Bismillaahirrahmaanirrahiim
KITAB SUCI AL-QURAN
“Kitab Suci Al-Quran adalah
kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak
menyadarinya ”
“Setiap saat hatiku
merindukan untuk mencium Kitab Engkau
dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan
Kabahku”
(Al-Masih-al-Mau’ud
a.s.)
Lingkaran Sepuluh Sistem Kosa-kata Dalam Al-Quran &
Penyebab Terjadinya Kebutaan Mata
Ruhani Manusia di Dunia dan di Akhirat
Bab 48
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam Bab
sebelumnya telah kemukakan berbagai hakikat perumpamaan gambaran para “bidadari
surgawi” yang akan menjadi “jodoh”
(pasangan) kaum laki-laki yang
bertakwa penghuni surga di akhirat masalah
perumpamaan keadaan surga di alam akhirat, sebagaimana
dikemukakan dalam firman-Nya:
وَ بَشِّرِ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ
تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ کُلَّمَا
رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا
مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ
مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa sesungguhnya untuk
mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali
diberikan kepada mereka buah-buahan dari
kebun itu sebagai rezeki, mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya”, akan diberikan kepada mereka yang serupa
dengannya, وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ -- dan bagi mereka di
dalamnya ada jodoh-jodoh
yang suci, وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ -- dan mereka
akan kekal di dalamnya (Al-Baqarah [2]:26).
Seluruh
Ciptaan (Makhluk) Allah Swt.
Memerlukan “Jodoh” (Pasangan)
Al-Quran mengajarkan bahwa tiap-tiap makhluk
memerlukan pasangan untuk perkembangannya yang sempurna (QS.13:4;
QS.36:37; QS.51:50). Di dalam surga
orang-orang laki-laki dan perempuan yang bertakwa akan mendapat jodoh suci untuk menyempurnakan perkembangan ruhani dan melengkapkan kebahagiaan mereka, itulah sebab ajaran Islam (Al-Quran) melarang
hidup membujang atau menggadis seumur hidup yakni melakukan rahbaniyah (hidup merahib
--QS.57:28).
Ada pun mengenai macam apakah jodoh (pasangan) itu hanya dapat
diketahui kelak di akhirat,
firman-Nya:
فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٌ مَّاۤ
اُخۡفِیَ لَہُمۡ مِّنۡ قُرَّۃِ اَعۡیُنٍ ۚ جَزَآءًۢ بِمَا
کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Maka tidak ada sesuatu jiwa
mengetahui apa yang tersembunyi bagi mereka dari penyejuk mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As-Sajdah [32]:16).
Pernyataan Al-Quran dan Hadits
itu menunjukkan bahwa nikmat-nikmat
kehidupan ukhrawi (akhirat) tidak
akan bersifat kebendaan seperti di dunia ini yang fana (tidak kekal), karena nikmat-nikmat
surgawi tersebut akan merupakan penjelmaan-keruhanian
dari perbuatan
dan tingkah-laku baik atau amal
shaleh yang telah dikerjakan orang-orang bertakwa di alam dunia ini.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai tujuan ditampilkan-Nya perumpamaan-perumpamaan tersebut dalam
Al-Quran:
اِنَّ
اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا
ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِمۡ
ۚ وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ اَرَادَ
اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا ۘ یُضِلُّ بِہٖ
کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿ۙ﴾
Sesungguhnya
Allah tidak malu mengemukakan suatu perumpamaan sekecil nyamuk bahkan yang
lebih kecil dari itu, فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا
فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِ -- maka orang-orang yang beriman maka mereka mengetahui bahwa sesungguhnya perumpamaan
itu kebenaran dari Rabb (Tuhan) mereka, وَ اَمَّا
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ
اَرَادَ اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا -- sedangkan orang-orang kafir maka mereka
mengatakan: “Apa yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan ini?” یُضِلُّ بِہٖ
کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا -- Dengannya Dia menyesatkan banyak orang
dan dengannya pula Dia memberi petunjuk banyak orang, وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ -- dan sekali-kali tidak
ada yang Dia sesatkan dengannya kecuali orang-orang fasiq
(durhaka). (Al-Baqarah [2]:27).
Dharaba
al-matsala berarti: ia memberi gambaran atau pengandaian; ia membuat
pernyataan; ia mengemukakan perumpamaan (Lexicon
Lane; Taj-ul-‘Arus,
dan QS.14:46). Allah Swt. telah menggambarkan surga dan neraka
dalam Al-Quran dengan perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan.
Hal tersebut melukiskan mendalamnya arti yang tidak dapat diungkapkan sebaik-baiknya dengan
jalan lain, dan dalam hal-hal keruhanian
penggunaan perumpamaan-perumpamaan
dan tamsilan-tamsilan tersebut
memberikan satu-satunya cara untuk
dapat menyampaikan buah pikiran
dengan baik.
Dapat Menimbulkan
“Pencerahan” atau
Mengakibatkan “Kesesatan”
Kata-kata yang dipakai untuk menggambarkan surga, mungkin tidak cukup
dan tidak berarti bagaikan nyamuk
yang dianggap oleh orang-orang Arab sebagai makhluk
yang lemah dan memang pada hakikatnya demikian. Orang-orang Arab berkata: Adh-‘afu
min ba’udhatin, artinya "ia lebih lemah dari nyamuk".
Meskipun demikian, perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan itu membantu untuk memunculkan dalam angan-angan gambaran nikmat-nikmat
surga itu. Orang-orang beriman mengetahui bahwa kata-kata itu
hanya perumpamaan dan mereka berusaha
menyelami kedalaman artinya, tetapi orang-orang kafir mulai mencela perumpamaan-perumpamaan itu dan
makin bertambah dalam kesalahan dan kesesatan, firman-Nya: وَ اَمَّا
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ
اَرَادَ اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا -- sedangkan orang-orang kafir maka mereka
mengatakan: “Apa yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan ini?” یُضِلُّ بِہٖ
کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا -- Dengannya Dia menyesatkan banyak orang
dan dengannya pula Dia memberi petunjuk banyak orang, وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ -- dan sekali-kali tidak
ada yang Dia sesatkan dengannya kecuali orang-orang fasiq
(durhaka)” (Al-Baqarah [2]:27).
Adhallahullāh
berarti: (1) Allah Swt. menetapkan dia berada dalam kekeliruan; (2)
Allah Swt. meninggalkan atau membiarkan dia sehingga ia tersesat (Kasysyaf); (3) Allah Swt.
mendapatkan atau meninggalkan dia
dalam kekeliruan atau membiarkan dia tersesat (Lexicon Lane).
Dengan demikian jelaslah bahwa berbagai
gambaran keadaan di alam akhirat
-- baik dalam surga mau pun dalam neraka jahannam --
yang dikemukakan dalam
Al-Quran termasuk ayat-ayat yang mutasyābihāt (QS.3:8), yang
dapat menggelincirkan
orang-orang yang hatinya berpenyakit
atau ada kebengkokan, firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ عَلَیۡکَ الۡکِتٰبَ مِنۡہُ اٰیٰتٌ مُّحۡکَمٰتٌ ہُنَّ
اُمُّ الۡکِتٰبِ وَ اُخَرُ مُتَشٰبِہٰتٌ ؕ
فَاَمَّا الَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ زَیۡغٌ فَیَتَّبِعُوۡنَ مَا تَشَابَہَ
مِنۡہُ ابۡتِغَآءَ الۡفِتۡنَۃِ وَ ابۡتِغَآءَ تَاۡوِیۡلِہٖ ۚ وَ مَا یَعۡلَمُ تَاۡوِیۡلَہٗۤ
اِلَّا اللّٰہُ ۘؔ وَ
الرّٰسِخُوۡنَ فِی الۡعِلۡمِ یَقُوۡلُوۡنَ اٰمَنَّا بِہٖ ۙ کُلٌّ مِّنۡ عِنۡدِ رَبِّنَا ۚ وَ مَا
یَذَّکَّرُ اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ
﴿﴾
Dia-lah Yang menurunkan Al-Kitab yakni Al-Quran kepada engkau, di
antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat,
itulah pokok-pokok Al-Kitab, sedangkan yang lain ayat-ayat mutasyābihāt. Adapun orang-orang
yang di dalam hatinya ada ke-bengkokan maka mereka mengikuti darinya apa yang mutasyābihāt karena ingin
menimbulkan fitnah dan ingin
mencari-cari takwilnya yang salah, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah, dan orang-orang yang memiliki pe-ngetahuan mendalam berkata: “Kami beriman kepadanya, semuanya berasal dari
sisi Rabb (Tuhan) kami.” Dan tidak ada yang meraih nasihat kecuali orang-orang yang mempergunakan akal. (Āli-‘Imran [3]:8).
Sepuluh Sistem Kosa-Kata Dalam Al-Quran
Lebih jauh Masih Mau’ud a.s. menjelaskan mengenai ikhtisar
kandungan Al-Quran yang sangat
sempurna, beliau bersabda:
“Untuk diketahui, Kitab Suci Al-Quran mengandung 10 sistem kosa-kata:
1. Sistem yang pertama berkaitan dengan eksistensi Tuhan dan argumentasi yang mendukungnya, seperti Sifat-sifat Ilahi, nama-nama, perilaku, cara-cara dan kebiasaan yang khas bagi Allah
Yang Maha Luhur. Termasuk juga
kalimat-kalimat phrasa (peribahasa) yang
berkaitan dengan puji-pujian kesempurnaan Keagungan, Keindahan dan
Kebesaran-Nya.
2. Sistem
kedua mencakup konsep Ketauhidan
Ilahi dan argumentasi yang
mendukungnya.
3. Sistem ketiga mengenai Sifat-sifat, amalan, perilaku dan kebiasaan baik ruhani mau pun jasmani
yang diperlihatkan para makhluk di
hadapan Allah Swt., apakah selaras atau bertentangan dengan keinginan-Nya.
4. Keempat, sistem yang
mengandung bimbingan lengkap dari Tuhan dalam bentuk teguran dan ajaran
mengenai sifat-sifat akhlak dan akidah, hak-hak Ilahi dan hak-hak
hamba-Nya, pengetahuan yang bijak, batasan-batasan dan suruhan,
pengarahan dan larangan, kebenaran dan wawasan.
5. Kelima,
sistem yang mengemukakan apa yang dimaksud dengan keselamatan hakiki dan bagaimana cara mencapainya secara benar, apa yang menjadi tanda-tanda dan persyaratan bagi mereka yang beriman
serta tentang mereka yang telah memperoleh keselamatan
berkat kedekatan pada Tuhan.
6. Keenam,
sistem yang menjelaskan apa yang
dimaksud dengan Islam dan apa
yang namanya kekafiran, apa itu syirik serta argumentasi yang mendukung
Islam dan jawaban-jawaban terhadap mereka
yang menyangkal.
7. Ketujuh, sistem yang menjelaskan
dan menolak akidah-akidah yang salah dari para lawan Islam.
8. Sistem kedelapan mencakup peringatan-peringatan
dan kabar-kabar gembira, janji-janji dan ancaman hukuman, tentang dunia
akhirat, mukjizat-mukjizat dan nubuatan yang meneguhkan keimanan,
disamping kisah-kisah sebagai peringatan atau penyampaian kabar gembira.
9. Kesembilan, sistem yang merangkum sejarah hidup dan sifat-sifat
suci Hadhrat Rasulullah Saw. serta argumentasi yang mendukung kenabian beliau.
10. Sistem kesepuluh mengetengahkan sifat-sifat Kitab Suci Al-Quran, berikut pengaruh dan karakteristiknya.
Kesepuluh sistem itu terdapat
secara sempurna seperti 10 lingkaran
di dalam Kitab Suci Al-Quran. Dalam 10
lingkaran tersebut Allah Yang Maha Perkasa menggunakan kosa-kata yang murni dan jelas,
sehingga seorang yang waras
akan langsung mengakui sistem kosa-kata
yang sempurna dan lengkap dari bahasa Arab tersebut sepertinya dikhususkan bagi Al-Quran.
Karena itulah sistem kosa-kata ini selaras dengan sistem edukatif (pengajaran) yang sempurna dan lengkap dari Al-Quran. Sistem kosa-kata bahasa lainnya
tidak selaras dengan sistem edukatif dari Kitab-kitab Samawi yang katanya diwahyukan dalam bahasa bersangkutan.
Dalam Kitab-kitab itu pun
tidak ditemui 10 lingkaran
sebagaimana dimaksud di atas. Hal ini menjadi bukti ketidak-sempurnaan Kitab-kitab itu karena tidak mengandung kesepuluh sistem di atas, ditambah lagi bahasanya tidak selaras dengan ajaran
di dalamnya. Penyebab utama keadaan ini ialah karena Kitab-kitab tersebut bukanlah
Kitab yang hakiki dan hanya bernilai sementara saja.
Hanya ada satu Kitab saja yang turun ke dunia ini yang bisa menjamin kesejahteraan manusia selama-lamanya. Kitab itu diwahyukan lengkap dengan 10 sistem lingkaran dimana sistem kosa-katanya selaras dengan sistem edukatif. Setiap sistem
lingkarannya diikuti dengan sistem
kosa-kata selaras dengan kuantitas
dan nilai-nilai alamiah dari setiap kosa-kata yang mencerminkan Sifat-sifat
Ilahi.” (Minan-ur- Rahman, Manager Book Depot, Qadian, Talifo Ishaat, 1922, sekarang dicetak
dalam Ruhani
Khazain, jld. IX, hlm. 150-152, London, 1984).
Keselarasan Kesempurnaan Tatanan Alam Semesta Jasmani dengan
Kesempurnaan Tatanan Kandungan Al-Quran
Mengenai keserasian sempurna tatanan Surah-surah Al-Quran maupun susunan ayat-ayat
setiap Surah Al-Quran serta hubungannya
satu sama lain, kesemuanya itu memiliki persamaan atau keselarasan dengan kesempurnaan
tatanan alam semesta jasmani,
firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
﴿﴾ تَبٰرَکَ الَّذِیۡ بِیَدِہِ الۡمُلۡکُ ۫ وَ ہُوَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرُۨ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡ خَلَقَ الۡمَوۡتَ وَ الۡحَیٰوۃَ
لِیَبۡلُوَکُمۡ اَیُّکُمۡ اَحۡسَنُ عَمَلًا ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡغَفُوۡرُ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡ خَلَقَ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا ؕ مَا تَرٰی
فِیۡ خَلۡقِ الرَّحۡمٰنِ مِنۡ تَفٰوُتٍ ؕ فَارۡجِعِ الۡبَصَرَ ۙ ہَلۡ تَرٰی مِنۡ فُطُوۡرٍ ﴿﴾ ثُمَّ
ارۡجِعِ الۡبَصَرَ
کَرَّتَیۡنِ یَنۡقَلِبۡ اِلَیۡکَ الۡبَصَرُ خَاسِئًا وَّ ہُوَ حَسِیۡرٌ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.
Maha Berbarkat Dia Yang di Tangan-Nya kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menciptakan kematian dan kehidupan,
supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang terbaik amalnya, dan Dia
Maha Perkasa, Maha Pengampun, الَّذِیۡ خَلَقَ
سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا -- Yang telah menciptakan tujuh tingkat
langit dengan serasi. مَا تَرٰی فِیۡ خَلۡقِ الرَّحۡمٰنِ
مِنۡ تَفٰوُتٍ
-- Engkau tidak akan melihat di
dalam ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah ketidakselarasan, فَارۡجِعِ الۡبَصَرَ ۙ ہَلۡ تَرٰی مِنۡ فُطُوۡرٍ -- maka lihatlah
berulang-ulang, apakah engkau melihat
sesuatu cacat? ثُمَّ
ارۡجِعِ الۡبَصَرَ
کَرَّتَیۡنِ یَنۡقَلِبۡ اِلَیۡکَ الۡبَصَرُ خَاسِئًا وَّ ہُوَ حَسِیۡرٌ -- Kemudian pandanglah
untuk ke-dua kali, penglihatan engkau akan kembali kepada
engkau dengan tunduk dan ia
letih. (Al-Mulk
[67:1-5).
Mengisyaratkan kepada adanya keserasian dan keteraturan sempurna tatanan alam
semesta jasmani itu pulalah firman-Nya berikut ini:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿۱﴾ الٓـمّٓرٰ ۟ تِلۡکَ اٰیٰتُ الۡکِتٰبِ ؕ وَ
الَّذِیۡۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡکَ مِنۡ رَّبِّکَ الۡحَقُّ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا
یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ اَللّٰہُ الَّذِیۡ
رَفَعَ السَّمٰوٰتِ بِغَیۡرِ عَمَدٍ تَرَوۡنَہَا ثُمَّ اسۡتَوٰی عَلَی الۡعَرۡشِ وَ سَخَّرَ الشَّمۡسَ
وَ الۡقَمَرَ ؕ کُلٌّ یَّجۡرِیۡ لِاَجَلٍ مُّسَمًّی ؕ یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ
یُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ بِلِقَآءِ رَبِّکُمۡ تُوۡقِنُوۡنَ ﴿﴾ وَ ہُوَ الَّذِیۡ مَدَّ الۡاَرۡضَ وَ جَعَلَ فِیۡہَا رَوَاسِیَ وَ اَنۡہٰرًا ؕ وَ مِنۡ
کُلِّ الثَّمَرٰتِ جَعَلَ فِیۡہَا زَوۡجَیۡنِ اثۡنَیۡنِ یُغۡشِی الَّیۡلَ
النَّہَارَ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّقَوۡمٍ یَّتَفَکَّرُوۡنَ ﴿﴾ وَ فِی الۡاَرۡضِ قِطَعٌ مُّتَجٰوِرٰتٌ وَّ جَنّٰتٌ
مِّنۡ اَعۡنَابٍ وَّ زَرۡعٌ وَّ نَخِیۡلٌ صِنۡوَانٌ وَّ غَیۡرُ صِنۡوَانٍ یُّسۡقٰی
بِمَآءٍ وَّاحِدٍ ۟ وَ نُفَضِّلُ بَعۡضَہَا عَلٰی بَعۡضٍ فِی الۡاُکُلِ ؕ اِنَّ
فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّقَوۡمٍ
یَّعۡقِلُوۡنَ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha
Pemurah, Maha Penyayang. الٓـمّٓرٰ -- Aku
Allah Yang Maha Mengetahui Maha Melihat. Inilah ayat-ayat kitab yang
sempurna, dan yang telah diturunkan
kepada engkau dari Rabb (Tuhan) engkau adalah haq (kebenaran) tetapi
kebanyakan manusia tidak beriman. اَللّٰہُ الَّذِیۡ رَفَعَ السَّمٰوٰتِ
بِغَیۡرِ عَمَدٍ تَرَوۡنَہَا -- Allah,
Dia-lah Yang telah me-ninggikan seluruh
langit tanpa suatu tiang pun yang kamu melihatnya, kemudian Dia
bersemayam di atas ‘Arasy. Dan
Dia
telah menundukkan bagi kamu matahari dan bulan, masing-masing beredar
menurut arah perjalanannya hingga suatu masa yang telah ditetapkan. Dia mengatur segala urusan dan Dia menjelaskan Tanda-tanda itu, supaya kamu berkeyakinan teguh mengenai pertemuan dengan Rabb (Tuhan) kamu.
Dan Dia-lah
Yang telah membentangkan bumi ini dan men-jadikan
padanya gunung-gunung dan sungai-sungai;
dan dari setiap macam buah-buahan Dia jadikan dua jenis
berpasang-pasangan. Dia menyebabkan malam menutupi siang.
Sesungguhnya dalam hal ini ada
Tanda-tanda bagi kaum yang merenungkan. Dan di bumi ini ada bermacam-macam bidang tanah yang saling berdampingan, dan kebun-kebun anggur, ladang-ladang, pohon-pohon
kurma berumpun yang tumbuh dari satu
akar dan yang tidak berumpun, se-muanya
itu disirami dengan air yang sama, tetapi Kami melebihkan seba-gian dari sebagian yang lain dalam buahnya,
sesungguhnya dalam yang demikian itu benar-benar
ada Tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan. (Ar-Rā’d [13]:1-5).
Kemudian mengenai adanya keserasian
sempurna penciptaan tatanan alam
semesta jasmani yang sangat
besar dan sangat luas tersebut Allah Swt. berfirman lagi:
لَوۡ کَانَ فِیۡہِمَاۤ اٰلِہَۃٌ
اِلَّا اللّٰہُ لَفَسَدَتَا ۚ فَسُبۡحٰنَ
اللّٰہِ رَبِّ الۡعَرۡشِ عَمَّا
یَصِفُوۡنَ ﴿﴾
Seandainya di dalam keduanya yakni langit dan bumi ada
tuhan-tuhan selain Allah pasti binasalah
kedua-duanya, maka Maha
Suci Allah Tuhan ‘Arasy itu, jauh di atas segala yang mereka sifatkan.
(Al-Anbiya
[21]:23).
Kesempurnaan Khazanah Alam
Semesta dan Khazanah Kandungan
Al-Quran & Pembukaan Rahasia Gaib Allah Swt. Kepada Rasul Allah
Demikian pula halnya dengan keserasian sempurna kandungan Al-Quran dalam segala seginya,
firman-Nya:
اَفَلَا یَتَدَبَّرُوۡنَ
الۡقُرۡاٰنَ ؕ وَ لَوۡ کَانَ مِنۡ عِنۡدِ
غَیۡرِ اللّٰہِ لَوَجَدُوۡا فِیۡہِ اخۡتِلَافًا کَثِیۡرًا ﴿﴾
Maka tidakkah
mereka ingin merenungkan Al-Quran? Dan seandainya Al-Quran ini berasal dari sisi yang bukan-Allah,
niscaya mereka akan mendapati banyak
pertentangan di dalamnya.
(An-Nisā
[4]:83).
“Pertentangan” tersebut dapat mengacu kepada pertentangan-pertentangan dalam teks Al-Quran, pertentangan antara berbagai
Surah Al-Quran dan pertentangan
pada ajaran-ajaran yang terkandung di
dalamnya; atau kepada ketidakadaan
persesuaian antara nubuatan-nubuatan
yang tersebut dalam Al-Quran dengan hasil atau penggenapan nubuatan-nubuatan itu.
Bahkan, adanya keserasian dan keselarasan
kesempurnaan Al-Quran dengan kesempurnaan tatanan alam semesta jasmani tersebut meliputi juga
kesempurnaan khazanah-khazanah pengetahuan
tak terhingga yang dikandung keduanya, firman-Nya:
قُلۡ لَّوۡ
کَانَ الۡبَحۡرُ مِدَادًا لِّکَلِمٰتِ رَبِّیۡ لَنَفِدَ
الۡبَحۡرُ قَبۡلَ اَنۡ تَنۡفَدَ کَلِمٰتُ رَبِّیۡ وَ
لَوۡ جِئۡنَا بِمِثۡلِہٖ مَدَدًا ﴿﴾
Katakanlah:
"'Seandainya lautan menjadi tinta
untuk menuliskan kalimat-kalimat Rabb-ku (Tuhan-ku), niscaya lautan
itu akan habis sebelum kalimat-kalimat Rabb-ku (Tuhan-ku) habis dituliskan,
sekalipun Kami datangkan sebanyak itu
lagi sebagai tambahannya (Al-Kahf [18]:110). Lihat pula
QS.31:28.
Karena itu sesuai dengan Sifat Rabubiyat-Nya
(QS.1:2) Allah Swt. membukakan khazanah-khazanah
pengetahuan dari keduanya (alam
semesta dan Al-Quran) secara bertahap sesuai dengan tuntutan kebutuhan manusia
pada zamannya, firman-Nya:
وَ اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ ۫ وَ مَا
نُنَزِّلُہٗۤ اِلَّا بِقَدَرٍ مَّعۡلُوۡمٍ ﴿﴾
Dan tidak
ada suatu pun benda melainkan pada
Kami ada khazanah-khazanahnya yang tidak terbatas, dan Kami
sama sekali tidak menurunkannya melainkan dalam ukuran yang tertentu. (Al-Hijr [15]:22) Lihat pula QS.40:14.
Allah Swt. memiliki
khazanah segala
sesuatu dalam jumlah yang tidak terba-tas, tetapi sesuai dengan rahmat-Nya yang tidak berhingga Dia mengarahkan
pikiran atau otak manusia kepada satu benda yang tertentu, hanya bilamana
timbul suatu keperluan yang sesungguhnya
akan benda itu.
Seperti halnya alam semesta kebendaan, demikian pula Al-Quran merupakan alam
semesta keruhanian, di mana tersembunyi khazanah-khazanah
ilmu keruhanian yang dibukakan
kepada manusia sesuai dengan keperluan
zaman, yaitu melalui orang-orang yang
disucikan Allah Swt. (QS.56:78-81),
terutama Rasul Allah (QS.4:70-71), firman-Nya:
عٰلِمُ الۡغَیۡبِ
فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا ﴿ۙ﴾ اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ
یَسۡلُکُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾ لِّیَعۡلَمَ
اَنۡ قَدۡ اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ
بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ شَیۡءٍ
عَدَدًا ﴿٪﴾
Dia-lah Yang
mengetahui yang gaib, maka Dia tidak menzahirkan rahasia
gaib-Nya kepada siapa pun, kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai, maka sesungguhnya barisan pengawal berjalan di
hadapannya dan di belakangnya,
supaya Dia mengetahui bahwa sungguh
mereka telah menyam-paikan
Amanat-amanat Rabb (Tuhan) mereka, dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka dan Dia membuat perhitungan mengenai segala sesuatu. (Al-Jin
[72]:27-29). Lihat pula QS.3:180.
Ungkapan, “izhhar ‘ala al-ghaib,” berarti diberi pengetahuan dengan sering dan secara berlimpah-limpah
mengenai rahasia gaib bertalian
dengan dan mengenai peristiwa dan kejadian yang sangat penting. Ayat ini merupakan ukuran yang tiada tara bandingannya guna membedakan antara sifat dan jangkauan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada seorang rasul Tuhan dan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada orang-orang mukmin bertakwai
lainnya.
Perbedaan itu letaknya pada kenyataan bahwa, kalau rasul-rasul Tuhan dianugerahi izhhar
‘ala al-ghaib, yakni penguasaan atas yang gaib, maka rahasia-rahasia yang diturunkan kepada orang-orang bertakwa dan orang-orang
suci lainnya tidak menikmati kehormatan
serupa itu.
Tambahan pula wahyu Ilahi yang dianugerahkan kepada rasul-rasul Tuhan, karena ada dalam pemeliharaan-istimewa-Ilahi, keadaannya aman dari pemutar-balikkan
atau pemalsuan oleh jiwa-jiwa yang jahat, sedang rahasia-rahasia yang dibukakan kepada orang-orang bertakwa lainnya
tidak begitu terpelihara.
Wahyu Ilahi Merupakan “Jodoh” (Pasangan) Akal & Kerugian
Besar yang Ditimbulkan Itikad Sesat Tertutupnya
Semua Jenis Kenabian dan Wahyu Ilahi
Keberadaan wahyu Ilahi
non-syariat seperti itu penting bagi
pembukaan rahasia-rahasia khazanah-khzanah ruhani Al-Quran yang
baru, sebab jika manusia -- bahkan umat Islam --
jika hanya mengandalkan kecerdasan
otak (akal/intelektual) saja tidak akan mampu “menyentuh” kandungan khazanah-khazanah ruhani Al-Quran yang
mendalam, sebab kecerdasan otak (akal/intektual)
manusia pun memerlukan “jodoh” (pasangan) yaitu wahyu
Ilahi, firman-Nya:
سُبۡحٰنَ
الَّذِیۡ خَلَقَ الۡاَزۡوَاجَ کُلَّہَا مِمَّا تُنۡۢبِتُ الۡاَرۡضُ وَ مِنۡ
اَنۡفُسِہِمۡ وَ مِمَّا لَا یَعۡلَمُوۡنَ
﴿﴾
Maha Suci Dzat Yang menciptakan
segala sesuatu berpasang-pasangan baik
dari apa yang ditum-buhkan oleh bumi
dan dari diri mereka sendiri, mau pun
dari apa yang tidak mereka ketahui. (Yā Sīn [36]:37).
Ilmu pengetahuan telah menemukan kenyataan
bahwa pasangan-pasangan terdapat
dalam segala sesuatu — dalam alam nabati (tumbuh-tumbuhan) dan malahan
dalam zat anorganik. Bahkan yang
disebut unsur-unsur pun tidak terwujud dengan sendirinya. Unsur-unsur itu pun bergantung pada zat-zat lain untuk dapat mengambil wujud.
Kebenaran ilmiah ini berlaku juga untuk kecerdasan
manusia. Sebelum nur-nur Samawi berupa wahyu
Ilahi turun maka manusia tidak dapat memperoleh ilmu sejati yang lahir dari perpaduan
wahyu Ilahi dan kecerdasan otak
manusia. Kenyataan tersebut sesuai dengan firman Allah Swt. sebelum ini
mengenai “terbukanya khazanah baru”
dari benda-benda di alam
semesta ini yang diperlukan manusia bagi kesinambungan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, firman-Nya:
وَ اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ ۫ وَ مَا
نُنَزِّلُہٗۤ اِلَّا بِقَدَرٍ مَّعۡلُوۡمٍ ﴿﴾
Dan tidak
ada suatu pun benda melainkan pada
Kami ada khazanah-khazanahnya yang tidak terbatas, dan Kami
sama sekali tidak menurunkannya melainkan dalam ukuran yang tertentu. (Al-Hijr [15]:22). Lihat pula QS.40:14.
Jadi, orang-orang yang beranggapan bahwa setelah pengutusan Nabi
Besar Muhammad saw. dan pewahyuan
Al-Quran sebagai Kitab suci terakhir dan tersempurna (QS.5:4) maka seluruh jenis kenabian dan wahyu telah tertutup
sama sekali bagi umat Islam (QS.40:35-36; QS.72:8), maka bagi mereka Kitab suci Al-Quran akan merupakan
kumpulan kisah-kisah kaum purbakala
belaka, sebagaimana tuduhan para penentang Nabi Besar Muhammad saw. dan
Al-Quran (QS.6:26-28; QS.8:32; QS.16:25-26; QS.23:79-84; QS.25:5-6; QS.27:68-70;
QS.46:18-19; QS. 68:11-17), firman-Nya:
وَیۡلٌ
یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿ۙ﴾ الَّذِیۡنَ یُکَذِّبُوۡنَ بِیَوۡمِ الدِّیۡنِ ﴿ؕ﴾ وَ مَا یُکَذِّبُ بِہٖۤ اِلَّا کُلُّ مُعۡتَدٍ اَثِیۡمٍ ﴿ۙ﴾ اِذَا تُتۡلٰی
عَلَیۡہِ اٰیٰتُنَا قَالَ اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾ کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا کَانُوۡا
یَکۡسِبُوۡنَ ﴿﴾ کَلَّاۤ
اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ ﴿ؕ﴾ ثُمَّ
اِنَّہُمۡ لَصَالُوا الۡجَحِیۡمِ
﴿ؕ﴾ ثُمَّ یُقَالُ ہٰذَا الَّذِیۡ کُنۡتُمۡ بِہٖ
تُکَذِّبُوۡنَ ﴿ؕ﴾
Celakalah pada hari itu bagi orang-orang
yang mendustakan, yaitu
orang-orang yang mendustakan Hari
Pembalasan. Dan sekali-kali tidak ada yang mendustakannya
kecuali setiap pelanggar batas lagi sangat berdosa, اِذَا
تُتۡلٰی عَلَیۡہِ اٰیٰتُنَا قَالَ اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ -- Apabila
Tanda-tanda Kami dibacakan kepadanya
ia berkata: “Inilah dongeng
orang-orang dahulu!” کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ
عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ
-- Sekali-kali tidak, bahkan apa yang mereka usahakan telah menjadi
karat pada hati mereka. کَلَّاۤ
اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ -- Sekali-kali
tidak, bahkan se-sungguhnya pada hari
itu mereka benar-benar terhalang dari melihat Rabb
(Tuhan) mereka. Kemudian sesungguhnya mereka pasti masuk
ke dalam Jahannam. Kemudian
dikatakan: “Inilah apa yang
senantiasa kamu dustakan.” (Al-Muthaffifīn [83]:11-18).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran
Anyar, 29 Februari
2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar