Bismillaahirrahmaanirrahiim
KITAB SUCI AL-QURAN
“Kitab Suci Al-Quran adalah
kotak besar yang berisi batu ratna mutu manikam, namun manusia tidak
menyadarinya ”
“Setiap saat hatiku
merindukan untuk mencium Kitab Engkau
dan melaksanakan thawaf mengelilingi Al-Quran karena Kitab ini merupakan
Kabahku”
(Al-Masih-al-Mau’ud
a.s.)
Menjawab Kritik
Golongan Brahmo Samaj Mengenai Kesempurnaan Al-Quran
Sebagai Kitab Suci Terakhir dan Tersempurna
Bab 54 (Tamat)
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan sabda Masih
Mau’ud a.s. mengenai alasan mengapa Allah Swt. hanya kepada Al-Quran
Allah Swt. melakukan pemeliharaan,
sedangkan kepada Kitab-kitab yang diwahyukan sebelumnya tidak dilakukan pemeliharaan? Mengenai hal tersebut
Masih Mau’ud a.s. bersabda:
“……Perbedaan di antara Al-Quran
dengan Kitab-kitab yang diwahyukan
lainnya adalah meskipun Kitab-kitab
itu dipelihara dengan segala cara, tetapi karena ajaran yang dibawanya tidak sempurna maka masih diperlukan diwahyukannya Al-Quran sebagai
ajaran yang paling sempurna. Hanya
saja tidak akan ada lagi Kitab lain yang akan diwahyukan
setelah Al-Quran karena tidak ada sesuatu yang bisa melampaui apa yang namanya kesempurnaan.
Bilamana diandaikan bahwa prinsip-prinsip hakiki dari Al-Quran bisa disesatkan seperti halnya Veda
dan Injil -- dimana manusia
menciptakan sekutu bagi Tuhan-nya serta ajaran Ketauhidan Ilahi diselewengkan
dan disesatkan -- sehingga berjuta-juta umat Muslim lalu mengikuti syirik dan menjadi penyembah makhluk, maka dalam keadaan seperti itu bisa jadi perlu diwahyukan syariat baru dan diutus seorang rasul baru. Namun perandaian seperti ini jelas tidak masuk akal.
Penyesatan ajaran Al-Quran tidak mungkin terjadi
karena Allah yang Maha Agung telah
berfirman:
اِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا الذِّکۡرَ وَ
اِنَّا لَہٗ لَحٰفِظُوۡنَ
Sesungguhnya Kami-lah
yang telah menurunkan peringatan ini dan sesungguhnya Kami-lah pemeliharanya’ (Al-Hijr [15]:10).
Kebenaran nubuatan
ini telah dibuktikan sepanjang sejarah
selama 1300 tahun terakhir. Sejauh ini tidak ada ajaran pagan atau penyembahan
berhala bisa berhasil menyusup
ke dalam Al-Quran sebagaimana yang
terjadi pada Kitab-kitab suci
lainnya. Fikiran waras pun tidak bisa membayangkan bahwa hal
seperti itu dapat terjadi.
Berjuta-juta umat Muslim
telah menghafalkan Al-Quran di luar
kepala dan terdapat ribuan buku
tafsir yang akan menjaga arti
dan pengertiannya. Ayat-ayatnya ditilawatkan dalam shalat lima kali sehari
dan Kitab ini dibaca orang setiap hari. Kitab
ini dicetak di semua negeri-negeri
di dunia dalam jumlah jutaan buku
dimana ajarannya karena diketahui oleh setiap orang sehingga
kita pun menyadari secara pasti bahwa adanya perubahan atau penyimpangan
dalam ayat-ayat Al-Quran merupakan
suatu hal yang sama sekali tidak mungkin
terjadi.” (Brahin-i- Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. I, hlm.
101-102, London, 1984).
Jawaban atas Kritik Kaum Brahmo Samaj Berkenaan Kesempurnaan Al-Quran
Selanjutnya mengenai kritik dari golongan Brahmo
Samaj (Sekte golongan Hindu) Masih
Mau’ud a.s. bersabda:
“Ada yang mengajukan keberatan
bahwa bagaimana mungkin seluruh
kebenaran pengetahuan Ilahi dirangkum dalam satu Kitab saja dan karena itu bagaimana mungkin Kitab yang tidak sempurna itu dapat
diharapkan akan membimbing manusia
ke arah pengertian yang benar?
Jawaban atas pertanyaan seperti itu ialah keberatan demikian patut mendapat perhatian jika salah satu dari
kelompok Brahmo Samaj dapat
mengemukakan dari fikirannya sendiri adanya kebenaran baru berkaitan dengan pengenalan Tuhan (makrifat Ilahi) atau hal lainnya yang belum diungkapkan di dalam Al-Quran.
Jika ia mampu maka kaum Brahmo
Samaj boleh membanggakan diri
menyatakan bahwa belum semua kebenaran
mengenai akhirat dan pengenalan Tuhan (makrifat Ilahi) sudah dikemukakan dalam Al-Quran, dan
bahwa mereka menemukan kebenaran baru
di luar Kitab itu.
Nyatanya hal seperti itu tidak
mungkin terjadi dan kalau mereka melakukannya juga, paling-paling mereka
hanya berhasil mengelabui beberapa orang yang bodoh saja. Kitab Suci
Al-Quran menyatakan:
مَا فَرَّطۡنَا فِی الۡکِتٰبِ
مِنۡ شَیۡءٍ
“Sekali-kali
tidak ada sesuatu yang Kami alpakan
dalam Kitab ini” (Al-An’ām [6]:39), dengan pengertian bahwa tidak ada kebenaran yang berkaitan dengan pengetahuan Ilahi yang diperlukan manusia yang terlewat tidak disentuh oleh Al-Quran.
Di tempat lain dinyatakan:
رَسُوۡلٌ مِّنَ اللّٰہِ
یَتۡلُوۡا صُحُفًا مُّطَہَّرَۃً ۙ﴿﴾ فِیۡہَا کُتُبٌ قَیِّمَۃٌ ؕ﴿﴾
“Seorang rasul dari
Allah yang membacakan kepada mereka lembaran-lembaran
suci, yang di dalamnya terkandung
perintah-perintah kekal abadi” (Al-Bayyinah [98]:3-4).
Dari ayat ini jelas bahwa Al-Quran
telah merangkum keseluruhan kebenaran
serta pengetahuan dari awal maupun akhir. Begitu pula difirmankan:
کِتٰبٌ اُحۡکِمَتۡ اٰیٰتُہٗ ثُمَّ فُصِّلَتۡ مِنۡ لَّدُنۡ
حَکِیۡمٍ خَبِیۡرٍ
“Ini adalah kitab
yang ayat-ayatnya telah dibuat kokoh
dan bebas dari cacat, kemudian itu telah diuraikan terperinci, dari Tuhan Yang Maha Bijaksana, Maha Mengetahui’ (Hūd [11]:2).
Dengan kata lain, Kitab ini memiliki dua sifat; pertama, [Tuhan]Yang Maha Bijaksana telah menyusunnya
secara kokoh dengan argumentasi yang
kuat dalam kebijakan dan bukan
semata-mata sebagai dongeng; dan
kedua, Kitab ini menjelaskan segala hal yang patut
diketahui mengenai akhirat.
Dinyatakan juga di tempat lain:
اِنَّہٗ لَقَوۡلٌ
فَصۡلٌ ﴿ۙ﴾ وَّ
مَا ہُوَ بِالۡہَزۡلِ ﴿ؕ﴾
“Sesungguhnya Al-Quran
itu perkataan yang menentukan, dan Al-Quran
itu bukan pembicaraan kosong” (Al-Thāriq 86]:14-15), yaitu Kitab
ini menjelaskan semua pandangan mengenai kehidupan
akhirat dan bukan merupakan suatu hal yang tidak ada artinya. Begitu pula
dinyatakan:
وَ مَاۤ اَنۡزَلۡنَا عَلَیۡکَ الۡکِتٰبَ اِلَّا
لِتُبَیِّنَ لَہُمُ الَّذِی اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ ۙ وَ ہُدًی وَّ
رَحۡمَۃً لِّقَوۡمٍ یُّؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
“Dan Kami
sekali-kali tidak menurunkan kepada
engkau kitab ini kecuali supaya engkau dapat menjelaskan kepada mereka
mengenai apa yang mereka telah
menimbulkan perselisihan-perselisihan dan supaya menjadi petunjuk dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman
(Al-Nahl [16]:65); yaitu dengan pengertian bahwa Kitab ini diwahyukan agar perselisihan
paham di antara manusia akibat dari penalaran
yang salah atau karena kesengajaan bisa dilenyapkan
dan bagi mereka yang beriman akan
terbuka jalan yang lurus.
Yang
juga diindikasikan dalam ayat ini
ialah kekeliruan yang muncul akibat
dari komposisi manusia dapat
diselesaikan oleh firman yang bebas
dari segala cacat tersebut. Rasanya jelas bahwa mereka yang terbawa keliru karena ucapan bisa dibawa kembali ke jalan yang lurus hanya melalui firman Ilahi. Manusia secara alamiah saja tidak akan mampu membedakan
kebaikan di antara berbagai karangan
atau komposisi orang lain, tidak juga bisa menyadarkan yang keliru mengenai kesalahan mereka.
Seorang hakim walau telah mencatat semua tuntutan dari penggugat
dan telah menjawab untuk mengatasi semua keberatan dari si terdakwa, masih saja pihak-pihak
berkaitan merasa tidak bisa menemukan
jawaban atas pertanyaan dan sanggahan mereka dalam keputusan sang hakim, dan bagaimana bisa keputusan
akhir memuaskan semua pihak jika
didasarkan pada hal-hal rancu yang tersirat?
Berbeda dengan itu, perintah-perintah
Tuhan secara konklusif (lengkap)
ditegaskan demi kepuasan para hamba-Nya ketika Dia
memberitahukan tentang kesalahan
mereka akibat terperosok oleh ucapan dusta orang lain serta menjelaskan hal kejatuhan mereka itu secara jelas
dan tegas, dimana mereka akan menyadari bahwa jika mereka tidak memperbaiki diri setelah diberi peringatan maka mereka akan dihukum.
Apakah adil bagi Tuhan jika Dia langsung mencengkram seseorang sebagai pelanggar peraturan lalu menghukumnya
tanpa terlebih dahulu membuktikan
kesalahan pandangan orang itu dengan ketentuan
yang jelas, dan tanpa menghilangkan terlebih dahulu keraguan yang bersangkutan
melalui firman-Nya yang tegas?
Kesempurnaan Sistem
Petunjuk dalam Al-Quran
Pada tempat lain juga telah
difirmankan:
اُنۡزِلَ فِیۡہِ الۡقُرۡاٰنُ
ہُدًی لِّلنَّاسِ وَ بَیِّنٰتٍ مِّنَ الۡہُدٰی وَ الۡفُرۡقَانِ
“Al-Quran diturunkan sebagai petunjuk
bagi manusia dan keterangan-keterangan
yang nyata mengenai petunjuk dan
pemisahkan yang haq dari yang batil”
(Al-Baqarah [2]:186).
Berarti Al-Quran memiliki tiga karakteristik. Pertama, Kitab ini membimbing manusia kepada pengetahuan
tentang keimanan yang telah menghilang.
Kedua, Kitab ini mengemukakan
rincian
pengetahuan tersebut secara terinci. Ketiga, Kitab ini mengemukakan firman
yang tegas tentang hal-hal berkaitan yang telah memunculkan perselisihan paham, sehingga dengan
demikian menjadi pembeda di antara
yang hak dan yang batil.
Berkaitan dengan sifat
komprehensifitas Al-Quran, dinyatakan dalam sebuah ayat
bahwa:
وَ کُلَّ شَیۡءٍ فَصَّلۡنٰہُ
تَفۡصِیۡلًا
“Segala sesuatu telah Kami
terangkan dengan keterangan yang
terinci” (Bani Israil [17]:13).
Makna dari ayat ini ialah semua
pengetahuan tentang keimanan
telah dijelaskan secara terrinci di
dalam Al-Quran, dan Kitab ini memberikan sarana dan mengajarkan bahwa pengetahuan
luhur demikian akan membimbing
manusia tidak ke arah kemajuan
parsial tetapi justru kepada perkembangan
yang sempurna.
Begitu juga dinyatakan:
وَ نَزَّلۡنَا عَلَیۡکَ
الۡکِتٰبَ تِبۡیَانًا لِّکُلِّ
شَیۡءٍ وَّ ہُدًی
وَّ رَحۡمَۃً وَّ
بُشۡرٰی لِلۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿٪﴾
“Dan Kami telah menurunkan kepada engkau kitab itu untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk
dan rahmat dan kabar gembira bagi
orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah” (Al-Nahl [16]:90).
Makna ayat ini untuk mengemukakan
bahwa Kitab tersebut diwahyukan agar setiap kebenaran agama menjadi jelas dan kejelasan tersebut bisa menjadi pedoman dan rahmat bagi
mereka yang menyerahkan diri sepenuhnya
kepada Tuhan. Kemudian juga
difirmankan:
کِتٰبٌ اَنۡزَلۡنٰہُ اِلَیۡکَ لِتُخۡرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمٰتِ
اِلَی النُّوۡرِ
“Inilah suatu kitab
yang telah Kami turunkan kepada engkau,
supaya engkau dapat mengeluarkan manusia
dari kegelapan kepada cahaya (Ibrāhim
[14]:2).
Berarti bahwa Al-Quran dapat mengikis semua bentuk keraguan yang telah menyelinap
ke dalam fikiran manusia, sehingga memunculkan pandangan-pandangan yang salah, serta mengaruniakan Nur dari pemahaman
yang sempurna. Dengan kata lain, Kitab ini memberikan semua wawasan dan kebenaran
yang dibutuhkan manusia guna berpaling ke arah Tuhan mereka dan beriman
kepada-Nya.
Pada tempat lain dinyatakan:
مَا کَانَ حَدِیۡثًا یُّفۡتَرٰی وَ لٰکِنۡ تَصۡدِیۡقَ الَّذِیۡ بَیۡنَ یَدَیۡہِ وَ تَفۡصِیۡلَ کُلِّ شَیۡءٍ وَّ ہُدًی وَّ رَحۡمَۃً لِّقَوۡمٍ یُّؤۡمِنُوۡنَ
“[Al-Quran] ini sekali-kali bukanlah suatu hal yang telah dibuat-buat, melainkan suatu penyempurnaan apa yang telah ada sebelumnya
dan penjelasan terperinci untuk segala
sesuatu, dan suatu petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman” (Yusuf [12]:112).
Berarti bahwa Al-Quran
bukanlah suatu buku yang bisa dikarang oleh seorang manusia. Tanda-tanda kebenarannya nyata sekali
karena Kitab ini telah menegakkan kebenaran dari Kitab-kitab sebelumnya, dengan
pengertian bahwa nubuatan-nubuatan
yang terkandung di dalam Kitab-kitab
sebelumnya berkaitan dengan Al-Quran
telah menjadi kenyataan dengan diwahyukannya Kitab ini.
Begitu pula Al-Quran telah
memberikan argumentasi yang
mendukung akidah-akidah hakiki yang
sebelumnya tidak dikemukakan dalam Kitab-kitab terdahulu dan dengan
demikian telah menjadikan akidah
tersebut menjadi sempurna. Dengan
cara ini Al-Quran telah meneguhkan kebenaran Kitab-kitab terdahulu dan
dengan demikian telah menegakkan
kebenarannya sendiri.
Bahwa Kitab ini berisi semua kebenaran dari agama-agama lainnya, juga menjadi tanda kebenaran dirinya. Semua hal itu menjadi tanda kebenarannya karena tidak
ada manusia yang pengetahuannya demikian komprehensif (lengkap) sehingga menguasai semua kebenaran agama dan mutiara
kebenaran tanpa ada yang terlewatkan.
Dalam ayat-ayat tersebut di atas Allah
Yang Maha Kuasa secara tegas
menyatakan bahwa Al-Quran secara komprehensif telah merangkum semua kebenaran dan
hal ini menjadi argumentasi yang kuat
untuk menopang kebenarannya. Sudah
lewat ratusan tahun sejak pernyataan dari Al-Quran itu dan sampai sekarang tidak ada dari Brahmo Samaj atau pun yang lainnya yang
berani menyangkalnya.
Bukan Mencari Kebenaran Melainkan Mencari Kekotoran Duniawi
Rasanya menjadi jelas bahwa mereka dengan tidak memberikan kebenaran baru yang mungkin terlewat oleh Al-Quran,
tentulah mereka itu seperti orang-orang
tidak waras yang mengemukakan sesuatu tanpa realitas yang mendukung.
Hal ini menjadi bukti kuat
bahwa mereka itu sebenarnya memang tidak
mencari kebenaran sebagaimana seorang muttaqi
(bertakwa) tetapi hanya untuk memuaskan
nafsu jahat mereka dalam mencari
jalan untuk membebaskan diri
dari firman Tuhan dan dari Tuhan Sendiri.
Guna memperoleh kebebasan
demikian, mereka telah berpaling dari
Kitab Tuhan yang hakiki dimana kebenarannya
lebih cemerlang daripada matahari sekalipun. Mereka tidak mau membicarakan hal-hal itu
dalam semangat orang terpelajar, tidak juga mereka mau mendengarkan suara pihak lain.
Mereka seharusnya diingatkan,
kapan pernah seorang manusia mampu mengajukan
suatu kebenaran keagamaan yang bertentangan dengan Al-Quran yang tidak ada jawabannya di dalam Kitab
ini. Selama lebih dari 1300 tahun
sudah Kitab Suci Al-Quran menyatakan
bahwa semua kebenaran keagamaan
telah dirangkum di dalamnya.
Alangkah jahatnya orang yang tanpa menguji Kitab yang demikian luhur lalu mengatakannya sebagai berkekurangan. Betapa angkuhnya
mereka karena tidak mau mengakui
kebenaran pernyataan Al-Quran
tetapi juga tidak mampu membantahnya.
Sebenarnya walau bibir mereka
terkadang mengucapkan nama Tuhan,
namun hati mereka berisi segala
kekotoran duniawi. Bila mereka memulai diskusi
keagamaan, mereka selalu tidak mau
melanjutkannya sampai selesai karena takut
kebenaran akan mengemuka. Mereka
seenak hatinya sendiri menyatakan
bahwa Kitab (Al-Quran) ini berkekurangan padahal Allah Swt. telah berfirman:
اَلۡیَوۡمَ اَکۡمَلۡتُ لَکُمۡ دِیۡنَکُمۡ وَ
اَتۡمَمۡتُ عَلَیۡکُمۡ نِعۡمَتِیۡ وَ رَضِیۡتُ لَکُمُ الۡاِسۡلَامَ دِیۡنًا
“Hari ini
telah Kusempurnakan agama kamu bagi manfaatmu dan telah Kulengkapkan nikmat-Ku atasmu dan telah Kusukai bagimu Islam sebagai agama (Al-Māidah [5]:4).
Apakah kalian tidak takut kepada Tuhan? Apakah kalian akan terus saja berkelakuan seperti ini? Apakah kalian fikir bahwa mulut kalian tidak akan dilaknat Tuhan
nanti? Jika kalian fikir bahwa kalian
telah menemukan kebenaran luhur setelah penelitian dan kerja keras
kalian, lalu menyatakan bahwa hal itu
terlewatkan oleh Al-Quran?
Kami undang kalian untuk
datang menyerahkannya kepada kami, dan
kami nanti akan berikan bukti dari
Al-Quran bahwa semuanya sudah
terangkum di dalamnya.” (Brahin-i- Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. I, hlm.
223-227, London, 1984).
Kebesaran Kitab Suci Al-Quran dan Keindahannya
Mengakhiri artikel dalam
Blog ini, berikut adalah syair-syair (qasidah) Masih
Mau’ud a.s. berkenaan kesempurnaan
Kitab Suci Al-Quran:
Pesona dan keindahan Al-Quran
Adalah Nur dan kehidupan setiap
Muslim,
Rembulan mungkin kecintaan lainnya
Bagi kami yang terkasih Al-Quran semata.
Telah kucari ke berbagai penjuru
Tak bersua sama
sekali tandingannya,
Bagaimana tidak
ada padanannya
Ia adalah Kalam Suci Tuhan Yang Maha Kaya.
Setiap kata di dalamnya berisi kehidupan
Dan Sumber mata air tak berkesudahan,
Tak ada kebun yang demikian indah
Tidak juga taman serupanya.
Kalam Allah Yang Maha Pengasih
Tak ada bandingannya,
Meski mutiara dari Oman
Atau pun mirah dari Badakshan.
Bagaimana mungkin ucapan manusia
Bisa mengimbangi Kalam Ilahi?
Di sini kekuatan Samawi, di sana tanpa
daya,
Bedanya demikian nyata.
Dalam pengetahuan dan kefasihan
Bagaimana
mungkin manusia mengimbangi-Nya?
Padahal para malaikat pun
Tak berdaya di hadirat-Nya.
Bahkan kaki serangga kecil pun
Tak mampu manusia mencipta,
bagaimana mungkin baginya
Mencipta Nur Sang Maha Perkasa?
Wahai manusia, perhatikanlah
Keagungan Tuhan Yang Maha Akbar
Kendalikan lidah kalian
Jika ada sedikit saja keimanan kalian.
Menganggap ada yang sama dengan Tuhan
Adalah kekafiran pada puncaknya,
Takutlah kepada Tuhan, wahai sayangku
Betapa dusta dan fitnah hal
ini.
Jika kalian
menerima Ketauhidan Ilahi
Mengapa hati kalian berisi penuh berhala?
Tabir kegelapan apa yang telah menyelimuti
hati kalian.
Sesungguhnya
kalian telah berdosa
Bertaubatlah, jika kalian takut
kepada Allah.
Aku tidak mengharapkan buruk bagi kalian, saudaraku
Ini hanyalah nasihat sederhana
Hati dan jiwaku adalah persembahan bagi
Siapa pun yang berhati mulia.
(Brahin-i- Ahmadiyah,
sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. I,
hlm. 198- 204, London, 1984).
* * *
Kemerlangan Nur
Al-Quran
(Syair bahasa Urdu)
Nur dari Al-Furqan
Adalah yang paling cemerlang dari semua sinar,
Maha Suci Dia Yang dari-Nya
Mengalir sungai nur ruhani.
Pohon keimanan dalam Ketauhidan
Ilahi
Sudah hampir meranggas kering
Ketika tiba mata air murni ini
Muncul dari ketiadaan.
Ya Allah, Furqan-Mu Sendiri
adalah alam hakiki
Yang berisi segala yang dibutuhkan makhluk ini.
Telah kucari ke seluruh dunia,
Telah kutelusuri semua tempat
niaga
Yang kutemukan adalah piala satu ini
Berisi ilmu hakiki Sang Ilahi.
Tak ada padanan Nur ini
Di segenap penjuru bumi
Fitratnya unik dalam segala hal
Tanpa tanding di segala bidang.
Semula kukira bahwa Furqan serupa dengan tongkat Musa,
Setelah kurenungi mendalam nyatanya
Setiap katanya adalah Al-Masih.
Jika buta mata mereka
Itu kesalahan mereka sendiri,
Padahal Nur ini telah bersinar
Seterang seratus mentari.
Betapa menyedihkan kehidupan
Umat manusia di dunia,
Yang hatinya tetap membuta
Meski tersedia Nur hakiki ini.
(Brahin-i- Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani
Khazain, jld. I, hlm. 305-306, London,
1984).
* * *
Al-Quran Sumber Segala
Kebenaran
Dari Nur suci Al-Quran muncul hari
yang terang
Angin musim semi semilir mengusap kuntum hati.
Mentari pun tidak memiliki Nur dan kecemerlangan ini
Pesona dan keindahannya pun tak ada
pada rembulan.
Yusuf dilemparkan sendirian ke
sebuah lubang
Sedangkan Yusuf[1] yang ini telah menarik manusia ke
luar lubang.
Dari sumber segala ilmu, ia telah mengungkap
ratusan kebenaran
Keindahannya menggugah wawasan
mulia.
Tahukah kalian betapa luhur fitrat pengetahuan miliknya?
Penaka madu surgawi menetes dari wahyu
Ilahi.
Ketika mentari kebenaran ini muncul
di dunia,
Semua [burung] celepuk yang memuja
kegelapan, bersembunyi semua.
Tak ada yang bisa merasa pasti di dunia ini,
Kecuali ia yang berlindung dalam wujudnya.
Ia yang diberkati dengan pengetahuannya
Menjadi khazanah pengetahuan,
Ia yang tidak menyadarinya
Serupa mereka yang tak tahu sesuatu apa.
Hujan rahmat Ilahi menghampiri dirinya
Wahai sialnya mereka yang meninggalkannya
dan mencari yang lain.
Kecenderungan kepada dosa adalah gejala syaitan bernoda
Yang kuanggap manusia hanya mereka
yang meninggalkannya.
Wahai tambang keindahan, aku tahu Sumber engkau
Engkau adalah Nur dari Allah Yang mencipta semesta.
Aku tak hasrat dengan siapa pun, hanya engkau
kasihku
Kami telah
menerima nur engkau dari Dia Yang mendengar doa.
(Brahin-i- Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani
Khazain, jld. I, hlm. 304-305, London,
1984).
* * *
Wahyu Ilahi
Dengan kalam Ilahi, fajar kebenaran
telah merekah
Mata yang belum melihat kalam suci,
sesungguhnya buta.
Istana hatiku dipenuhi wewangian kesturi
itu
Kekasih yang telah meninggalkan,
sekarang telah kembali.
Mata yang tidak melihat Nur Al-Furqan
Demi Allah, ia tidak akan dibukakan.
Mereka yang mencari taman Ilahi tetapi menyisihkan Al-Quran,
Sesungguhnya ia tidak pernah mencium wewangiannya.
Aku bahkan tidak membandingkan dengan mentari
Akan nur yang aku perhati,
Beratus mentari mengitarinya dengan rendah hati.
Sial sungguh manusia yang memalingkan wajah
Dari Nur hanya karena keangkuhan
belaka.
(Brahin-i- Ahmadiyah,
sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. I, hlm.
335, London, 1984).
TAMAT
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
oo0oo
Pajajaran
Anyar, 12 Maret 2016
[1] Nabi Yusuf a.s.
dikenal karena kecantikannya. Maksud koplet ini ialah Al-Quran (ditamsilkan
sebagai Yusuf) tidak saja memang sudah sangat indah, tetapi juga
menjadipenyelamat, sedangkan Yusuf sang manusia meski cantik tetapi tidak bisa
menghindar di buang ke sebuah lubang.