Bismillaahirrahmaanirrahiim
KITAB SUCI AL-QURAN
“Kitab Suci Al-Quran
adalah kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak
menyadarinya ”
“Setiap saat hatiku
merindukan untuk mencium Kitab Engkau
dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan Kabahku”
(Al-Masih-al-Mau’ud a.s.)
Keselarasan Ajaran
Al-Quran Dengan Fitrat Manusia
dan Alam Semesta & “Pujian Khusus” Allah Swt. Mengenai Keprihatinan
Besar Nabi Besar Muhammad Saw.
Bab 9
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab sebelumnya dikemukakan mengenai penerapan hukum syariat yang tepat sesuai situasi
dan kondisi bagi perbaikan
akhlak dan ruhani pihak yang dikenai hukum syariat tersebut
dinamakan “amal shaleh.” Itulah sebabnya Allah Swt. telah
menyebut umat Islam sebagai “umatan
wasathan” (QS.2:144) sebagai ganti
sebutan khayra ummah” (umat terbaik-
QS.3:111), firman-Nya:
وَ کَذٰلِکَ
جَعَلۡنٰکُمۡ اُمَّۃً وَّسَطًا لِّتَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ وَ
یَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ عَلَیۡکُمۡ شَہِیۡدًا ؕ وَ مَا جَعَلۡنَا الۡقِبۡلَۃَ
الَّتِیۡ کُنۡتَ عَلَیۡہَاۤ اِلَّا
لِنَعۡلَمَ مَنۡ یَّتَّبِعُ الرَّسُوۡلَ مِمَّنۡ یَّنۡقَلِبُ عَلٰی عَقِبَیۡہِ ؕ
وَ اِنۡ کَانَتۡ لَکَبِیۡرَۃً اِلَّا
عَلَی الَّذِیۡنَ ہَدَی اللّٰہُ ؕ وَ مَا
کَانَ اللّٰہُ لِیُضِیۡعَ اِیۡمَانَکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ بِالنَّاسِ لَرَءُوۡفٌ
رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
Dan
demikianlah Kami menjadikan kamu اُمَّۃً وَّسَطًا
لِّتَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ وَ یَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ عَلَیۡکُمۡ
شَہِیۡدًا -- satu
umat yang mulia supaya kamu senantiasa menjadi penjaga manusia
dan supaya Rasul itu senantiasa menjadi
penjaga kamu. Dan Kami sekali-kali tidak
menjadikan kiblat yang
kepadanya dahulu engkau berkiblat melainkan supaya Kami mengetahui orang yang mengikuti Rasul dari orang yang berpaling di
atas kedua tumitnya. Dan sesungguhnya hal ini benar-benar sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah sekali-kali tidak akan pernah
menyia-nyiakan iman kamu, sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Pengasih, Maha
Penyayang terhadap manusia. (Al-Baqarah
[2]:144)
Al-wasath berarti:
menempati kedudukan di tengah; baik dan mulia dalam pangkat (Al-Aqrab-ul-Mawarid). Kata itu dipakai di sini dalam arti baik dan mulia. Dalam QS.3:111 pun kaum Muslimin
disebut “kaum terbaik. Jadi, sebagaimana
menjadi tugas dan kewajiban seorang wasit
(wasath) untuk memimpin jalan pertandingan (perlombaan) sesuai aturan perlombaan agar tidak terjadi kecurangan atau ketidak-adilan
serta kezaliman, demikian pula tugas
dan kewajiban umat Islam sebagai ummatan wasathan atau khayra ummah dalam mengamalkan syariat Islam (Al-Quran) --
termasuk dalam masalah penghukuman
atau pun pengampunan berkenaan dengan
para pelanggar aturan syariat -- yakni tidak selalu menekankan kepada satu sisi pembalasan (penghukuman) atau pun pengampunan
(pemaafan), sebagaimana sabda Masih Mau’ud a.s.:
“Kesucian dan kesempurnaan
ajaran Kitab Suci Al-Quran memberi kehidupan
bagi setiap sendi masyarakat manusia.
Al-Quran tidak ada menekankan penanganan satu sisi saja. Terkadang Al-Quran menyuruh kepada kesabaran dan pengampunan dalam hal-hal
tertentu, tetapi juga bisa menentukan
hukuman bagi para pelanggar jika
dianggap perlu.
Sesungguhnya Al-Quran itu
merupakan gambaran dari hukum alam Ilahi yang ada di sekeliling
kita. Kitab ini sepenuhnya masuk akal dimana firman Tuhan dan hasil
kinerja Tuhan adalah bersesuaian
satu dengan lainnya. Sebagaimana hasil
karya Tuhan itu nampak di alam, maka Kitab Allah yang sempurna ini juga sejalan dengan hasil kinerja
tersebut. Kita sendiri ada melihat dalam kinerja
Tuhan bahwa tidak selamanya
selalu harus ada pengampunan dan kesabaran semata, karena nyatanya Dia juga menghukum para pendosa
dengan berbagai bentuk bala (azab).
Hukuman demikian ada juga
termaktub dalam Kitab-kitab
sebelumnya. Tuhan kita tidak saja Maha
Pengasih tetapi juga Maha Bijaksana
dan siksaan-Nya sungguh berat. Kitab yang haqiqi adalah yang sejalan
dengan kaidah hukum alam ini,
sedangkan firman-Nya yang haqiqi adalah yang selalu konsisten (selaras) dengan kinerja-Nya. Kita sendiri melihat bahwa Tuhan tidak selalu
memperlakukan makhluk-Nya dengan kesabaran dan pengampunan saja, karena sekali-kali bila dianggap perlu Dia akan menurunkan hukuman juga.
Bahkan sekarang ini pun Allah
Yang Maha Kuasa telah menyampaikan nubuat
kepadaku bahwa untuk menghukum para
pendosa, Dia akan menzahirkan gempa bumi dahsyat yang akan menghancurkan mereka.” (Chasmai Masihi, Qadian
Magazine Press, 1906; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. XX, hlm. 346-347, London, 1984).
Bagian akhir sabda Masih Mau’ud a.s. yakni:
“Kitab yang haqiqi adalah
yang sejalan dengan kaidah hukum alam ini, sedangkan firman-Nya yang haqiqi adalah yang selalu
konsisten (selaras) dengan kinerja-Nya.
Kita sendiri melihat bahwa Tuhan tidak selalu memperlakukan makhluk-Nya dengan kesabaran dan pengampunan
saja, karena sekali-kali bila dianggap
perlu Dia akan menurunkan hukuman
juga.
Bahkan sekarang ini pun Allah
Yang Maha Kuasa telah menyampaikan nubuat
kepadaku bahwa untuk menghukum para
pendosa, Dia akan menzahirkan gempa bumi dahsyat yang akan menghancurkan mereka,” penjelasan Masih Mau’ud a.s.
tersebut adalah sebagai akibat ketidak-bersyukuran
terhadap kedatangan beliau sebagai Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama dengan nama yang berlainan (QS.4:148; QS.14:8;
QS.17:16; QS.77:12).
Keselarasan Al-Quran
dengan Fitrat Manusia
Sehubungan dengan kesempurnaan ajaran Islam (Al-Quran) dalam segala
seginya selanjutnya Masih Mau’ud a.s.
bersabda:
“Allah Yang Maha Agung,
Yang mengetahui segala rahasia
di dalam hati, menjadi Saksi bahwa barangsiapa yang mampu menunjukkan
adanya kelemahan dalam ajaran
yang dibawah Al-Quran -- bahkan sampai seperseribu besarnya dzarah debu -- atau bisa mengemukakan keunggulan kitabnya sendiri yang berbeda dengan Al-Quran serta menunjukkan bahwa kitabnya itu lebih unggul, maka kami bersedia dihukum mati sekali pun.” (Brahin-i-
Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani
Khazain, jld. I, hlm. 298, London, 1984).
Lebih
jauh Masih Mau’ud a.s. bersabda
mengenai keselarasan ajaran Al-Quran
dengan fitrat manusia:
“Dari semua Kitab yang diwahyukan
yang ada sekarang hanya Al-Quran saja yang sejalan dengan fitrat
manusia. Akidahnya demikian sempurna dan pasti, sehingga bukti-bukti nyata yang ada menjadi saksi akan kebenarannya. Perintah-perintah
yang terkandung di dalamnya didasarkan
atas kebenaran. Ajaran yang dikemukakannya bebas
sama sekali dari segala bentuk polytheisme,
bid’ah dan penyembahan makhluk lainnya.
Kitab ini menggiring manusia ke arah manifestasi Ketauhidan dan Keagungan Ilahi serta kesempurnaan [Tuhan] Yang Maha Terpuji.
Di dalamnya penuh dengan norma-norma
Ketauhidan Ilahi serta bebas
dari kekurangan, kelemahan atau sifat tidak sempurna Sang Maha Pencipta. Kitab ini tidak
semata-mata memaksakan suatu akidah hanya berdasar kekuasaan semata, tetapi memberikan alasan atas kebenaran dari ajarannya tersebut.
Kitab tersebut menjelaskan setiap arah tujuan yang harus dicapai
dengan bukti-bukti dan argumentasi. Ia memberikan dasar pertimbangan dari kebenaran setiap prinsip, sehingga fikiran
manusia menjadi pasti dan memahaminya secara sempurna. Ia menangkal
semua kelemahan yang mempengaruhi akidah, amal dan perkataan manusia
serta memberikan penalaran yang cemerlang. Ia membawa ajaran sopan-santun sebagai pengetahuan yang dibutuhkan bagi setiap
manusia.
Kitab ini menangkal dengan tegas setiap bentuk kefasikan
(kedurhakaan). Ajarannya itu demikian lurus,
tegas dan pasti, seolah-olah menjadi cermin
hukum alam. Ia menjadi matahari
yang mencerahkan wawasan kalbu.
Prinsip-prinsip penalaran manusia dikemukakannya secara rinci dan kekurangannya diperbaiki.
Adapun Kitab-kitab lain --
yang katanya diwahyukan -- pada saat
ini luput dari segala berkat sifat-sifat sempurna ini dan mengandung berbagai konsepsi yang salah tentang Wujud dan Sifat-sifat Ilahi. Para penganut
Kitab-kitab itu mengutarakan akidah-akidah
yang aneh.
Sebagian dari mereka menyangkal kalau Tuhan itu adalah Maha
Pencipta dan Maha Kuasa serta mengangkat diri mereka sendiri sebagai sekutu-Nya dalam masalah keabadian dan sifat tegak dengan sendirinya (Al-Hayyul-Qayyum).
Yang lainnya memuja berhala dan gambar-gambar dewa sebagai sekutu
Ilahi dan dianggap ikut mengelola
kerajaan-Nya. Ada pula yang menciptakan
putra atau putri atau cucu dari Wujud-Nya. Yang lainnya menyembah-Nya
dalam bentuk buaya atau kura-kura.
Singkat kata, mereka itu mereka-reka
Wujud Sang Maha Sempurna sebagai sesuatu
yang tidak mungkin mencapai
kesempurnaan-Nya sendiri.
Ketika aku melihat manusia
demikian sesatnya dalam akidah-akidah
mereka serta demikian banyak
melakukan kesalahan maka hatiku
menjadi gemetar dan luluh. Aku merasa
adalah menjadi tugas dan kewajibanku untuk mengarang buku ini sebagai petunjuk
bagi mereka dan tugas ini akan aku laksanakan sepenuh
hati.” (Brahin-i- Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. I, hlm.
81-83, London, 1984).
“Pujian
Khusus” Allah Swt. Kepada Nabi Besar Muhammad Saw.
Jadi, setelah Nabi Besar
Muhammad saw. – yang merupakan wujud penerima wahyu Al-Quran -- di Akhir Zaman ini Masih Mau’ud a.s. kembali
memperagakan kepedulian luar-biasa beliau saw. terhadap keselamatan akhlak dan ruhani
umat manusia ketika mereka menyimpang jauh dari Tauhid Ilahi yang hakiki, berikut adalah firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw. berupa “pujian khusus” yang seolah-olah
merupakan “teguran”, sehingga tidak
difahami oleh banyak penafsir Al-Quran:
وَ لَقَدۡ کُذِّبَتۡ رُسُلٌ مِّنۡ
قَبۡلِکَ فَصَبَرُوۡا عَلٰی مَا کُذِّبُوۡا وَ اُوۡذُوۡا حَتّٰۤی اَتٰہُمۡ نَصۡرُنَا ۚ وَ لَا مُبَدِّلَ لِکَلِمٰتِ اللّٰہِ ۚ وَ لَقَدۡ جَآءَکَ مِنۡ
نَّبَاِی الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿﴾ وَ اِنۡ کَانَ کَبُرَ عَلَیۡکَ
اِعۡرَاضُہُمۡ فَاِنِ اسۡتَطَعۡتَ اَنۡ تَبۡتَغِیَ نَفَقًا فِی الۡاَرۡضِ اَوۡ سُلَّمًا فِی
السَّمَآءِ فَتَاۡتِیَہُمۡ بِاٰیَۃٍ ؕ وَ لَوۡ شَآءَ اللّٰہُ لَجَمَعَہُمۡ عَلَی الۡہُدٰی فَلَا تَکُوۡنَنَّ
مِنَ الۡجٰہِلِیۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh
rasul-rasul sebelum engkau
benar-benar telah didustakan,
tetapi mereka tetap bersabar
terhadap pendustaan dan penganiayaan hingga datang
kepada mereka pertolongan
Kami. Dan tidak
ada yang dapat mengubah Kalimat-kali-mat Allah, dan
sesungguhnya telah datang kepada engkau
sebagian dari kabar-kabar mengenai rasul-rasul. Dan jika berpalingnya mereka terasa berat bagi engkau, maka kalau engkau sanggup mencari lubang ke
dalam bumi atau tangga ke langit, lalu engkau mendatangkan kepada mereka suatu
Tanda. Dan jika
Allah menghendaki niscaya mereka
akan dihimpun-Nya kepada petunjuk, maka janganlah sekali-kali engkau menjadi orang-orang yang jahil. (Al-An’ām
[6]:36).
Nabi Besar Muhammad saw.
dipenuhi oleh rasa kasih-sayang yang berlimpah-limpah (QS.7:128). Beliau saw.
tidak menjadi kalut oleh apa yang
dikatakan orang-orang kafir mengenai
beliau saw.. Beliau saw. bersedih hati
bukan karena orang-orang kafir menuduh
beliau palsu atau pendusta, melainkan karena penolakan mereka terhadap Tanda-tanda Allah itu mereka telah menutup sendiri pintu rahmat Ilahi.
Dengan
penuh cinta kasih Allah Swt. berbicara
kepada Nabi Besar Muhammad saw. memakai
kata-kata rayuan dan pelipur lara. Dikatakan kepada beliau saw.
bahwa nabi-nabi sebelum beliau saw. pun
ditolak, dicaci-maki, dan diejek
serta dizalimi. Tetapi Takdir Ilahi tidak
mengalami perubahan, yaitu pertolongan Allah Swt. datang kepada nabi-nabi Allah dan musuh
mereka pada akhirnya pasti akan ditimpa kesedihan dan kehinaan (QS.58:21-22).
Perlu diketahui, bahwa kesedihan Nabi Besar Muhamad saw. sama
sekali tidak ada hubungannya dengan sikap pendustaan
dan penentangan orang-orang kafir
terhadap beliau saw., melainkan terhadap
akibat buruk yang pasti akan menimpa
mereka, sebagaimana yang telah menimpa kaum-kaum
purbakala sebelumnya yang telah mendustakan
dan menentang para Rasul Allah yang dibangkitkan di
kalangan mereka dengan berbagai bentuk azab
Ilahi yang sangat mengerikan,
firman-Nya:
وَ
قَارُوۡنَ وَ فِرۡعَوۡنَ وَ ہَامٰنَ ۟ وَ لَقَدۡ جَآءَہُمۡ مُّوۡسٰی بِالۡبَیِّنٰتِ فَاسۡتَکۡبَرُوۡا فِی
الۡاَرۡضِ وَ مَا کَانُوۡا سٰبِقِیۡنَ ﴿ۚۖ﴾ فَکُلًّا
اَخَذۡنَا بِذَنۡۢبِہٖ ۚ فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ اَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِ حَاصِبًا ۚ
وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ اَخَذَتۡہُ الصَّیۡحَۃُ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ خَسَفۡنَا
بِہِ الۡاَرۡضَ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ
اَغۡرَقۡنَا ۚ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ
لِیَظۡلِمَہُمۡ وَ لٰکِنۡ کَانُوۡۤا
اَنۡفُسَہُمۡ یَظۡلِمُوۡنَ ﴿﴾ مَثَلُ الَّذِیۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ
اَوۡلِیَآءَ کَمَثَلِ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۖۚ اِتَّخَذَتۡ بَیۡتًا ؕ وَ اِنَّ اَوۡہَنَ الۡبُیُوۡتِ لَبَیۡتُ الۡعَنۡکَبُوۡتِ
ۘ لَوۡ
کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan Kami membinasakan Qarun,
Fir’aun dan Haman. Dan sungguh Musa
benar-benar telah da-tang kepada mereka dengan Tanda-tanda yang nyata tetapi mereka
berlaku sombong di bumi dan mereka
se-kali-kali tidak dapat melepaskan diri dari azab Kami. Maka setiap orang dari mereka Kami tangkap karena dosanya, di antara mereka ada yang Kami kirim kepadanya badai pasir, di
antara mereka ada yang disambar oleh
petir, di antara mereka ada yang Kami be-namkan di bumi,
di antara mereka ada yang Kami
tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak berbuat zalim
terhadap mereka, tetapi mereka men-zalimi
diri mereka sendiri. مَثَلُ الَّذِیۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ
دُوۡنِ اللّٰہِ اَوۡلِیَآءَ کَمَثَلِ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۖۚ اِتَّخَذَتۡ بَیۡتًا -- Perumpamaan
orang-orang yang mengambil penolong-penolong selain Allah adalah
seperti perumpamaan laba-laba yang
membuat rumah, وَ اِنَّ اَوۡہَنَ الۡبُیُوۡتِ
لَبَیۡتُ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۘ لَوۡ کَانُوۡا
یَعۡلَمُوۡنَ -- dan sesungguhnya selemah-lemah rumah pasti rumah laba-laba, seandai-nya mereka itu mengetahui (Al-Ankabūt [29]:40-42).
Al-Quran telah mempergunakan berbagai kata dan
ungkapan untuk hukuman (azab Ilahi) yang
ditimpakan lawan-lawan berbagai nabi Allah pada zamannya masing-masing azab Ilahi yang melanda kaum ‘Ād digambarkan sebagai
badai pasir (QS.41:17; QS.54:20; dan QS.69:7); azab Ilahi yang menimpa kaum Tsamud sebagai
gempa bumi (QS.7:79); ledakan (QS.11:68; QS.54:32), halilintar (QS.41:18), dan
ledakan dahsyat (QS.69:6); azab Ilahi yang menghancurkan umat Nabi Luth a.s. sebagai batu-batu tanah (QS.11:83;
QS.15:75); badai batu (QS.54:35); dan azab Ilahi yang menimpa Midian, kaum Nabi
Syu’aib a.s. sebagai gempa
bumi (QS.7:92; QS.29:38); ledakan (QS.11:95); dan azab pada hari siksaan yang
mendatang (QS.26:190). Terakhir dari semua itu ialah azab Ilahi yang menimpa
Fir’aun dan lasykarnya serta pembesar-pembesarnya yang gagah-perkasa, Haman dan
Qarun (Qorah), dan membinasakan mereka sampai hancur-luluh, telah digambarkan
dengan ungkapan, “Kami ........ tenggelamkan pengikut-pengikut Fir’aun” (QS.2:51;
QS.7:137; dan QS.17:104), dan “Kami menyebabkan bumi menelannya” (QS.28:82).
Kemudian mengenai makna perumpamaan “sarang laba-laba”, masalah ke-Esa-an
Tuhan yang menjadi pembahasan terutama Surah ini disudahi dalam ayat
ini dengan sebuah tamsil (perumapamaan)
yang indah sekali, dan menjelaskan kepada kaum
musyrik ketololan, kesia-siaan, dan kepalsuan kepercayaan-kepercayaan dan kebiasaan-kebiasaan syirik mereka.
Mereka itu rapuh bagaikan sarang laba-laba dan tidak dapat
bertahan terhadap kecaman akal sehat.
Makna Kalimat “Bākhi-un Nafsaka”
Jadi,
kembali kepada firman Allah Swt. dalam Surah Al-An’ām ayat 36, kata-kata dalam ayat selanjutnya yang seakan-akan merupakan “teguran”, padahal bukan, yakn:
وَ اِنۡ
کَانَ کَبُرَ عَلَیۡکَ اِعۡرَاضُہُمۡ فَاِنِ
اسۡتَطَعۡتَ اَنۡ تَبۡتَغِیَ نَفَقًا فِی الۡاَرۡضِ اَوۡ سُلَّمًا فِی
السَّمَآءِ فَتَاۡتِیَہُمۡ بِاٰیَۃٍ ؕ وَ لَوۡ شَآءَ اللّٰہُ لَجَمَعَہُمۡ عَلَی الۡہُدٰی فَلَا تَکُوۡنَنَّ
مِنَ الۡجٰہِلِیۡنَ ﴿﴾
“Dan jika berpalingnya mereka terasa berat bagi
engkau, maka kalau engkau sanggup
mencari lubang ke dalam bumi atau tangga
ke langit. lalu engkau mendatangkan
kepada mereka suatu Tanda. Dan jika
Allah menghendaki niscaya mereka
akan dihimpun-Nya kepada petunjuk, maka janganlah sekali-kali engkau menjadi orang-orang yang jahil.”
Ada pun makna “mencari lubang
tembusan ke dalam bumi” berarti “menggunakan daya-upaya dunawi,” yakni menablighkan dan menyebarkan kebenaran (Tauhid Iklahi), sedangkan
kata-kata tangga ke langit, maknanya “menggunakan daya-upaya ruhani,” yakni memanjatkan doa ke hadirat Allah Swt. untuk memohon hidayat (petunjuk) bagi orang-orang
kafir dan sebagainya.
Shalat
sungguh merupakan tangga yang dengan
itu orang (secara ruhani) dapat naik
ke langit. Nabi Besar Muhammad saw. diberi tahu supaya menggunakan kedua upaya ini. Kata jahil dalam ayat فَلَا تَکُوۡنَنَّ
مِنَ الۡجٰہِلِیۡنَ -- “maka janganlah
sekali-kali engkau menjadi orang-orang yang jahil” seperti dalam QS.2:274
artinya “seseorang yang tidak
tahu-menahu” atau “tidak mengenal.” Nabi
Besar Muhammad saw. dianjurkan
agar jangan sampai tidak mengenal Hukum
Tuhan dalam perkara ini.
Jadi, ayat tersebut bukan merupakan teguran atau celaan Allah
Swt., melainkan menggambarkan keprihatinan
dan perhatian besar Nabi Besar
Muhammad saw. untuk kesejahteraan ruhani kaum beliau saw., bahwa Nabi Besar Muhammad saw. bersedia untuk sedapat mungkin membawakan (mengemukakan) kepada mereka berbagai macam Tanda Ilahi, sekalipun beliau saw. harus “mencari lubang tembusan ke dalam bumi atau tangga ke langit.”
Senada dengan ayat tersebut Allah Swt. berfirman mengenai kesedihan dan keprihatinan Nabi Besar Muhammad saw. terhadap akibat buruk yang pasti
akan menimpa para penolak Tauhid Ilahi yang beliau saw. sampaikan kepada mereka:
لَعَلَّکَ بَاخِعٌ نَّفۡسَکَ اَلَّا یَکُوۡنُوۡا مُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾ اِنۡ نَّشَاۡ نُنَزِّلۡ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ
السَّمَآءِ اٰیَۃً فَظَلَّتۡ
اَعۡنَاقُہُمۡ لَہَا خٰضِعِیۡنَ ﴿﴾
Boleh jadi engkau akan membinasakan diri sendiri karena mereka
tidak mau beriman. Jika Kami
menghendaki, Kami dapat menurunkan
kepada mereka suatu Tanda dari langit sehingga leher-leher
mereka akan tertunduk kepa-danya.
(Asy-Syu’arā
[26]:4-5).
Karena bakhi'
itu ism fail dari bakha'a yang berarti: ia berbuat sesuatu dengan
cara setepat-tepatnya, ayat ini dengan padat dan lugas melukiskan betapa
besarnya perhatian dan kekhawatiran serta kecemasan Nabi Besar
Muhammad saw. mengenai kesejahteraan ruhani kaum beliau saw.
dan umat manusia.
Kesedihan
beliau saw. atas penolakan dan perlawanan mereka terhadap amanat Ilahi (Al-Quran) hampir membuat
beliau saw. wafat. Memang begitulah
keadaan para utusan (rasul) dan nabi
Allah hatinya senantiasa penuh dengan kasih-sayang
terhadap sesama manusia, firman-Nya:
لَقَدۡ
جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌ مِّنۡ اَنۡفُسِکُمۡ عَزِیۡزٌ عَلَیۡہِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِیۡصٌ
عَلَیۡکُمۡ بِالۡمُؤۡمِنِیۡنَ رَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَقُلۡ حَسۡبِیَ اللّٰہُ ۫٭ۖ لَاۤ اِلٰہَ
اِلَّا ہُوَ ؕ عَلَیۡہِ
تَوَکَّلۡتُ وَ ہُوَ رَبُّ الۡعَرۡشِ
الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾٪
Sungguh benar-benar
telah datang kepada kamu seorang Rasul dari antaramu sendiri, berat terasa olehnya apa yang menyusahkan
kamu, ia sangat mendambakan kesejahteraan
bagimu dan terhadap orang-orang beriman ia sangat berbelas kasih lagi
penyayang. Tetapi jika
mereka berpaling maka
katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan
kecuali Dia, kepada-Nya-lah aku bertawakkal, dan Dia-lah Pemilik 'Arasy yang agung. (At-Taubah [9]:128-129).
Firman-Nya
lagi:
وَ مَاۤ اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا
رَحۡمَۃً لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ قُلۡ اِنَّمَا یُوۡحٰۤی اِلَیَّ اَنَّمَاۤ اِلٰـہُکُمۡ اِلٰہٌ وَّاحِدٌ ۚ فَہَلۡ اَنۡتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا
فَقُلۡ اٰذَنۡتُکُمۡ عَلٰی سَوَآءٍ ؕ وَ اِنۡ اَدۡرِیۡۤ اَقَرِیۡبٌ اَمۡ بَعِیۡدٌ مَّا تُوۡعَدُوۡنَ ﴿﴾
Dan Kami
sekali-kali tidak mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Katakanlah: “Sesungguhnya telah diwahyukan kepadaku,
bahwasanya Rabb (Tuhan) kamu adalah Tuhan
Yang Esa, maka kepada-Nya hendaknya
ka-mu berserah diri. Maka jika mereka berpaling, maka katakanlah,
“Aku telah memperingatkan yang sama
kepada kamu, dan aku tidak tahu, apakah telah dekat ataukah masih
jauh apa yang telah dijanjikan kepada kamu (Al-Anbiyā[21]:108-110).
Peringatan Al-Quran Kepada Bangsa-bangsa Kristen di Akhir Zaman
& Fitnah “Dajjal”
Pendek kata,
para Rasul
Allah berseru kepada Allah Swt., menangis dan berdukacita demi kepentingan umat
manusia, sebagaimana juga dilakukan oleh Nabi Nuh a.s. mengenai kaum
beliau musyrik dan takabbur
(QS.71:1-25), tetapi manusia tidak tahu berterimakasih, sehingga orang-orang
itu sendiri yang bagi mereka para nabi Allah
mempunyai perasaan yang begitu
mendalam, justru merekalah yang menindas para nabi Allah dan berusaha untuk membunuh
mereka.
Demikian juga
halnya dengan keadaan Rasul Akhir Zaman atau Masih Mau’ud a.s., ketika beliau a.s. menyaksikan merebaknya “fitnah Dajjal” di Akhir Zaman ini yang telah mencengkram
baik kehidupan jasmani (duniawi) mau pun dunia keagamaan umat
manusia, termasuk umat Islam, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ اَلۡحَمۡدُ
لِلّٰہِ الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ عَلٰی عَبۡدِہِ الۡکِتٰبَ وَ لَمۡ
یَجۡعَلۡ لَّہٗ عِوَجًا ؕ﴿ٜ﴾ قَیِّمًا لِّیُنۡذِرَ بَاۡسًا شَدِیۡدًا مِّنۡ لَّدُنۡہُ وَ یُبَشِّرَ
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ اَجۡرًا حَسَنًا ۙ﴿﴾ مَّاکِثِیۡنَ فِیۡہِ اَبَدًا ۙ﴿﴾ وَّ یُنۡذِرَ
الَّذِیۡنَ قَالُوا
اتَّخَذَ اللّٰہُ وَلَدًا ٭﴿﴾ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ
عِلۡمٍ وَّ لَا لِاٰبَآئِہِمۡ ؕ کَبُرَتۡ
کَلِمَۃً تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ ؕ اِنۡ یَّقُوۡلُوۡنَ اِلَّا کَذِبًا ﴿﴾ فَلَعَلَّکَ بَاخِعٌ
نَّفۡسَکَ عَلٰۤی اٰثَارِہِمۡ اِنۡ لَّمۡ
یُؤۡمِنُوۡا بِہٰذَا الۡحَدِیۡثِ اَسَفًا ﴿﴾ اِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَی الۡاَرۡضِ زِیۡنَۃً لَّہَا لِنَبۡلُوَہُمۡ اَیُّہُمۡ
اَحۡسَنُ
عَمَلًا ﴿﴾ وَ اِنَّا لَجٰعِلُوۡنَ مَا
عَلَیۡہَا صَعِیۡدًا جُرُزًا ؕ﴿﴾
Aku
baca dengan nama Allah Maha Pemurah,
Maha Penyayang. Segala
puji bagi Allah Yang telah
menurunkan kepada hamba-Nya Kitab Al-Quran ini dan Dia tidak menjadikan padanya kebengkokan.
Sebagai penjaga untuk memberi peringatan mengenai siksaan yang dahsyat dari hadirat-Nya, dan memberikan kabar gembira kepada
orang-orang beriman yang beramal
saleh bahwa sesungguhnya bagi mereka
ada ganjaran yang baik, mereka
menetap di dalamnya selama-lamanya. وَّ یُنۡذِرَ الَّذِیۡنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰہُ وَلَدًا -- Dan supaya memperingatkan orang-orang
yang berkata: "Allah
mengambil seorang anak laki-laki.
مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ وَّ لَا لِاٰبَآئِہِمۡ -- Mereka
sekali-kali tidak memiliki
pengetahuan mengenainya, dan tidak
pula bapak-bapak mereka memilikinya. کَبُرَتۡ کَلِمَۃً تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ -- Sangat
besar keburukan perkataan yang keluar dari mulut mereka, اِنۡ یَّقُوۡلُوۡنَ اِلَّا کَذِبًا -- mereka
tidak mengucapkan kecuali kedustaan.
فَلَعَلَّکَ
بَاخِعٌ نَّفۡسَکَ عَلٰۤی اٰثَارِہِمۡ اِنۡ لَّمۡ یُؤۡمِنُوۡا بِہٰذَا الۡحَدِیۡثِ اَسَفًا -- Maka sangat
mungkin engkau akan membinasakan
diri engkau karena sangat sedih sekiranya mereka tidak beriman kepada
keterangan ini. اِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَی الۡاَرۡضِ زِیۡنَۃً لَّہَا لِنَبۡلُوَہُمۡ اَیُّہُمۡ اَحۡسَنُ عَمَلًا -- Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi perhiasan baginya
supaya Kami
menguji mereka siapakah di antara mere-ka yang terbaik perbuatannya. وَ اِنَّا لَجٰعِلُوۡنَ مَا عَلَیۡہَا صَعِیۡدًا جُرُزًا -- Dan sesungguhnya Kami niscaya akan menjadikan segala yang
ada di atasnya menjadi tanah-rata yang tandus. (Al-Kahf [18]:1-9).
Ayat 9 mengandung suatu kabar gaib (nubuatan) bahwa bangsa-bangsa Kristen dari barat sesudah
memperoleh kekayaan, kekuatan, kekuasaan, dan sesudah mendapat
penemuan-penemuan besar dalam bidang duniawi, akhirnya akan membuat bumi Allah itu penuh dengan kedosaan
dan keburukan, seperti yang
dituturkan oleh Bible.
Kemurkaan Allah akan bangkit, dan sesuai
dengan nubuatan-nubuatan yang
diucapkan oleh mulut para nabi Allah,
di dalam Perjanjian Lama maupun di dalam Perjanjian Baru, Al-Quran dan hadits, bencana-bencana akan menimpa bumi secara meluas, serta
segala kemajuan yang tadinva telah
dicapai oleh mereka dan semua buah tangan mereka,
gedung-gedung mereka yang tinggi megah, keindahan negeri mereka, serta segala kemuliaan, kemegahan, dan
keagungan mereka sama sekali akan menjadi hancur
berantakan.
Dengan demikian terjadinya Perang Dunia I dan Perang Dunia II pun
merupakan bagian dari nubuatan
dan peringatan yang
dikemukakan Al-Quran, sedangkan Perang Dunia III atau Perang Nuklir hanya tinggal menunggu waktunya
yang akan terjadi secara tiba-tiba
(QS.18:33-45 & 98-102;
QS.20:103-112).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran Anyar, 12 Januari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar