  بِہٖ مُتَشَابِہًا وَ اُتُوۡا --  “akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya  berarti pula bahwa makanan ruhani orang-orang beriman dan beramal shaleh di surga akan sesuai dengan selera tiap-tiap orang dan taraf kemajuan serta tingkat perkembangan ruhaninya masing-masing, yang  dalam Surah lainnya  digambarkan:  وَ لَکُمۡ فِیۡہَا مَا تَشۡتَہِیۡۤ اَنۡفُسُکُمۡ وَ لَکُمۡ فِیۡہَا مَا تَدَّعُوۡ  -- “bagi kamu di dalamnya apa yang diinginkan diri kamu dan bagi kamu di dalamnya apa yang kamu minta, نُزُلًا  مِّنۡ غَفُوۡرٍ  رَّحِیۡمٍ -- sebagai hidangan dari Tuhan Yang Maha Pengampun dan Penyayang” (QS.41:32-33), lihat pula  QS.25:16-17.

      Kata-kata وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ  --  dan mereka akan kekal di dalamnya” berarti bahwa orang-orang beriman dan beramal shaleh dalam surga tidak akan pernah mengalami sesuatu perubahan atau kemunduran, melainkan akan mengalami kemajuan yang terus menerus melalui berbagai tingkatan “kehidupan surgawi” yang lebih sempurna lagi  keadaannya (QS.66:9).

       Mengapa  demikian? Sebab orang akan mati hanya jika ia tidak dapat menyerap zat makanan atau bila orang lain membunuhnya. Tetapi  karena makanan surgawi akan benar-benar cocok untuk setiap orang,  dan karena orang-orang di sana akan mempunyai kawan-kawan yang suci dan suka damai (QS.7:44; QS.15:46-51) maka kematian dan kemunduran dengan sendirinya akan lenyap.

      Kemudian mengenai ayat  وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ  -- “dan bagi mereka di dalamnya ada  jodoh-jodoh yang suci, dan mereka akan kekal di dalamnya” bahwa orang-orang beriman  dan beramal shaleh juga akan  mempunyai jodoh-jodoh (pasangan) suci di surga. Istri yang baik adalah  sumber kegembiraan dan kesenangan, firman-Nya:

وَ الَّذِیۡنَ یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا ہَبۡ لَنَا مِنۡ اَزۡوَاجِنَا وَ ذُرِّیّٰتِنَا قُرَّۃَ اَعۡیُنٍ وَّ اجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِیۡنَ اِمَامًا ﴿﴾

Dan orang-orang yang mengatakan: “Ya Rabb (Tuhan) kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami menjadi penyejuk mata kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Furqān [25]:75).

      Orang-orang beriman  berusaha mendapatkan istri yang baik di dunia ini dan mereka akan mempunyai jodoh-jodoh baik dan suci di akhirat. Meskipun demikian  -- sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya -- kesenangan di surga tidak bersifat kebendaan (QS.32:18).

      Jadi, itulah  makna firman Allah Swt. mengenai perumpamaan surga dalam QS.2:26. Untuk penjelasan lebih lanjut tentang sifat dan hakikat nikmat-nikmat surga, lihat pula Surah Al-Thūr, Al-Rahmān, dan Al-Wāqi’ah.



Lemah Bagaikan Nyamuk



      Allah Swt. menyatakan, bahwa pada hakikatnya berbagai macam perumpamaan mengenai keadaan surga -- dan berbagai fasilitas kenikmatan  tak terhingga yang terdapat di dalamnya -- sangat tidak memadai  untuk menggambarkannya, karena pada kenyataannya berada di luar daya nalar dan daya khayal (imajinasi) manusia  yang paling cerdas sekali pun, mengenai hal tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman:

اِنَّ اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِمۡ ۚ وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ  اَرَادَ  اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا ۘ یُضِلُّ بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿ۙ﴾

Sesungguhnya Allah  tidak malu  mengemukakan suatu perumpamaan  sekecil nyamuk   bahkan  yang lebih kecil dari itu,   ada pun orang-orang yang beriman maka mereka mengetahui bahwa sesungguhnya perumpamaan itu  kebenaran  dari Rabb (Tuhan) mereka, وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ  -- sedangkan orang-orang kafir maka mereka mengatakan:  مَا ذَاۤ  اَرَادَ  اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا --  “Apa  yang dikehendaki Allah dengan  perumpamaan ini?”  یُضِلُّ بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا  --  Dengannya   Dia menyesatkan banyak orang  dan dengannya pula    Dia memberi petunjuk banyak orang,   وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ -- dan sekali-kali   tidak ada yang Dia sesatkan dengannya kecuali orang-orang  fasik  (Al-Baqarah [2]:27).

     Dharaba al-matsala berarti: ia memberi gambaran atau pengandaian; ia membuat pernyataan; ia mengemukakan perumpamaan (Lexicon Lane; Taj-ul-Urus, dan QS.14:46).   Allah   Swt.  telah menggambarkan surga dan neraka dalam Al-Quran  dengan perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan.



Fungsi Perumpamaan (Tamsilan) Dalam Al-Quran



     Perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan melukiskan mendalamnya arti yang tidak dapat diungkapkan sebaik-baiknya dengan jalan lain, dan dalam hal-hal keruhanian dikemukakannya perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan tersebut memberikan satu-satunya cara untuk dapat menyampaikan buah pikiran dengan baik,  firman-Nya:

فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٌ مَّاۤ  اُخۡفِیَ لَہُمۡ مِّنۡ قُرَّۃِ اَعۡیُنٍ ۚ جَزَآءًۢ  بِمَا  کَانُوۡا  یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾

Maka tidak ada sesuatu jiwa mengetahui apa yang tersembunyi bagi mereka dari penyejuk mata sebagai  balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As-Sajdah [32]:18).

      Waktu Nabi Besar Muhammad saw.  menggambarkan bentuk dan sifat nikmat dan kesenangan surga, beliau saw.diriwayatkan pernah bersabda: “Tiada mata pernah melihatnya (nikmat surga itu) dan tiada pula telinga pernah mendengarnya, tidak pula pikiran manusia dapat membayangkannya” (Bukhari, Kitab Bad’al-Khalaq).

     Hadits itu menunjukkan bahwa berbagai nikmat kehidupan ukhrawi tidak akan bersifat kebendaan. Nikmat-nikmat itu akan merupakan penjelmaan-keruhanian dari perbuatan dan tingkah-laku baik    -- yakni iman dan amal shaleh   -- yang telah dikerjakan orang-orang bertakwa di alam dunia ini.

    Kata-kata yang dipergunakan untuk menggambarkan nikmat-nikmat itu dalam Al-Quran telah dipakai hanya dalam arti kiasan. Ayat  tersebut pun dapat berarti bahwa karunia dan nikmat Ilahi yang akan dilimpahkan kepada orang-orang beriman  yang bertakwa di alam akhirat bahkan jauh lebih baik dan jauh lebih berlimpah-limpah dari yang dikhayalkan atau dibayangkan. Nikmat-nikmat itu akan berada jauh di luar batas jangkauan daya cipta manusia, firman-Nya:

قَدۡ  اَفۡلَحَ  مَنۡ  تَزَکّٰی ﴿ۙ﴾  وَ ذَکَرَ اسۡمَ رَبِّہٖ فَصَلّٰی ﴿ؕ﴾ بَلۡ  تُؤۡثِرُوۡنَ الۡحَیٰوۃَ  الدُّنۡیَا ﴿۫ۖ﴾  وَ الۡاٰخِرَۃُ  خَیۡرٌ  وَّ اَبۡقٰی ﴿ؕ﴾  اِنَّ ہٰذَا  لَفِی الصُّحُفِ الۡاُوۡلٰی ﴿ۙ﴾  صُحُفِ اِبۡرٰہِیۡمَ وَ مُوۡسٰی ﴿٪﴾

Sungguh  berbahagialah orang yang mensucikan diri,   dan mengingat nama Rabb-nya (Tuhan-nya) lalu mendirikan shalat.  بَلۡ  تُؤۡثِرُوۡنَ الۡحَیٰوۃَ  الدُّنۡیَا --   Tetapi  kamu mendahulukan kehidupan dunia,  وَ الۡاٰخِرَۃُ  خَیۡرٌ  وَّ اَبۡقٰی  --  padahal akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. اِنَّ ہٰذَا  لَفِی الصُّحُفِ الۡاُوۡلٰی  -- Sesungguhnya inilah yang diajarkan dalam Kitab-kitab terdahulu, صُحُفِ اِبۡرٰہِیۡمَ وَ مُوۡسٰی  --     Kitab-kitab Ibrahim dan Musa   (Al-A’lā [87]:15-20).

   Oleh karena asas-asas pokok mengenai tiap-tiap agama yang bersumber dari Allah Swt. itu sama, maka ajaran yang tersebut dalam ayat-ayat yang mendahuluinya terdapat pula dalam  Kitab-kitab suci Nabi Ibrahim   a.s. dan Nabi Musa a.s..

  Ayat ini dapat pula berarti bahwa nubuatan mengenai kemunculan seorang nabi besar, yang akan memberikan kepada dunia Amanat Ilahi terakhir serta memberikan ajaran yang paling sempurna    -- yakni Nabi Besar Muhammad saw.   -- terdapat dalam Kitab-kitab suci  Nabi Ibrahim   a.s. dan Nabi Musa a.s.  (Ulangan 18:18 -19 dan 33:2).



(Bersambung)



Rujukan: The Holy Quran

Editor: Malik Ghulam Farid

oo0oo

Pajajaran Anyar,   20 Januari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar