Jumat, 04 Maret 2016

Lingkaran "Sepuluh Sistem Kosa-kata" Dalam Al-Quran & Penyebab Terjadinya "Kebutaan Mata Ruhani" Manusia di Dunia dan di Akhirat



Bismillaahirrahmaanirrahiim

KITAB SUCI AL-QURAN

Kitab Suci Al-Quran adalah kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak menyadarinya

“Setiap saat hatiku merindukan untuk mencium Kitab  Engkau dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan Kabahku”

 (Al-Masih-al-Mau’ud a.s.)


  Lingkaran Sepuluh  Sistem   Kosa-kata Dalam Al-Quran  &  Penyebab Terjadinya Kebutaan Mata Ruhani Manusia di Dunia dan di Akhirat

Bab 48


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam Bab sebelumnya telah kemukakan  berbagai hakikat perumpamaan gambaran para “bidadari surgawi” yang akan menjadi “jodoh” (pasangan)  kaum laki-laki   yang bertakwa penghuni surga di akhirat   masalah perumpamaan keadaan surga di alam akhirat, sebagaimana  dikemukakan  dalam  firman-Nya:
وَ بَشِّرِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ  کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira  orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa sesungguhnya  untuk mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rezeki, mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya”, akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya, وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ -- dan bagi mereka di dalamnya ada  jodoh-jodoh yang suci, وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ --  dan mereka akan kekal di dalamnya (Al-Baqarah [2]:26).

 Seluruh Ciptaan (Makhluk) Allah Swt. Memerlukan “Jodoh” (Pasangan)

    Al-Quran mengajarkan bahwa  tiap-tiap makhluk memerlukan pasangan untuk perkembangannya yang sempurna (QS.13:4; QS.36:37; QS.51:50). Di dalam surga orang-orang laki-laki dan perempuan yang bertakwa  akan mendapat jodoh suci untuk menyempurnakan perkembangan ruhani dan melengkapkan kebahagiaan mereka, itulah sebab ajaran Islam (Al-Quran)  melarang hidup membujang atau menggadis seumur hidup   yakni melakukan rahbaniyah (hidup merahib   --QS.57:28).
     Ada pun mengenai macam apakah jodoh (pasangan) itu hanya dapat diketahui kelak di akhirat, firman-Nya: 
فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٌ مَّاۤ  اُخۡفِیَ لَہُمۡ مِّنۡ قُرَّۃِ اَعۡیُنٍ ۚ جَزَآءًۢ  بِمَا  کَانُوۡا  یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Maka tidak ada sesuatu jiwa mengetahui apa yang tersembunyi bagi mereka dari penyejuk mata sebagai  balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As-Sajdah [32]:16).
    Pernyataan Al-Quran dan Hadits itu menunjukkan bahwa nikmat-nikmat kehidupan ukhrawi (akhirat) tidak akan bersifat kebendaan seperti di dunia ini yang fana (tidak kekal),  karena  nikmat-nikmat surgawi tersebut akan merupakan penjelmaan-keruhanian  dari perbuatan dan tingkah-laku baik   atau amal shaleh yang telah dikerjakan orang-orang bertakwa di alam dunia ini.
  Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai tujuan ditampilkan-Nya   perumpamaan-perumpamaan tersebut dalam Al-Quran:
اِنَّ اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِمۡ ۚ وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ  اَرَادَ  اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا ۘ یُضِلُّ بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿ۙ﴾
Sesungguhnya Allah  tidak malu  mengemukakan suatu perumpamaan  sekecil nyamuk   bahkan  yang lebih kecil dari itu, فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِ   --  maka orang-orang yang beriman maka mereka mengetahui bahwa sesungguhnya perumpamaan itu  kebenaran  dari Rabb (Tuhan) mereka, وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ  اَرَادَ  اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا --  sedangkan orang-orang kafir maka mereka mengatakan: “Apa  yang dikehendaki Allah dengan  perumpamaan ini?” یُضِلُّ بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا  -- Dengannya   Dia menyesatkan banyak orang  dan dengannya pula    Dia memberi petunjuk banyak orang, وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ --  dan sekali-kali   tidak ada yang Dia sesatkan dengannya kecuali orang-orang  fasiq (durhaka). (Al-Baqarah [2]:27).
      Dharaba al-matsala berarti: ia memberi gambaran atau pengandaian; ia membuat pernyataan; ia mengemukakan perumpamaan (Lexicon Lane; Taj-ul-‘Arus, dan QS.14:46).  Allah Swt.  telah menggambarkan surga dan neraka dalam Al-Quran dengan perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan.
       Hal tersebut melukiskan mendalamnya arti yang tidak dapat diungkapkan sebaik-baiknya dengan jalan lain, dan dalam hal-hal keruhanian penggunaan perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan tersebut memberikan satu-satunya cara untuk dapat menyampaikan buah pikiran dengan baik.

Dapat  Menimbulkan  “Pencerahan” atau Mengakibatkan “Kesesatan

     Kata-kata yang dipakai untuk menggambarkan surga, mungkin tidak cukup dan tidak berarti bagaikan nyamuk yang dianggap oleh orang-orang Arab sebagai makhluk yang lemah dan memang pada hakikatnya demikian. Orang-orang Arab berkata: Adh-‘afu min ba’udhatin, artinya  "ia lebih lemah dari nyamuk".
   Meskipun demikian, perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan itu membantu untuk memunculkan dalam angan-angan  gambaran nikmat-nikmat surga itu. Orang-orang  beriman mengetahui bahwa kata-kata itu hanya perumpamaan dan mereka berusaha menyelami kedalaman artinya, tetapi orang-orang kafir mulai mencela perumpamaan-perumpamaan itu dan makin bertambah dalam kesalahan dan kesesatan, firman-Nya: وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ  اَرَادَ  اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا --  sedangkan orang-orang kafir maka mereka mengatakan: “Apa  yang dikehendaki Allah dengan  perumpamaan ini?” یُضِلُّ بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا  --   Dengannya   Dia menyesatkan banyak orang  dan dengannya pula    Dia memberi petunjuk banyak orang, وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ --  dan sekali-kali   tidak ada yang Dia sesatkan dengannya kecuali orang-orang  fasiq (durhaka)” (Al-Baqarah [2]:27).
        Adhallahullāh berarti: (1) Allah Swt.  menetapkan dia berada dalam kekeliruan; (2) Allah Swt. meninggalkan atau membiarkan dia sehingga ia tersesat (Kasysyaf); (3) Allah Swt.  mendapatkan atau meninggalkan dia dalam kekeliruan atau membiarkan dia tersesat (Lexicon Lane).
        Dengan demikian jelaslah bahwa berbagai gambaran keadaan di alam akhirat   -- baik  dalam surga mau pun dalam neraka  jahannam  --  yang  dikemukakan dalam Al-Quran  termasuk ayat-ayat yang mutasyābihāt  (QS.3:8), yang  dapat menggelincirkan orang-orang yang hatinya berpenyakit atau ada kebengkokan, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ عَلَیۡکَ الۡکِتٰبَ مِنۡہُ اٰیٰتٌ مُّحۡکَمٰتٌ ہُنَّ اُمُّ  الۡکِتٰبِ وَ اُخَرُ مُتَشٰبِہٰتٌ ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ زَیۡغٌ فَیَتَّبِعُوۡنَ مَا تَشَابَہَ مِنۡہُ ابۡتِغَآءَ الۡفِتۡنَۃِ وَ ابۡتِغَآءَ تَاۡوِیۡلِہٖ ۚ؃ وَ مَا یَعۡلَمُ  تَاۡوِیۡلَہٗۤ  اِلَّا اللّٰہُ  ۘؔ وَ الرّٰسِخُوۡنَ فِی الۡعِلۡمِ یَقُوۡلُوۡنَ اٰمَنَّا بِہٖ ۙ کُلٌّ  مِّنۡ عِنۡدِ رَبِّنَا ۚ وَ مَا یَذَّکَّرُ  اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾
Dia-lah Yang menurunkan Al-Kitab yakni Al-Quran  kepada engkau,  di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok  Al-Kitab, sedangkan  yang lain  ayat-ayat mutasyābihāt.  Adapun   orang-orang yang di dalam hatinya ada ke-bengkokan maka mereka mengikuti darinya apa yang mutasyābihāt  karena ingin menimbulkan fitnah dan ingin mencari-cari takwilnya yang salah, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah,  dan orang-orang yang memiliki pe-ngetahuan mendalam berkata: “Kami beriman kepadanya, semuanya berasal dari sisi Rabb (Tuhan) kami.” Dan  tidak ada yang meraih nasihat kecuali orang-orang yang mempergunakan akal.   (Āli-‘Imran [3]:8).

Sepuluh Sistem Kosa-Kata Dalam Al-Quran

     Lebih jauh Masih Mau’ud a.s. menjelaskan mengenai  ikhtisar kandungan Al-Quran yang sangat sempurna, beliau bersabda:
      Untuk diketahui, Kitab Suci Al-Quran mengandung 10 sistem kosa-kata:
      1. Sistem yang pertama berkaitan dengan eksistensi Tuhan dan argumentasi yang mendukungnya, seperti Sifat-sifat Ilahi, nama-nama, perilaku, cara-cara dan kebiasaan yang khas bagi Allah Yang Maha Luhur. Termasuk juga kalimat-kalimat phrasa (peribahasa) yang berkaitan dengan puji-pujian kesempurnaan Keagungan, Keindahan dan Kebesaran-Nya.
    2. Sistem kedua mencakup konsep Ketauhidan Ilahi dan argumentasi yang mendukungnya.
     3. Sistem ketiga mengenai Sifat-sifat, amalan, perilaku dan kebiasaan baik ruhani mau pun jasmani yang diperlihatkan para makhluk di hadapan Allah Swt., apakah selaras atau bertentangan dengan keinginan-Nya.
     4. Keempat, sistem yang mengandung bimbingan lengkap dari Tuhan dalam bentuk teguran dan ajaran mengenai sifat-sifat akhlak dan akidah, hak-hak Ilahi dan hak-hak hamba-Nya, pengetahuan yang bijak, batasan-batasan dan suruhan, pengarahan dan larangan, kebenaran dan wawasan.
    5. Kelima, sistem yang mengemukakan apa yang dimaksud dengan keselamatan hakiki dan bagaimana cara mencapainya secara benar, apa yang menjadi tanda-tanda dan persyaratan bagi mereka yang beriman serta tentang mereka yang telah memperoleh keselamatan berkat kedekatan pada Tuhan.
     6. Keenam, sistem yang menjelaskan apa yang dimaksud dengan Islam dan apa yang namanya kekafiran, apa itu syirik serta argumentasi yang mendukung Islam dan jawaban-jawaban terhadap mereka yang menyangkal.
     7. Ketujuh, sistem yang menjelaskan dan menolak akidah-akidah yang salah dari para lawan Islam.
  8. Sistem kedelapan mencakup peringatan-peringatan dan kabar-kabar gembira, janji-janji dan ancaman hukuman, tentang dunia akhirat, mukjizat-mukjizat dan nubuatan yang meneguhkan keimanan, disamping kisah-kisah sebagai peringatan atau penyampaian kabar gembira.
  9. Kesembilan, sistem yang merangkum sejarah hidup dan sifat-sifat suci Hadhrat Rasulullah Saw. serta argumentasi yang mendukung kenabian beliau.
     10. Sistem kesepuluh mengetengahkan sifat-sifat Kitab Suci Al-Quran, berikut pengaruh dan karakteristiknya.
       Kesepuluh sistem itu terdapat secara sempurna seperti 10 lingkaran di dalam Kitab Suci Al-Quran. Dalam 10  lingkaran tersebut  Allah Yang Maha Perkasa menggunakan kosa-kata yang murni dan jelas,  sehingga seorang yang waras akan langsung mengakui sistem kosa-kata yang sempurna dan lengkap dari bahasa Arab tersebut sepertinya dikhususkan bagi Al-Quran.
    Karena itulah sistem kosa-kata ini selaras dengan sistem edukatif (pengajaran) yang sempurna dan lengkap dari  Al-Quran. Sistem kosa-kata bahasa lainnya tidak selaras dengan sistem edukatif dari Kitab-kitab Samawi yang katanya diwahyukan dalam bahasa bersangkutan.
    Dalam Kitab-kitab itu pun tidak ditemui 10 lingkaran sebagaimana dimaksud di atas. Hal ini menjadi bukti ketidak-sempurnaan Kitab-kitab itu karena tidak mengandung kesepuluh sistem di atas, ditambah lagi bahasanya tidak selaras dengan ajaran di dalamnya. Penyebab utama keadaan ini ialah karena Kitab-kitab tersebut bukanlah Kitab yang hakiki dan hanya bernilai sementara saja.
   Hanya ada satu Kitab saja yang turun ke dunia ini yang bisa menjamin kesejahteraan manusia selama-lamanya. Kitab itu diwahyukan lengkap dengan 10 sistem lingkaran dimana sistem kosa-katanya selaras dengan sistem edukatif.    Setiap sistem lingkarannya diikuti dengan sistem kosa-kata selaras dengan kuantitas dan nilai-nilai alamiah dari setiap kosa-kata yang mencerminkan Sifat-sifat Ilahi.” (Minan-ur- Rahman, Manager Book Depot, Qadian, Talifo Ishaat, 1922, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. IX, hlm. 150-152, London, 1984).

Keselarasan Kesempurnaan Tatanan Alam Semesta Jasmani dengan Kesempurnaan    Tatanan  Kandungan Al-Quran

    Mengenai keserasian sempurna tatanan Surah-surah Al-Quran maupun susunan ayat-ayat setiap Surah Al-Quran serta hubungannya satu sama lain, kesemuanya itu memiliki persamaan atau keselarasan   dengan kesempurnaan tatanan alam semesta jasmani, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ تَبٰرَکَ الَّذِیۡ  بِیَدِہِ  الۡمُلۡکُ ۫ وَ ہُوَ عَلٰی کُلِّ  شَیۡءٍ قَدِیۡرُۨ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡ  خَلَقَ الۡمَوۡتَ وَ الۡحَیٰوۃَ لِیَبۡلُوَکُمۡ  اَیُّکُمۡ  اَحۡسَنُ عَمَلًا ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ  الۡغَفُوۡرُ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡ خَلَقَ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا ؕ مَا تَرٰی فِیۡ  خَلۡقِ الرَّحۡمٰنِ مِنۡ  تَفٰوُتٍ ؕ فَارۡجِعِ  الۡبَصَرَ ۙ ہَلۡ  تَرٰی مِنۡ فُطُوۡرٍ ﴿﴾  ثُمَّ  ارۡجِعِ  الۡبَصَرَ کَرَّتَیۡنِ  یَنۡقَلِبۡ اِلَیۡکَ  الۡبَصَرُ خَاسِئًا وَّ ہُوَ حَسِیۡرٌ ﴿﴾

Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Maha Berbarkat  Dia Yang di Tangan-Nya kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,   Yang menciptakan kematian  dan kehidupan,  supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang terbaik amalnya, dan   Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun, الَّذِیۡ خَلَقَ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا --  Yang telah menciptakan tujuh tingkat langit dengan serasi.  مَا تَرٰی فِیۡ  خَلۡقِ الرَّحۡمٰنِ مِنۡ  تَفٰوُتٍ  -- Engkau tidak akan melihat di dalam ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah ketidakselarasanفَارۡجِعِ  الۡبَصَرَ ۙ ہَلۡ  تَرٰی مِنۡ فُطُوۡرٍ --  maka lihatlah berulang-ulang, apakah engkau melihat sesuatu  cacat?   ثُمَّ  ارۡجِعِ  الۡبَصَرَ کَرَّتَیۡنِ  یَنۡقَلِبۡ اِلَیۡکَ  الۡبَصَرُ خَاسِئًا وَّ ہُوَ حَسِیۡرٌ --  Kemudian pandanglah untuk ke-dua kalipenglihatan engkau akan kembali kepada engkau dengan tunduk dan  ia letih.  (Al-Mulk [67:1-5).
     Mengisyaratkan kepada adanya keserasian dan keteraturan sempurna tatanan alam semesta jasmani itu pulalah  firman-Nya berikut ini:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿۱﴾  الٓـمّٓرٰ ۟ تِلۡکَ اٰیٰتُ الۡکِتٰبِ ؕ وَ الَّذِیۡۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡکَ مِنۡ رَّبِّکَ الۡحَقُّ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ  النَّاسِ لَا  یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾   اَللّٰہُ الَّذِیۡ رَفَعَ السَّمٰوٰتِ بِغَیۡرِ عَمَدٍ تَرَوۡنَہَا ثُمَّ  اسۡتَوٰی عَلَی الۡعَرۡشِ وَ سَخَّرَ الشَّمۡسَ وَ الۡقَمَرَ ؕ کُلٌّ یَّجۡرِیۡ لِاَجَلٍ مُّسَمًّی ؕ یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ یُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ بِلِقَآءِ رَبِّکُمۡ تُوۡقِنُوۡنَ ﴿﴾  وَ ہُوَ الَّذِیۡ مَدَّ الۡاَرۡضَ وَ جَعَلَ  فِیۡہَا رَوَاسِیَ وَ اَنۡہٰرًا ؕ وَ مِنۡ کُلِّ الثَّمَرٰتِ جَعَلَ فِیۡہَا زَوۡجَیۡنِ اثۡنَیۡنِ یُغۡشِی الَّیۡلَ النَّہَارَ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّقَوۡمٍ  یَّتَفَکَّرُوۡنَ ﴿﴾  وَ فِی الۡاَرۡضِ قِطَعٌ مُّتَجٰوِرٰتٌ وَّ جَنّٰتٌ مِّنۡ اَعۡنَابٍ وَّ زَرۡعٌ وَّ نَخِیۡلٌ صِنۡوَانٌ وَّ غَیۡرُ صِنۡوَانٍ یُّسۡقٰی بِمَآءٍ وَّاحِدٍ ۟ وَ نُفَضِّلُ بَعۡضَہَا عَلٰی بَعۡضٍ فِی الۡاُکُلِ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ  لَاٰیٰتٍ  لِّقَوۡمٍ  یَّعۡقِلُوۡنَ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah,  Maha Penyayang.  الٓـمّٓرٰ   -- Aku Allah Yang Maha Mengetahui Maha Melihat. Inilah ayat-ayat kitab yang sempurna, dan yang telah diturunkan kepada engkau dari Rabb (Tuhan) engkau adalah haq (kebenaran) tetapi kebanyakan manusia tidak beriman. اَللّٰہُ الَّذِیۡ رَفَعَ السَّمٰوٰتِ بِغَیۡرِ عَمَدٍ تَرَوۡنَہَا  --   Allah, Dia-lah Yang telah me-ninggikan seluruh langit tanpa suatu tiang pun yang kamu melihatnya,  kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy.  Dan Dia  telah menundukkan bagi kamu matahari dan bulan, masing-masing beredar menurut arah perjalanannya  hingga suatu masa yang telah ditetapkan.  Dia mengatur segala urusan dan Dia menjelaskan Tanda-tanda itu, supaya kamu berkeyakinan teguh mengenai pertemuan dengan Rabb (Tuhan) kamu.  Dan  Dia-lah Yang telah membentangkan bumi ini dan men-jadikan padanya gunung-gunung dan sungai-sungai; dan dari setiap macam  buah-buahan Dia jadikan dua jenis berpasang-pasangan.  Dia menyebabkan malam menutupi siang. Sesungguhnya dalam hal ini ada Tanda-tanda bagi kaum yang merenungkan.   Dan di bumi ini ada bermacam-macam bidang tanah yang saling berdampingan, dan kebun-kebun anggurladang-ladang,   pohon-pohon kurma berumpun yang tumbuh dari satu akar dan yang tidak berumpun, se-muanya itu disirami dengan air yang sama, tetapi Kami melebihkan seba-gian dari sebagian yang lain dalam buahnya, sesungguhnya dalam yang demikian itu benar-benar  ada Tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan. (Ar-Rā’d  [13]:1-5).
     Kemudian mengenai  adanya keserasian sempurna penciptaan tatanan alam semesta jasmani yang   sangat besar  dan sangat luas    tersebut  Allah Swt. berfirman lagi:
لَوۡ  کَانَ فِیۡہِمَاۤ  اٰلِہَۃٌ  اِلَّا اللّٰہُ  لَفَسَدَتَا ۚ فَسُبۡحٰنَ اللّٰہِ  رَبِّ الۡعَرۡشِ عَمَّا یَصِفُوۡنَ ﴿﴾
Seandainya di dalam keduanya yakni langit dan bumi   ada tuhan-tuhan selain Allah pasti binasalah kedua-duanya,   maka Maha Suci Allah  Tuhan ‘Arasy itu, jauh di atas segala yang mereka sifatkan. (Al-Anbiya [21]:23).

Kesempurnaan Khazanah Alam Semesta dan Khazanah Kandungan Al-Quran  & Pembukaan Rahasia Gaib Allah Swt. Kepada Rasul Allah

     Demikian pula halnya dengan keserasian sempurna kandungan Al-Quran dalam segala seginya, firman-Nya:
اَفَلَا یَتَدَبَّرُوۡنَ الۡقُرۡاٰنَ ؕ وَ لَوۡ  کَانَ مِنۡ عِنۡدِ غَیۡرِ اللّٰہِ لَوَجَدُوۡا فِیۡہِ اخۡتِلَافًا کَثِیۡرًا ﴿﴾
Maka  tidakkah mereka ingin merenungkan Al-Quran? Dan seandainya  Al-Quran ini  berasal dari sisi yang bukan-Allah, niscaya mereka akan mendapati banyak pertentangan  di dalamnya. (An-Nisā [4]:83).
    “Pertentangan”  tersebut dapat mengacu kepada pertentangan-pertentangan dalam teks Al-Quran, pertentangan antara  berbagai Surah Al-Quran dan pertentangan pada ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya; atau kepada ketidakadaan persesuaian antara nubuatan-nubuatan yang tersebut dalam Al-Quran dengan hasil atau penggenapan nubuatan-nubuatan itu.
     Bahkan, adanya keserasian dan keselarasan kesempurnaan Al-Quran dengan  kesempurnaan tatanan alam semesta jasmani tersebut meliputi juga kesempurnaan  khazanah-khazanah pengetahuan tak terhingga yang dikandung  keduanya, firman-Nya: 
قُلۡ لَّوۡ کَانَ الۡبَحۡرُ مِدَادًا لِّکَلِمٰتِ رَبِّیۡ لَنَفِدَ الۡبَحۡرُ  قَبۡلَ اَنۡ تَنۡفَدَ کَلِمٰتُ رَبِّیۡ وَ لَوۡ  جِئۡنَا بِمِثۡلِہٖ  مَدَدًا ﴿﴾
Katakanlah: "'Seandainya lautan menjadi tinta untuk me­nuliskan kalimat-kalimat Rabb-ku (Tuhan-ku), niscaya  lautan itu akan habis se­belum kalimat-kalimat Rabb-ku (Tuhan-ku) habis dituliskan, sekalipun Kami datangkan sebanyak itu lagi sebagai tambahannya (Al-Kahf [18]:110). Lihat pula QS.31:28.
       Karena itu  sesuai dengan Sifat  Rabubiyat-Nya (QS.1:2) Allah Swt. membukakan khazanah-khazanah pengetahuan dari keduanya (alam semesta dan Al-Quran) secara bertahap sesuai dengan tuntutan kebutuhan manusia  pada zamannya, firman-Nya:
وَ  اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ   اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ ۫ وَ  مَا  نُنَزِّلُہٗۤ  اِلَّا بِقَدَرٍ  مَّعۡلُوۡمٍ ﴿﴾
Dan  tidak ada suatu pun benda melainkan pada Kami ada khazanah-khazanahnya yang tidak terbatas, dan  Kami sama sekali tidak menurunkannya melainkan dalam ukuran yang tertentu. (Al-Hijr [15]:22)  Lihat pula QS.40:14.
     Allah Swt.    memiliki khazanah   segala sesuatu dalam jumlah yang tidak terba-tas, tetapi sesuai dengan rahmat-Nya yang tidak berhingga  Dia mengarahkan pikiran atau otak manusia kepada satu benda yang tertentu, hanya bilamana timbul suatu keperluan yang sesungguhnya akan benda itu.
     Seperti halnya alam semesta kebendaan, demikian pula Al-Quran merupakan alam semesta keruhanian, di mana tersembunyi khazanah-khazanah ilmu keruhanian yang    dibukakan kepada manusia sesuai dengan keperluan zaman, yaitu melalui orang-orang yang disucikan Allah Swt.  (QS.56:78-81), terutama Rasul Allah (QS.4:70-71),  firman-Nya:
عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا ﴿ۙ﴾  اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ  بَیۡنِ یَدَیۡہِ  وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾  لِّیَعۡلَمَ  اَنۡ  قَدۡ  اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ  شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿٪﴾
Dia-lah Yang mengetahui yang gaib, maka Dia tidak menzahirkan rahasia gaib-Nya kepada siapa pun,  kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai, maka sesungguhnya barisan pengawal berjalan di hadapannya dan di belakangnya, supaya Dia mengetahui bahwa  sungguh  mereka telah menyam-paikan Amanat-amanat Rabb (Tuhan) mereka, dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka dan Dia membuat perhitungan mengenai segala sesuatu. (Al-Jin [72]:27-29). Lihat pula QS.3:180.
  Ungkapan, “izhhar ‘ala al-ghaib,” berarti diberi pengetahuan dengan sering dan secara berlimpah-limpah mengenai rahasia gaib bertalian dengan dan mengenai peristiwa dan kejadian yang sangat penting.  Ayat ini merupakan ukuran yang tiada tara bandingannya guna membedakan antara sifat dan jangkauan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada seorang rasul Tuhan dan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada orang-orang mukmin  bertakwai lainnya.
Perbedaan itu letaknya pada kenyataan bahwa, kalau rasul-rasul Tuhan dianugerahi izhhar ‘ala al-ghaib,  yakni penguasaan atas yang gaib, maka rahasia-rahasia yang diturunkan kepada orang-orang bertakwa dan orang-orang suci lainnya tidak menikmati kehormatan serupa itu.
Tambahan pula wahyu Ilahi  yang dianugerahkan kepada rasul-rasul Tuhan, karena ada dalam pemeliharaan-istimewa-Ilahi, keadaannya aman dari pemutar-balikkan atau pemalsuan oleh jiwa-jiwa yang jahat, sedang rahasia-rahasia yang dibukakan kepada orang-orang bertakwa  lainnya tidak begitu terpelihara.

Wahyu Ilahi Merupakan “Jodoh” (Pasangan) Akal  & Kerugian Besar yang Ditimbulkan  Itikad  Sesat Tertutupnya Semua Jenis Kenabian dan Wahyu Ilahi  

Keberadaan wahyu Ilahi non-syariat  seperti itu penting bagi pembukaan  rahasia-rahasia khazanah-khzanah ruhani Al-Quran yang baru, sebab jika manusia   -- bahkan umat Islam  --  jika hanya   mengandalkan   kecerdasan otak (akal/intelektual) saja tidak akan mampu “menyentuh” kandungan   khazanah-khazanah ruhani Al-Quran yang mendalam, sebab kecerdasan otak (akal/intektual) manusia  pun memerlukan “jodoh” (pasangan) yaitu wahyu  Ilahi, firman-Nya:
سُبۡحٰنَ الَّذِیۡ خَلَقَ الۡاَزۡوَاجَ کُلَّہَا مِمَّا تُنۡۢبِتُ الۡاَرۡضُ وَ مِنۡ اَنۡفُسِہِمۡ وَ  مِمَّا لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Maha Suci Dzat Yang menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan  baik dari apa yang ditum-buhkan oleh bumi dan  dari diri mereka sendiri, mau pun  dari apa yang  tidak mereka ketahui.  (Yā Sīn [36]:37).
   Ilmu pengetahuan telah menemukan kenyataan bahwa pasangan-pasangan terdapat dalam segala sesuatu — dalam alam nabati (tumbuh-tumbuhan) dan malahan dalam zat anorganik. Bahkan yang disebut unsur-unsur pun tidak terwujud dengan sendirinya. Unsur-unsur itu pun bergantung pada zat-zat lain untuk dapat mengambil wujud.
     Kebenaran ilmiah ini berlaku juga untuk kecerdasan manusia. Sebelum nur-nur Samawi   berupa wahyu Ilahi turun maka manusia tidak dapat memperoleh ilmu sejati yang lahir dari perpaduan wahyu Ilahi dan kecerdasan otak manusia. Kenyataan tersebut sesuai dengan firman Allah Swt. sebelum ini mengenai  “terbukanya khazanah baru”  dari benda-benda di alam semesta ini yang diperlukan manusia bagi kesinambungan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, firman-Nya: 
وَ  اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ   اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ ۫ وَ  مَا  نُنَزِّلُہٗۤ  اِلَّا بِقَدَرٍ  مَّعۡلُوۡمٍ ﴿﴾
Dan  tidak ada suatu pun benda melainkan pada Kami ada khazanah-khazanahnya yang tidak terbatas, dan  Kami sama sekali tidak menurunkannya melainkan dalam ukuran yang tertentu. (Al-Hijr [15]:22).  Lihat pula QS.40:14.
  Jadi, orang-orang yang beranggapan bahwa setelah pengutusan Nabi  Besar Muhammad saw. dan pewahyuan Al-Quran sebagai  Kitab suci terakhir dan tersempurna  (QS.5:4) maka seluruh jenis  kenabian dan wahyu  telah tertutup sama sekali bagi umat Islam  (QS.40:35-36; QS.72:8), maka bagi mereka Kitab suci Al-Quran akan merupakan kumpulan kisah-kisah kaum purbakala belaka, sebagaimana tuduhan para penentang Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran (QS.6:26-28;  QS.8:32;  QS.16:25-26; QS.23:79-84; QS.25:5-6; QS.27:68-70; QS.46:18-19; QS. 68:11-17), firman-Nya:
وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿ۙ﴾  الَّذِیۡنَ یُکَذِّبُوۡنَ بِیَوۡمِ الدِّیۡنِ ﴿ؕ﴾  وَ مَا یُکَذِّبُ بِہٖۤ  اِلَّا کُلُّ مُعۡتَدٍ اَثِیۡمٍ ﴿ۙ﴾  اِذَا  تُتۡلٰی عَلَیۡہِ  اٰیٰتُنَا  قَالَ اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾  کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ ﴿﴾  کَلَّاۤ  اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ ﴿ؕ﴾  ثُمَّ  اِنَّہُمۡ  لَصَالُوا الۡجَحِیۡمِ ﴿ؕ﴾  ثُمَّ یُقَالُ ہٰذَا الَّذِیۡ کُنۡتُمۡ بِہٖ تُکَذِّبُوۡنَ ﴿ؕ﴾
Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan,    yaitu orang-orang yang mendustakan Hari Pembalasan.    Dan sekali-kali tidak ada yang mendustakannya kecuali setiap pelanggar batas lagi sangat berdosa,  اِذَا  تُتۡلٰی عَلَیۡہِ  اٰیٰتُنَا  قَالَ اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ  --   Apabila Tanda-tanda Kami dibacakan kepadanya  ia berkata: “Inilah dongeng orang-orang dahulu!”  کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ  --   Sekali-kali tidak, bahkan  apa yang mereka usahakan telah menjadi karat pada hati mereka.  کَلَّاۤ  اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ  --   Sekali-kali tidak, bahkan se-sungguhnya pada hari itu mereka benar-benar terhalang dari melihat  Rabb (Tuhan) mereka.     Kemudian sesungguhnya  mereka pasti masuk ke dalam Jahannam.   Kemudian  dikatakan: “Inilah apa yang senantiasa kamu  dustakan.”  (Al-Muthaffifīn [83]:11-18).

(Bersambung)

 Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran Anyar,   29 Februari 2016



Tidak ada komentar:

Posting Komentar